Singaraja, koranbuleleng.com| Petani di Dusun Babakan, desa Sambangan mulai membudidayakan cabai merah besar. Petani di desa tersebut memilih menanam cabai merah besar untuk mendapatkan untung yang lebih karena harganya lebih stabil di pasaran.
Selain itu, cabai merah besar mampu bertahan hingga seminggu. Sementara cabai rawit hanya mampu bertahan kurang lebih hanya 3 hari setelah panen.
“Selain harganya lebih mahal dibanding cabai rawit, perawatannya juga lebih mudah. di lahan yang kurang lebih 1,4 hektar ada sekitar 20 ribu bibit cabai merah besar yang saya tanam” kata salah satu petani cabai merah besar Dewa Kresna
Kresna mengatakan, menanam cabai merah sangat mudah dipraktekkan dari proses pemilihan benih, menanam dan tahap persemaian. Media tanam ditambah menggunakan campuran tanah dan pupuk.
Selanjutnya proses perawatan tanaman, mulai dari menghindari terkena sinar matahari langsung, terhindar dari air hujan, menjaga kestabilan suhu, dan menjaga kelembaban.
“Budidaya cabai ini perawatan cukup mudah, lebih awet dan tahan terhadap faktor cuaca juga. Disamping kondisi air yang sulit seperti saat ini,” imbuhnya
Diakui Kresna, Meskipun saat ini harga cabai merah besar turun, namun harga cabai besar tidak mengalami penurunan terlalu drastis seperti cabai rawit. Harga normal cabai besar biasanya berkisar Rp 15-18 ribu per kilogram. Sedangkan sekarang Rp. 12-13 ribu per kilogram.
Sejauh ini cabai merah besar selain untuk memenuhi pasar lokal di Buleleng. Juga dikirim ke luar Bali seperti ke Surabaya.
“Sudah 2 kali panen, panen lagi sekali saja habis. Saat ini setiap satu kali panen dapat menghasilkan satu ton cabai besar. Biasanya cabai besar satu kali tanam dengan tiga kali panen,” pungkasnya |ET|