Quo Vadis PJJ Era Baru

Ilustrasi Pembelajaran jarak Jauh |Sumber Foto : internet|

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di masa pandemi Covid-19 adalah keniscayaan. Tidak ada alasan bagi siswa, apalagi guru dan sekolah untuk menolaknya. Tetapi, perlu kebijaksanaan dalam menyikapinya demi kesehatan, keselamatan, dan pendidikan generasi bangsa. Karena, terlalu banyak faktor yang mempengaruhi dan harus dipertimbangkan dalam pelaksanaannya. Dengan diterapkannya kenormalan baru di tengah masih tingginya pertumbuhan kasus positif Covid-19, PJJ juga memasuki era baru.

Gede Putra Adnyana
- Advertisement -

Pusat data dan informasi, Kemdikbud  mengungkapkan ada 19% sekolah yang kesulitan mengakses internet. Artinya, ada sebanyak 42.159 sekolah yang belum bisa melaksanakan PJJ secara daring. Bahkan, ada 4% atau sebanyak 8.522 sekolah belum dialiri listrik (https://pusdatin.kemdikbud.go.id, 12 Agustus 2020). Kondisi ini menyebabkan ketidaknormalan pelaksanaan PJJ era baru. 

Hasil survey Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2020, menemukan sebanyak 20,1% tidak ada interaksi antara siswa dan guru dalam PJJ. Secara spesifik, dari 1.700 responden, sebanyak 77,8% kesulitan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru. Karena, hampir seluruh guru memberikan tugas dengan waktu sempit. Akibatnya, tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa menumpuk dan sangat memberatkan. Di samping itu, ada sebanyak 42,2% tidak memiliki kuota internet. Sehingga, harus mencari tempat yang menyediakan fasilitas internet gratis. Ini adalah beban psikologis yang amat berat dirasakan siswa. Bahkan, ada sebanyak 15,6% tidak memiliki laptop atau handphone untuk mendukung PJJ. 

Data dan fakta tersebut harus dijadikan rujukan pengelolaan PJJ era baru. Sangat tidak bijaksana manakala guru dan sekolah memaksakan penggunaan aplikasi atau platform tertentu di tengah keterbatasan infrastruktur pendukung PJJ. Diperlukan banyak pilihan dalam pelaksanaannya. Penggunaan beragam pendekatan, model, metode, media, dan aplikasi adalah kekuatan untuk mengantisipasi berbagai kendala PJJ era baru.

Mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan, sangat penting dalam pengelolaan PJJ era baru. Dalam implementasinya, PJJ era baru harus bersifat adaptif, akomodatif, dan produktif. Artinya, PJJ dilaksanakan dengan memperhatikan protokol kesehatan secara ketat dan mempertimbangkan karakteristik siswa, mata pelajaran, dan daya dukung sekolah sehingga menghasilkan proses dan hasil belajar berkualitas. 

- Advertisement -

Pada hakikatnya, kualitas PJJ era baru dapat ditinjau dari pelaksanaan proses dan penilaiannya. Kualitas proses ditunjukkan dari kegiatan yang berpusat pada siswa, efektif dan efisien, mandiri, mengembangkan daya nalar, kreativitas dan inovasi siswa. Kualitas penilaian ditunjukkan dari pencapaian pengukuran kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan dengan menerapkan prinsip sahih, objektif, adil, terbuka, holistik, dan akuntabel. Oleh karena itu, PJJ era baru adalah pembelajaran yang berorientasi proses dan hasil belajar, bersifat adaptif, akomodatif, dan produktif, dan dilaksanakan secara proporsional dan profesional. Lalu, bagaimana implementasinya?

Di tengah masih tingginya kasus Covid-19, PJJ era baru harus mampu beradaptasi. Artinya, jika tatap muka tidak dapat dihindari, maka pelaksanaannya wajib menerapkan protokol kesehatan. Guru dalam memberikan tugas kelompok di rumah, perlu menambahkan instruksi wajib memakai masker, jaga jarak, dan mencuci tangan memakai sabun atau hand sanitizer. Guru mengontrol dan memastikan diterapkannya protokol kesehatan. Siswa diharuskan mengirimkan foto-foto atau video saat mengerjakan tugas. Manakala ada ketidaktaatan, guru segera memberikan komentar atau instruksi. Guru harus memastikan bahwa siswa tetap melaksanakan pembelajaran di rumah dengan menerapkan protokol kesehatan. Kondisi ini diyakini mampu memperkuat kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa dalam PJJ era baru dan beradaptasi dengan pandemi Covid-19.

Prinsip pembelajaran berpusat pada siswa harus terakomodasi dalam PJJ era baru. Dalam hal ini, perlu mempertimbangkan karakteristik dan kondisi siswa, meliputi kemampuan awal, akses internet, kepemilikan laptop atau handphone, dan kemampuan membeli kuota internet. Fakta di lapangan menunjukkan belum semua siswa memiliki infrastruktur pendukung PJJ. Oleh karena itu, pelaksanaan PJJ era baru hendaknya proporsional dan profesional. Artinya, pembelajaran dapat dilaksanakan di luar jaringan (luring) dan dalam jaringan (daring). Tidak bijaksana manakala memaksakan siswa dalam PJJ secara daring dengan mengabaikan moda luring.

Memaksimalkan PJJ luring dilakukan dengan memanfaatkan daya dukung sekolah, misalnya perpustakaan. Siswa diarahkan meminjam buku di perpustakaan sekolah. Pelaksanaannya perlu diatur dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Selanjutnya, menggunakan buku siswa sebagai salah satu sumber belajar. Memaksimalkan penggunaan buku siswa diyakini dapat mengurangi beban ketersediaan infrastruktur, ekonomi, dan psikologis di kalangan siswa dan orang tua siswa.

Pelaksanaan PJJ daring dapat secara asinkronus dan sinkronus. Melalui PJJ secara asinkronus, guru mempersiapkan bahan ajar dalam bentuk modul, media presentasi, dan video. Bahan ajar dibagikan atau dikirimkan kepada siswa melalui media sosial, email, atau mengambil di sekolah. Siswa dibimbing mempelajari materi, merumuskan masalah dan membuat simpulan. Dengan cara ini, siswa terlibat aktif dalam PJJ dan guru produktif menghasilkan bahan ajar. 

Secara sinkronus, PJJ daring dilaksanakan melalui tatap muka menggunakan google meet, zoom, atau aplikasi lainnya. Melalui tatap muka secara daring, siswa dan guru bertemu dan mendiskusikan materi melalui kegiatan tanya jawab atau menjelaskan bagian yang belum dipahami. Dari kegiatan ini, diketahui siswa yang terlibat aktif dan memiliki motovasi tinggi dalam mengikuti PJJ. Hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu penilaian PJJ era baru.

Penilaian PJJ era baru meliputi kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian sikap dilakukan dengan menilai kehadiran, keterlibatan dalam tatap muka secara daring, dan analisis video siswa saat mengerjakan tugas. Penilaian sikap ini meliputi religiusitas, kemandirian, gotong royong, dan integritas. 

Penilaian kompetensi pengetahuan diperoleh dari tugas yang diserahkan siswa. Tugas dikirim dalam bentuk foto atau hasil scan melalui google formulir atau langsung dibawa ke sekolah. Penilaian pengetahuan dalam bentuk ulangan atau tes tulis dapat dilakukan secara daring. Dalam hal ini bentuk dan jenis soalnya agar lebih faktual, aktual, dan bervariasi. 

Penilaian keterampilan diperoleh dari pembuatan produk, menyelesaikan proyek, dan melakukan praktik. Siswa dapat memfoto produk dan dilengkapi dengan video pembuatannya. Melalui cara ini guru dapat menilai keterampilan siswa secara lebih objektif, adil, transparan, dan holistik.

Pembelajaran jarak jauh era baru adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa bersifat adaptif, akomodatif, dan produktif, dan dilaksanakan secara proporsional dan profesional. Dalam PJJ era baru karakteristik dan kondisi siswa mendapat pertimbangan pertama dan utama. Kualitas PJJ era baru dapat ditinjau dari pelaksanaan proses dan penilaian hasil belajar. PJJ era baru berkualitas adalah pembelajaran yang efektif dan efisien, mandiri, dan mengembangkan daya nalar, inovasi, dan kreativitas siswa dengan tetap mengakomodasi penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kualitas PJJ era baru dapat diwujudnyatakan manakala guru mampu mengimplementasikannya secara proporsional dan profesional. Semoga semua guru memiliki kemampuan untuk itu. Semoga.

Penulis : Gede Putra Adnyana

Profesi : Guru SMAN 1 Banjar, Bali dan Alumnus Pascasarjana Undiksha Singaraja.

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts