Pandemi COVID 19, Produksi Pupuk Kotoran Sapi Padat dan Cair Meningkat

Pembuatan pupuk cair dari material kotoran sapi |FOTO : EDY NURDIANTORO|

Singaraja, koranbuleleng.com | Ditengah pandemi COVID 19, masyarakat   yang mengambil kegiatan berkebun dan bertani justru ramai.  Hal tersebut   membawa keuntungan   bagi Kelompok Tani Ternak Sari Nandini di Desa Dencarik, Kecamatan Banjar, Buleleng. Kelompok yang bergerak dalam pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk organic ini  semakin hari permintaan  pupuknya kian meningkat.

- Advertisement -

Kelompok peternak sapi Bali yang beranggotakan sebanyak 25 orang memelihara sapi dengan sistem kandang koloni. Pupuk dari kotoran sapi yang difermentasi sederhana selama kurang lebih 20 hari.

Ketua Kelompok Tani Ternak Sari Nandini I Ketut Mertaya mengaku, sebelum adanya pandemi COVID 19, kapasitas produksi khusus Produksi khusus pada pupuk padat dalam setahun rata-rata pihaknya memproduksi 300 ton. Sedangkan pupuk cair 2 ribu liter.

Namun saat ini baru setengah tahun sudah mencapai 400 ton dan pupuk cair 3 ribu liter yang pihaknya produksi.

“Kami melihat pandemi COVID 19 tidak hanya berpengaruh buruk ekonomi. Tetapi masyarakat mau beralih bekerja sebagai petani dan beralih juga menggunakan pupuk organik,” ungkapnya.

- Advertisement -

Setiap harinya Kelompok Tani Ternak Sari Nandini harus memenuhi kebutuhan pupuk organik dari masyarakat. Selain itu juga harus memenuhi permintaan pemenuhan pupuk organik bersubsidi dari pemerintah. 

“Dulu kami hanya distribusi pupuk organik bersubsidi, tetapi sekarang permintaan datang dari sejumlah masyarakat dan toko tani,”  imbuhnya

Untuk sistem pengelolaan Kelompok Tani Ternak Sari Nandini yang Mertaya bina menggunakan sistem bagi hasil. Petani dari hasil kotoran sapi yang diolah menjadi pupuk mendapat bagian sebesar 75 persen. Sisanya 25 persen masuk kas.

Begitu pula ketika sapi dijual 75 persen ke petani dan sisa 25 persen ke kas kelompok.

“Jadi kami keuntungan atau hasil lebih memprioritaskan pembagian kepada petani. Karena mereka yang memelihara sapi dan mengolah pupuk tersebut,” paparnya

Kelompok tani ternak sapi yang berdiri 2015 lalu ini sudah mampu memberikan pendapatan tambahan ekonomi bagi petani desa. Namun tak mudah mengajak dan menyadarkan mereka bertani dari awal. Butuh waktu yang cukup lama sehingga mereka tertarik mengolah pupuk dari kotoran sapi.

“Kami perlahan mendekati dan memberikan pemahaman kepada petani. Bagaimana menerapkan sistem pertanian terintegrasi. Mulai dari pemeliharaan sapi, kotoran sapi diubah menjadi pupuk dan pupuk dihasilkan selain dijual juga dipakai untuk bertani,” pungkasnya. |ET|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts