I Made Tegeh Okta Maheri alias Dek Geh |FOTO : Dok. Pribadi|
Singaraja, koranbuleleng.com | Beberapa waktu lalu, pria ini tampak secara serius membenahi taman yang ada di area kantor DInas Kebudayaan, Kabupaten Buleleng. Setiap luang, dia selalu merasa punya kewajiban untuk merawat “warisan’ taman itu agar kantornya tetaplah tercerrmin sebagai kantor yang berbudaya dan memiliki lingkungan yang asri dan bersih. Namun dia bukanlah tukang kebun di kantor itu.
Dia justru seorang seniman tari tersohor di Bali, dan kini bekerja di Dinas Kebudayaan Buleleng. Dia, I Made Tegeh Okta Maheri atau para karibnya sering memanggilnya Dek Geh. Pria lulusan dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar. Dia menari tradisional hingga kontemporer.
“Dasar saya tradisional, tapi alur dan sesuatu yang baru membawa saya juga menarikan tari-tari kontemporer. Saya tidak bisa berada di ruang yang nyaman begitu saja, harus ada ekplorasi sehingga tercipta karya seni,” tutur Dek Geh saat ditemui di sela-sela merawat taman di depan Museum Buleleng.
Nama Dek Geh, bukanlah nama yang baru lahir kemarin sore dalam dunia tari. Sejumlah projek kesenian dijalani baik dalam pementasan di Bali bahkan sampai di kota-kota lain di Indonesia. Dia bahkan pernah menjadi salah satu penari cak “Kiskinda Wirawa” garapan dari Prof. Dr. I Wayan Dibia dan menari di kota Luzern Switzerland saat The Internasional Music Festival, 2000.
Dek Geh adalah salah satu penari kontemporer yang bebas dengan ide-idenya. Secara formal, kadang dia menari kontemporer tanpa harus diringi dengan alat-alat musik, tapi cukup dengan hentakan tubuh.
Baginya, Tubuh bagian dari musik, mulai dari nafas, ataupun atraksi tepuk tangan dan hentakan lainnpun. Tubuh ini sebagai media irama atau tempo.
“Nafas itu adalah musik, detakan jantung. Tepuk tangan. Musik itu suara, yang bisa kita ciptakan di wilayah kita sendiri. Tubuh ini sebagai irama, maka sebuah tari juga tidak perlu juga diiringi dengan alat-alat musik. Tetapi tari juga bisa diiringi dengan musik dari tubuh dan nafas ini,” kata Dek Geh.
Beberapa waktu lalu, Dek Geh juga menggarap proyek seni virtual. Dia menarikan sebuah tarian kontemporer dengan konsep warna tri datu, merah, putih, hitam. Dia menata seluruh gerakan bekerja sama dengan mantan istrinya. Proses pengambilan gambar dilakukan di Bajra Sandi, renon. Dia juga mengeksplorasi kemegahan Bajra Sandi.
“Tarian itu dibuat sebagai pesan kebersamaan kita ditengah Pandemi COVID 19. Kekuatan bersama bisa memberikan spirit lain yang lebih positif,” ucapnya.
Dek Geh sudah fokus ke tarian kontemporer sejak kuliah di STSI. KAdangkala, dia merekam tari-tarian yang dibuat direkam dalam bentuk video compact disc (VCD).
“Saya tidak berfikiran, apakah laku dijual dipasar, ya tidak masalah. Yang terpenting saya bisa mengeluarkan karya,” ujarnya.
Pria yang juga pernah punya pengalaman nekat terkait dengan Undang-undang Pornograpi. Kala itu, dia sedang bersiap untuk mempertunjukkan garapan tari kontemporer berjudul Stone Body atau tubuh batu yang lolos di Indonesian Dance Festival tahun 2008 di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM).
Itu hanya ditarikan sendiri, ditubuhnya hanya melekat sebuah g-string yang melekat dipinggang dan menutupi alat vitalnya saja. Kala itu, sedang ramai tentang polemik Undang-undang pornograpi.
“Hari ini UU Pornografi diundangkan, aku dapat giliran menari esoknya. Bingungnya setengah mati. Di tarian itu aku polos hanya menggunakan g-string saja. Kekhawatiran kita kala itu, say abis aditangkap karena melanggar undang-undang. Akhirnya berkumpul dengan seniman lain, diputuskan sudah lanjut saja karena ini bagian dari sebuah karya seni bukan untuk pertunjukkan pornografi,” terangnya.
Stone Body itu terinspirasi dari sebuah patung yang dibuat dari batu dengan ragam lekak-lekuk tubuh manusianya. Baginya, lekak-lekuk tubuh manusia itu sudah menjadi sebuahtarian, kelenturan yang harus dilatih setiap saat sehingga bisa memunculkan karya seni tari. “Tak bisa dipungkiri, lekak-lekuk tubuh manusia itu sudah menjadi inspirasi sebuah tarian,” katanya.
Saat tampil di TIM, kala itu dia hanya menari diatas sebuah panggung yang menyerupai batu dan berukuran kecil. “Tata panggung semua sederhana, hanya bermain di lighting saja,” ujarnya.
Akhirnya, pengalman rasa ditengah polemic UU Pornografi kala itu, Dek Geh bisa menuntaskan karya sneinya tanpa ada polemic apapun. Kini, hasrat Dek geh sebagai seniman untuk terus memacu dan melestariam tarian, selalu dia eksplorasi dari kondisi-kondisi terdekatnya, tubuh dan lingkungan sekelilingnya yang ditemui.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : I Made Tegeh Okta Maheri, S.Sn
Nama Panggilan : Dekgeh
Tempat / Tanggal Lahir : Banyuning, Buleleng, Bali, 23 Oktober 1976
Jenis Kelamin : Laki – laki
Agama : Hindu
Bangsa : Indonesia
Alamat : Jl.Gempol Gg.Damarwulan no.15 Lingkungan Banyuning
Tengah, Singaraja 81151 – Bali. Tlp: +62 82144178781
PENDIDIKAN
- Lulusan Sekolah Dasar (SD) Negeri 6 Banyuning, Singaraja, Kecamatan Buleleng dari tahun 1984 – 1989 dengan ijazah No. 190 OA oa 0014031.
- Lulusan Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama (SMP) Mutiara, Singaraja, Kecamatan Buleleng dari tahun1989 – 1992 dengan ijazah No. 19 OA ob 1699004.
- Lulusan Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas (SMA) Negeri 3 Singaraja, Kabupaten Buleleng dari tahun 1992 – 1995 dengan ijazah No. 19 OB oe 0448698.
- Lulusan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar, Program Sarjana (S1), Jurusan Seni Tari dari tahun 1997 – 2002 dengan ijazah No.540/L02.1.1/S1/2002
PENGALAMAN BERKESENIAN
- Sebagai penari dalam Garapan Tari MANIK ANGKERAN dengan Koreografer I Gd. Oka Surya Negara, SST dan I.A. Wimba R. SST, serta memperoleh Juara Umum untuk Provinsi Bali pada Parade Tari Daerah se Indonesia di Gedung Sasono Langen Budoyo, TMII Jakarta ( 12 Desember 1998).
- Sebagai penari Cak : KISKINDA WIWARA, sutradara Prof.Dr. I Wayan Dibia SST,MA, pada The International Music Festival di Luzern – Switzerland ( 20 Agustus 2000).
- Koreografer dan penari dalam PUTARAN WAKTU, AKU, JATUH, SAPU di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar – Bali (1999 – 2000).
- Peserta Workshop Olah Seni Kolaborasi III antar Perguruan Tinggi Seni se- Indonesia yang diselenggarakan oleh STSI Denpasar tahun 2000/2001 di Denpasar – Bali, atas bantuan biaya dari The Ford Foundation (2 April 2001).
- Koreografer dan penari GETA pada Ujian Akhir Karya Seni STSI Denpasar, di Gedung Natya Mandala STSI Denpasar – Bali serta memperoleh predikat sebagai Penyaji Terbaik I diantara 10 penyaji terbaik Karya Seni (26 Desember2001 – 4 Januari 2002).
- Sebagai penari ILAGALIGO, sutradara Robert Wilson (New York-USA), produksi Change Performing Arts (Milan-Italia) dan Bali Purnati Center For The Arts (Bali-Indonesia) di Esplanade Theatres on the Bay Singapore ( World Premiere) 12 – 13 Maret 2004, Het Muziektheater Amsterdam (Belanda) 12,14,15 Mei 2004, Theatre Lliure Barcelona (Spanyol) 20 – 23 Mei 2004, Teatro Espanyol Madrid (Spanyol) 30,31 Mei, dan 1,2 Juni 2004, Les Nuits de Fourviere, Rhone – Lyon ( Perancis ) 8 – 10 Juni 2004, Teatro Alighieri Ravenna (Italia) dalam Festival Ravenna XV 18 – 20 Juni 2004, New York State Theater (USA) dalam Lincoln Center Festival 2005, 13 -16 Juli 2005, Teater Tanah Airku, TMII Jakarta (Indonesia) 10 – 12 Desember 2005, Art Center State Theater Melbourne (Australia) dalam Melbourne International Arts Festival 2006, 19 – 23 Oktober 2006, Teatro Arcimboldi Milan (Italia) 12 – 17 Februari 2008, The Metropolitan Hall, Taipei Cultural Center (Taiwan) dalam Taipei Arts Festival 7 – 10 Agustus 2008, Fort Rotterdam, Makassar 21-22 April 2011.
- Koreografer dan penari MY CHAIR dan BEHIND THAT dalam Watermill Center Art Summer di Watermill, Long Island, New York (USA) Juli – Agustus 2005.
- Koreografer dan penari MAUKU serta memperoleh penghargaan sebagai Penari Terbaik pada Kompetisi Tari Tunggal Kontemporer IV, Bandar Serai Award 2006 di Bangsal Kiambang Bandar Seni Raja Ali Haji, Pekanbaru, Riau (Indonesia) 2 – 4 Maret 2006.
- Koreografer dan penari SESALKU dalam Forum Komposer dan Koreografer Muda di Gedung Geria Olah Kreatifitas Seni (GEOKS) Singapadu, Gianyar – Bali (10 Agustus 2006),serta Malang Arts Festival, Malang – Jawa Timur (24 Agustus 2006).
- Lokakarya Tari dan Koreografi bersama LIN HWAI MIN, Artistic Director of Claud Gate Dance Theatre of Taiwan di Gedung Teater Besar ISI Surakarta – Jawa Tengah (26 Juli – 8 Agustus 2007).
- Sebagai Koreografer dan penari STONE BODY dalam The 9th IDF Jakarta International Performing Arts Festival di Gedung Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki Jakarta ( 28 – 31 Oktober 2008).
- Sebagai koreografer ‘Konfigurasi’ dan Pragmen Tari ‘Bali in Harmony’ pada Pembukaan Pekan Olah Raga Daerah Provinsi (PORPROV) Badung IX di GOR Mengwi, Badung – Bali ( 9 September 2009).
- Koreografer bersama Sefi Indah Prawasari dalam karya ‘Biang’, ‘Our Voice’, dan ‘My Chair’, produksi The Voice Dance Group of Bali, sebagai salah satu program Kesenian Unggulan dari Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, dalam rangka Pesta Kesenian Bali XXXIII Di Gedung Ksirarnawa, 4 Juli 2011.
- Koreografer bersama ‘Ni…Perempuan dalam Doa’ pada Konferensi Topeng Internasional IMACO (International Mask Arts and Culture Organization) di bawah naungan UNESCO, dengan judul karya (30 Nopember – 3 Desember 2011.
- Workshop Tari Kontemporer oleh Melanie Lomoff (France) bersama penari-penari dari Indonesia yang terseleksi, yang diselenggarakan oleh NUART DANCE LAB dan Sasikirana Dance Camp bertempat di NuArt Sculpture Park, Bandung dari tanggal 15 – 17 Januari 2016
- Sebagai Koreografer dalam Lokakarya Koreografi Tari Kontemporer dalam event Sasikirana Koreo LAB & Dance Camp 2016 bersama 6 (enam) Koreografer terpilih dan 25 (dua puluh lima) Penari terpilih yang di bimbing (Mentorship) oleh Arco Renz (Belgia), Fathurrahman Bin Said (Singapore), Hartati (Indonesia) dan Eko Supriyanto (Indonesia / Curator), yang diselenggarakan oleh Sasikirana Dance Camp di NuArt Sculpture Park, Bandung dari tanggal 1 – 10 Agustus 2016. Event ini didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia dan Bakti Budaya Djarum Indonesia.
- Koreografer event THE HIDDEN PARADISE
Pewarta : I Putu Nova A.Putra
Editor : I Putu Nova A.Putra