Warga, kerabat dan keluarga mengantar jenasah selegram Ayu Wulantari menuju setra Kayubuntil, Kelurahan Kampung Anyar |FOTO : Edy Nurdiantoro|
Singaraja, koranbuleleng.com | Jenasah selegram, Ni Ketut Ayu Wulantari, yang lakukan bunuh diri dengan cara melompat dari lantai empat menjalani prosesi mekingsan di gni, Kamis 3 Desember 2020. Prosesinya dilakukan di setra adat Kayubuntil, Kelurahan Kampung Anyar, Singaraja.
Seperti diketahui, Ayu Wulan tewas bunuh diri lompat dari lantai IV di salah satu penginapan di Jimbaran beberapa hari yang lalu. Peristiwa ini sangat menggemparkan masyarakat Bali.
Banyak teman, kerabat dan keluarga dari almarhum mengantarkan jenazah wanita kelahiran 18 Juli 1997 dari rumah duka di Jalan Pulau Sumatra, Kelurahan Kampung Anyar, Kecamatan/Kabupaten Buleleng menuju setra.
Proses upacara disaksikan langsung oleh kedua orangtua Ayu Wulan, I Ketut Widiarta dan Ni Luh Suparmi. Orang tua Ayu Wulan tak kuasa menahan kesedihan atas kepergian anak kesayangannya tersebut. Pihak keluarga lainnya juga ikut meneteskan air mata saat menyaksikan jenazah Ayu Wulan dikremasi.
Ayah korban, Ketut Widiarta mengatakan, Ayu Wulan yang merupakan anak keempatnya itu semasa hidupnya merupakan gadis yang sangat baik dan penurut dengan kedua orangtuanya.
“Ketut anaknya tidak pernah membantah. Selalu baik dengan orangtua, kakak dan adik-adiknya,” kenang Widiarta.
Sebelum anak gadisnya meninggal, Widiarta mengaku almarhum Ayu Wulan sempat meminta izin kepadanya mengajak pacarnya untuk pulang ke Singaraja dan diperkenalkan ke orangtuanya. Bahkan, almarhum Ayu Wulan juga sempat mengutarakan keinginannya untuk menikah.
“Beberapa waktu yang lalu Wulan sempat bilang ke saya mau nikah tapi saya bilang jangan dulu. Saya sarankan dia memantapkan kerjaan dulu, agar siap menjalankan rumah tangga,” ungkapnya
Almarhum Ayu Wulan juga sempat menempuh studi kebidanan di Universitas Respati Yogyakarta (Unriyo) dan baru lulus pada tahun 2019 lalu. Setelah lulus kuliah, almarhum Ayu Wulan diterima bekerja sebagai bidan di salah satu fasilitas kesehatan di Kota Denpasar. Di Kota Denpasar almarhum tinggal dengan ibunya.
“Wulan hanya sesekali pulang ke Singaraja, kalau ada hari raya. Saat kuliah kebidanan dia di Yogyakarta, jadi agak jarang juga bertemu. Tapi dia sering menanyakan kabar lewat telepon,” tutupnya. Kini keluarga berusaha mengikhlaskan kepergian Ayu Wulan. |ET|