Kisah Sopir Ambulance Yang Lebih Was-was Terpapar COVID-19 Dibanding Dihantui Jenasah

Sopir Ambulance pengantar pasien COVID-19, Lanang Bismasara |FOTO : I Putu Nova A.Putra|

Singaraja, koranbuleleng.com | Menjadi sopir ambulance, sudah menjadi kewajiban untuk mengantar jenasah, selain mengantar orang yang sakit atau pun pasien yang membutuhkan penanganan segera. Namun, mengantar dan menjemput pasien yang terpapar COVID-19, atau jenasah orang yang meninggal terkontaminasi COVID-19 adalah pekerjaan dan pengalaman baru bagi, Lanang Bismasara, seorang sopir ambulance RSUD Buleleng.  

- Advertisement -

Lanang Rai Bismasara, pria berusia 36 tahun sudah 13 tahun lebih menjadi sopir Ambulance maupun sopir pengantar jenazah di RSUD Buleleng. Ayah dari dua orang anak mengaku mengantar pasien covid-19 adalah pengalaman baru yang selalu bikin was-was.

Baginya, ketakutan itu sangat wajar. Mengingat menjadi sopir Ambulance mengantar pasien Corona merupakan pengalaman pertama. Rasa takutnya kian menjadi-jadi, mengingat Covid-19 ini telah terbukti memiliki kemampuan penularan yang cepat. Tak ayal, warga di berbagai Negara di penjuru dunia, banyak yang meninggal dunia. Termasuk tim medis, banyak yang terpapar.

“Begitu tahu mendapat tugas tambahan antar jemput pasien Corona ya langsung was-was. Tahu sendiri kan, Corona tak pandang bulu. Semua sopir begitu. Saya lebih takut mengantar pasien Covid-19 ketimbang mengantar jenazah pasien umum,” kata Lanang, dalam suatu kesempatan melalui sambungan telepon.

Kisah horor saat mengirim jenasah, sudah biasanya baginya. Selama 13 tahun menjadi sopir, beragam pengalaman mistis sebut Lanang sudah menjadi santapan sehari-hari. Ia kerap mengantar jenazah dari RSUD Buleleng hingga ke Jawa. Kisah horor mulai ditampar roh halus saat mengantar jenazah hingga melihat beragam jenis makhluk aneh kerap dialami. Itu membuatnya terlatih dan terbiasa. Dan itu tidak menyebabkan sakit seperti Virus Corona. Justru ketika menjadi sopir ambulance mengantar jemput pasien virus Corona membuat rasa takutnya sulit dihilangkan sejak pandemic dimulai, Maret 2020 hingga kini. 

- Advertisement -

“Masih was-was saja, tetapi sekarang protokol kesehatan dan protokol pengantaran jenasah harus dilkaukan secara disipilin supaya kita terlindungi.” terangnya.

Namun begitu, semangat kemanusiaan yang mendorongnya terus bekerja untukikut memerangi virus yang awalnya menyebar di Wuhan, Cina ini. Baginya, ini tugas kemanusiaan yang harus dijalankan demi keselamatan umat manusia.   

“Ini adalah tugas kemanusiaan. Juga resiko pekerjaan. Kami berusaha sekali mengalahkan rasa takut yang selalu muncul saat bertugas. Kalau menggunakan APD sudah pastilah. Karena itu keharusan. Dan kami sudah pasti tidak mau bertugas  kalau tanpa dilengkapi APD,” imbuh Lanang.

Selain menggunakan APD, Lanang dan temannya juga wajib menjalankan protap saat menjalankan tugasnya. Ia juga didampingi perawat saat bertugas. Termasuk wajib disemprot disinfektan ketika usai mengantar pasien dan mobil ambulancenya di sterilkan. Semua sopir ambulance juga harus mandi besar di RSUD untuk mengantisipasi penularan virus.

 “Otomatis sampai di rumah saya tidak berani langsung ngambil anak, ngobrol. Ya wajib mandi, keramas. Bahkan berjemur dulu sampai kulit gosong. Baju langsung dicuci. Memastikan agar steril kembali. Setelah itu baru bisa ngobrol sama keluarga melepas rindu,” jelasnya.

Lanang menambahkan, pernah juga ia menjemput seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang dikarantina di sebuah hotel di kawasan Lovina. PMI tersebut memang sedang hamil. Namun karena keguguran hingga PMI tersebut menjalani tahapan medis di RSUD Buleleng.

“Kadang perasaan campur aduk, kasihan sudah pasti melihat mereka yang setelah di swab hasilnya positif. Bagaimana perasaan keluarganya. Seperti saya punya anak, punya istri yang lagi hamil kepikirannya sampai kesana,” ungkapnya.

Untuk itu, Lanang pun mengajak masyarakat untuk sadar dan tetap menerapkan protokol kesehatan. Imbauan untuk menerapkan 3M harus ditaati secara benar. Memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak dari kerumunan.

“Kita seharusnya sadar bahwa tidak bisa bermain-main atau melawan apa yang dikatakan pemerintah untuk tinggal dirumah. Karena virus ini menyerang siapa saja. Kita tahu berita di media sudah sangat gencar. Masyarakat juga sudah tahu dari media massa dampaknya,” pintanya. |NP/Mar|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts