Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Prof. Dr. I Made Sutama, M.Pd. |FOTO : Istimewa|
Singaraja, koranbuleleng.com | Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Prof. Dr. I Made Sutama, M.Pd., membuka Perayaan Bulan Bahasa Bali tahun 2021 yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa Sastra Indonesia Daerah. Perayaan ini bertujuan untuk mendukung program Pemprov Bali dalam rangka menjadikan bahasa Bali sebagai bahasa daerah yang dikenal dunia internasional.
Perayaan Bulan Bahasa Bali tahun 2021 berlangsung secara daring (daam jaringan). Dihadiri oleh Wakil Dekan III, Dr. I Nyoman Sila, M.Hum. Koordinator Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, I Made Astika, S.Pd., M.A., Koorprodi Pendidikan Bahasa Bali, Ida Bagus rai, SS, M.Pd., Pembimbing kemahasiswaan tingkat jurusan, I Kadek Wirahyuni, SPd., M.Pd., para dosen di lingkungan Jurusan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah.
Dalam sambutannya, Made Sutama menguraikan tiga hal yang menjadi keutamaan bahasa ini. Pertama, bahasa Bali mampu dan telah terbukti sebagai bahasa sastra. Hal ini terbukti dari adanya berbagai peninggalan sastra Bali baik tertulis dalam ribuan pustaka suci lontar maupun komposisi-komposisi sastra lisan.
Berbagai aspek kebudayaan sastra Bali dalam berbagai wujud, seperti lakon, gaguritan, kidung, pepatah-petitih menggunakan bahasa dan aksara Bali. Semua itu, adalah wujud bahasa Bali sebagai bahasa susastra, sebagaimana yang dijelaskan oleh Dekan FBS.
“Keutamaan yang kedua dimiliki bahasa Bali adalah mengingat bahasa ini memiliki aksara.” Terangnya.
Prof. Dr. I Made Sutama, M.Pd., menambahkan bahwa tidak semua bahasa daerah Nusantara memiliki aksara. Di antara yang sedikit itu, bahasa Bali termasuk di dalamnya. Atas dasar ini juga rasa bangga kepada bahasa Bali harus dimunculkan, tentu dengan mempelajari aksara sebagaimana ditekuni di kampus ini di bawah bimbingan para dosen yang telah mengembangkan pendidikan bahasa Bali untuk menyiapkan guru-guru bahasa Bali di masa depan.
Keutamaan ketiga bahasa Bali adalah, merekam atau mendokumentasi seluruh khazanah kebudayaan Bali. Salah satu kekhawatiran dunia jika bahasa Bali punah adalah hilangnya semua dokumentasi budaya. Hal ini menjadi alasan kuat mengapa pemerintah Bali dengan berbagai daya upaya melestarikan bahasa dan aksara Bali, lebih-lebih sejak kepemimpinan Gubernur Bali, Wayan Koster.
Dia menegaskan bahwa mahasiswa dan kampus memiliki tanggung jawab moral untuk melestarikan bahasa dan aksara Bali. Hal ini misalnya tampak pada dukungan Fakultas Bahasa dan Seni terhadap kegiatan perayaan Bulan Bahasa Bali 2021. |Rilis/NP|