Ditengah Pandemi COVID-19, Ekspor Nener ke Filipina Stabil

Sejumlah pekerja mempersiapkan bibit bandeng atau nener untuk ekspor |FOTO : Edy Nurdiantoro|

Singaraja, koranbuleleng.com | Meski ditengah pandemi COVID-19 usaha budi daya bibit bandeng atau nener di kecamatan Gerokgak, Buleleng tetap mampu bertahan ditengah situasi perekonomian yang sulit ini. Bahkan, nener tersebut bisa menembus sampai ke pasar luar negeri yakni Filipina.

- Advertisement -

Pengusaha tambak di Kecamatan Gerokgak, Hengky Putro Raharjo mengatakan, meski sebelumnya sempat mengalami keterpurukan akibat permintaan pasar yang menurun. Namun masih tetap bisa mengekspor nener hingga keluar negeri.  

Ia juga mengakui, banyak pengusaha yang tak mampu bertahan karena masih tingginya biaya operasional. Tapi, berkat kegigihannya itu membuat usaha yang digelutinya sejak lama ini mampu bertahan.  

“Kami awalnya mengalami situasi sulit. Kami pun bertahan untuk tidak merumahkan karyawan karena berhitung soal ketahanan ekonomi keluarga,” ujar Hengky, belum lama ini

Harga normal nener menyesuaikan dengan standar berada di kisaran Rp10 rupiah per benih. Hanya saja harga itu, belum bisa terangkat mengingat belum adanya regulasi untuk menertibkan harga ditingkat tambak. Kondisi itu yang memicu banyak pengusaha yang tak mampu bertahan.

- Advertisement -

Saat ini, karena permintaan dari Negara Filipina meningkat,  harga per ekor nener ia mampu jual berkisar Rp40 sampai dengan Rp45. Kondisi inipun mampu menggairahkan perekonomian masyarakat yang bekerja pada sektor tersebut meski ditengah situasi pandemi COVID-19.

“Sekali pengiriman sekitar 40 juta hingga 70 juta bibit bandeng. Bisa dua kali dalam seminggu kami ekspor bibit Bandeng ke Filipina,” ungkap Hengky.

Sektor budi daya bandeng di Buleleng kata Hengky harusnya mendapat perhatian yang lebih serius. Sebab, selain punya nilai ekonomis, nutrisi dan gizi yang terkandung dalam bandeng melebihi ikan Salmon.

“Kami bersyukur masih bisa bertahan dan bisa membantu perekonomian masyarakat meski dengan kondisi seperti sekarang” pungkasnya.

Sementara itu, Camat Gerokgak, Made Juartawan mengatakan, sebagian besar warga Kecamatan Gerokgak bekerja di sektor budi daya tambak. Bahkan dari 14 desa yang ada di Kecamatan Gerokgak memiliki usaha tambak. Oleh karena itu, desa-desa di Gerokgak paling sedikit ada penerima BLT-DD dibandingkan desa lainnya yang tidak punya usaha budi daya tambak.

“Warga terbantu secara ekonomi dari sektor budi daya perikanan darat ini. Sektor ini telah membantu ekonomi masyarakat untuk dapat bertahan ditengah situasi pandemi COVID-19,” pungkasnya.|ET|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts