Indra Andrianto |FOTO Sketsa|
“Candi Sewu tidak akan pernah berdiri, kalau pangeran Bandung Bondowoso tidak mengalami bucin, Bucin itu Positif bagi mereka yang bisa memadai dan mampu menyikapi sebagai suatu semangat untuk berpikir dan bertindak” –Novi, Penggiat Literasi Cakanca.id
Kita berada di abad dua puluh, abad dimana manusia modern sedang tumbuh dan berkembang ditengah arus modernisasi baik itu perkembangan ilmu pengetahuan maupun kemajuan teknologi. Perkembangan tersebut lantas mampu membawa pengaruh pada setiap lini tatanan kehidupan masyarakat tanpa terkecuali pada bahasa pergaulan (komunikasi) dalam kehidupan sehari-hari, seperti munculnya beberapa istilah kata yang lekat pada anak-anak muda masa kini (kaum milenial).
Sebagai suguhan realita, jangan bingung ketika hari ini kita banyak mendengar istilah-istilah yang tidak bisa diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) seperti misalnya kata; Anjay, Julid, Mager, Kuy, Sabi, Pap dan lebih tepatnya disebut sebagai bahasa gaul yang erat dan lekat dengan kehidupan anak-anak milenia per hari ini. Tujuan tulisan ini tidak untuk mengulas tentang istilah-istilah yang sudah disebutkan tadi (hal itu hanya sebagai contoh), melainkan lebih kepada mengulas kata yang serupa (sejenis),yang seringkali kita lihat dan didengar baik itu melalui komunikasi media sosial ataupun lingkungan sosial langsung.Atau bahkan pembaca pernah mengucapkannya dalam bentuk guyonan kepada teman ataupun sahabat ketika sedang bersama. Pernah ataupun tidak pernah, yang pasti istilah-istilah tersebut menjadi hits dan seringkali digunakan.
Pernah kah kalian mendengar istilah Bucin yang dilontarkan oleh orang-orang disekitar kalian ketika melihat sesuatu yang berkaitan dengan sepasang yang sedang berkasih atau sedang melihat salah satu teman kita yang ingin sebaik mungkin menyatakan perasaannya baik dalam ucapan ataupun kepada lawan jenisnya dan apakah mereka terjangkit Bucin ?danBucin itu sebenarnya berupa apa? apakah sejenis nutrisi seperti apa yang telah ditulis pada judul tulisan ini.
Istilah Bucin tergolong istilah baru yang dipopulerkan oleh generasi kelahiran tahun 2000-an, dalam KBBI kata Bucin tidak mempunyai arti dengan kata lain bahwa Bucin tidak tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sama halnya dengan istilah-istilah yang disampaikan pada paragraf dimuka. Bucin merupakan kepanjangan dari Budak Cinta.Berbicara soal cinta dalam sudut pandang kimia tentu otak manusia memang diprogram untuk jatuh cinta, ketika kita jatuh cinta hormon dopamin diproduksi secara masif didalam otak manusia sehingga cinta mengalami candu seperti habis mengkonsumsi kokain. Tentunya dalam hal ini, seseorang akan mau melakukan apapun demi kesenangan dirinya yang membawa kebahagian.
Jika secara faktor kimia melibatkan otak maka di paragraf ini saya ingin katakan bahwa setiap manusia juga melibatkan hati dalam perasaan, tentunya jugaakan melakukan hal sebaik mungkin untuk pasangannya. Tidak ada dalam kamus percintaan dan seni mencintai pasangan pada orang kita cintai dengan tujuan untuk melakukan hal-hal yang tidak baik apalagi sampai niat hati untuk menyakiti. Jika memang tujuan jatuh cinta hanya untuk hal itu maka kondisi kejiwaannya perlu dihadapkan pada ahli physikologi siapa tahu sedang mengalami gangguan kejiwaan sehingga akan menjadisebuah masalah jika dibiarkan berkepanjangan. Sekalipun pada kenyataannya tidak bisa dipungkiri masih banyak diantara manusia baik laki-laki dan perempuan mengalami sakit hati, merasakan kekecewaan bahkan memupuk dendam sehabis menjalin kisah cinta dengan orang yang dicintainya.
Setiap orang yang memiliki pasangan tentu mengusahakan hal yang terbaik untuk suatu hubungan yang baik ataupun masih ranah statusgebetansekalipun tentu juga akan melakukan hal terbaik untuk menunjukkan kasih sayangnya. Namun apakah hal tersebut bisa kita anggap suatu budak cinta?.Saya tidak begitu sepakat jika apa-apa yang berkaitan dengan perlakuan kasih sayang, dianggap suatu perbudakan hingga menghilangkan sisi nurani dan akal sehatnya.Tidak semua tindakan dalam menunjukkan kasih sayang itu sebagai budak cinta.Kecuali memang berlebihan, dalam artian seseorang tidak menggunakan akal sehatnya lagi dalam menjalani cinta.
Dalam kamus tokoh-tokoh Physikologi bernama Abraham Maslow pernah berpendapat bahwa mengenai hal cinta merupakan proses aktualisasi diri yang mana dapat membuat orang melahirkan tindakan-tindakan kreatif dan produktif. Dengan adanya cinta seseorang akan mendapatkan kebahagian jika mampu membahagiakan orang lain yang dicintainya. Dan lebih gawat lagi jika kita membaca buku-buku tokoh physikologi seperti Erich Fromm yang secara kesimpulan mengatakan bahwa dengan adanya cinta seseorang dapat memecahkan tembok yang jadi pemisah dari manusia dengan teman-temannya, yang dapat menyatukan atau menghubungkan seseorang dengan orang lainnya.Bahkan Erich Fromm secara terbuka mengatakan bahwa cinta mampu menghidupkan empat unsur dalam setiap diri manusia berupa perhatian, tanggung jawab, hormat, dan pengetahuan.Jadi saya sepakat dengan dua tokoh hebat ini. Kepanjangan arti Bucin sebaiknya diganti saja bukan lagi budak cinta tapi mari kita “Bulatkan Cinta” pada setiap apa yang sedang kita jalani dengan pasangan kita namun jangan sampai berlebihan. Terkadang cinta mati yang menyebabkan budak cinta itu menjadi sesuatu yang nyata yang menyebabkan setiap orang terkadang megenalisir setiap yang berhubungan dengan cinta denga label “lagi bucin ya..”, kira-kira begitu bunyi guyonannya. Sekali lagi cinta harus melibatkan hati dan pikiran yang sehat inilah yang disebut membulatkan cinta yang kita punya (bucin sebenarnya). Cinta mati pada pasangan sebagai contoh terkadang seseorang rela meninggalkan dan membuang keluarganya demi kekasih yang dicintainya, ini sebenarnya yang menyebabkan bucin ditafsir kesegala arah, liar seperti tanpa batasan pokoknya melihat teman kita punya gebetan dikatain budak cinta, romantis dikit dikatain budak cinta, sedang perasaan cinta tidak bisa kita hindari jika memmang sudah waktunya dan cinta bukanlah buatan manusia sebab rasa tersebut Tuhan yang menumbuhkannya.
Bulatkan cinta jangan setengah-setengah karena berlebihan juga tidak baik. Dengan kita membulatkan cinta kita pada seseorang akan membuat otak manusia tumbuh bunga loh (bunga identik dengan keindahan dan memiliki arti positif, indah dan wangi) seperti apa yang dikatakan oleh Erich Fromm dengan empat unsurnya bahwa setiap yang orang Bucin akan mampu menumbuhkan perhatian, tanggung jawab, rasa hormat, dan mengembangkan pengetahuannya. Dan perihal Fromm juga senada dengan apa yang dikatakan dikatakan Maslow bahwa dengan Bucin seseorang akan mengalami proses aktualisasi diri yang mana dapat membuat orang melahirkan tindakan-tindakan kreatif dan produktif.
Dari hal itu bahwa sebenarnya Bucin adalah sebuah nutrisi bagi diri manusia tanpa kita sadari ataupun tidak. Kalian yang pernah melihat film B.J Habibie dan Ibu Ainun betapa B.J Habibie sangat mencintai mendiang ibu Ainun, mereka berdua juga Bucinloh hingga pada suatu puncaknya eyang Habibie sampai berjanji bahwa suatu hari nanti ia akan menciptakan pesawat untuk Ibu Ainun. Alhasil kekuatan cinta mampu membawa BJ Habibie membuktikan pesawat untuk ibu Ainun tidak hanya tokoh BJ Habibie saja, ada banyak diantara teman-teman saya ketika menulis mampu menghasilkan karya tulisan yang baik dan bagus ketika dia jatuh sedang cinta atau terinspirasi dari cinta yang sedang ia jalani terhadap seseorang (ini juga bagian dari Bucin) namun menghasilkan sesuatu yang hal yang positif bagi kualitas karya yang ia tulis. Dari kisah-kisah tersebut dengan segala penegasan bahwa Bucin adalah kekuatan untuk menggerakkan. Sebagai penutup tulisan ini ada hal yang perlu kita cerna dari apa yang Jalaluddin Rumi katakan dalam syair-syairnya sebagai suatu nasehat untuk diri ketika manusia mulai membulatkan cintanya maka cinta tersebut dapatmengubah kekasaran menjadi kelembutan, mengubah orang tidak berpendirian menjadi teguh berpendirian, mengubah pengecut menajadi pemberani, mengubah penderitaan menjadi kebahagian, dan cinta membawa perubahan-perubahan bagi siang dan malam, tentunya perubahan yang membawa dampak yang lebih baik pada diri sendiri dan terlebih pada orang-orang disekitarnya. Bucin juga akan berdampak baik jika kapasitas isi kepala dan cara menyikapi juga baik maka disinilah maksud mengapa bucin itu perlu bagi kehidupan sehari-hari manusia sebagai suatu nutrisi agar kita tetap menjadi manusia yang lebih baik.
Penulis : Indra Andrianto. (Lahir dan tumbuh besar di Kabupaten Bondowoso, Alumni Universitas Pendidikan Genesha Bali (Jurusan PPKn) dan sekaligus Demisioner Ketua Umum Fakultas Ilmu Sosial HMI Cabang Singaraja (Periode 2015-2016. Karya buku : kumpulan Opini dengan judul #Merawatingat di Rumah Penerbitan Sosielo Toer pada Oktober 2018. Saat ini aktif sebagai Pendidik di salah satu sekolah Internasional di Badung, Bali.)