Singaraja, koranbuleleng.com | Sedikit warga di Kelurahan Beratan, Buleleng masih setia menjalankan profesi sebagai perajin perak. Kerajinan perak telah menjadi warisan leluhur dari warga setempat.
Pembuatannya yang rumit dan membutuhkan keahlian yang mumpuni, membuat perajin perak di kelurahan Beratan hanya dilakoni oleh orang-orang tertentu saja. Terhitung, hanya tersisa 5 orang saja.
Pande Putu Sudipta adalah salah satu perajin perak yang masih bertahan sampai saat ini. Dia mengawali usaha kerajinan perak sejak tahun 2005. Dia sebelumnya bekerja sebagai tour guide, namun memutuskan kembali ke rumah dan meneruskan usaha kerajinan perak yang dimiliki ayahnya.
Dia tidak sendiri, adiknya pun mengikuti jejak ayahnya. Tujuan utamanya adalah mempertahankan usaha perak yang sudah diwariskan secara turun temurun. Selain juga digunakan sebagai sumber penghidupan.
Kerajinan perak yang dibuatnya memiliki keunikan tersendiri sehingga mampu bertahan hampir 16 tahun. Ciri khas dari kerajinan perak di Buleleng khususnya di Beratan dilihat dari ukirannya.
Menurut Sudipta, ukiran khas Buleleng bentuknya lebih besar, dibandingkan dengan ukiran khas daerah lainnya seperti Gianyar yang bentuknya lebih kecil dan rumit. “Yang menyebabkan kami bisa bersaing dengan perajin perak lainnya yaitu kami memiliki ciri khas tertentu pada ukiran peraknya yakni ukiran khas Buleleng.” tutur Sudipta.
Sudipta mengungkapkan bahwa dia sering mengikuti pameran-pameran aksesoris perak sampai tingkat nasional. Dia juga kerap menerima apresiasi terhadap karyanya dari pemerintah daerah. Dia bilang, istri Bupati Buleleng, juga sering membeli produknya.
Karya yang diciptakannya murni dari perak yang terkadang dilapisi dengan emas putih dan rose gold. Sudipta masih mengandalkan produksi secara manual dan sangat memperhatikan tiap detail karyanya. Bahan bakunya, ia peroleh dari langganannya di Denpasar. “Bahan baku kami, diambil di perusahan ANTAM, jadi peraknya asli dengan kualitas tinggi.” ungkap Sudipta.
Sebelum masa pandemi, usaha kerajinan perak yang dia beri nama “Manik Prapen” sangat ramai pembeli. Sudipta mengakui bahwa dulunya dia hanya tidur 3 jam dalam sehari akibat pesanannya yang membeludak.
Tahun 2020, Manik Prapen harusnya mengadakan pameran perak, namun karena hantaman COVID-19, pameran tersebut dibatalkan. Sudipta yang ketika itu sudah menyiapkan produknya, tidak bisa berbuat apa. “Produk-produk yang terpajang di sini, itu adalah produk yang harusnya saya pamerkan di tahun 2020.” kata Sudipta.
Produksinya juga mengalami penurunan drastis. Sebelum pandemi, dalam waktu sehari paling tidak ada 3 pesanan yang harus dibuat oleh Sudipta. Namun saat ini, dalam 1 bulan, hanya ada 3 pesanan saja. Di tambah lagi persaingan dari perusahaan aksesoris dengan bahan xuping banyak beredar di pasaran.
Aksesoris dengan bahan xuping memilki harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan yang berbahan perak. Tren masyarakat adalah bisa menggonta-ganti aksesoris yang dipakai, sehingga aksesoris dengan bahan xuping menjadi pilihannya. “Contoh saja, gelang bayi yang dipakai untuk upacara tiga bulanan. Kami menjual 1 set dengan harga mencapai delapan ratus ribu rupiah, namun yang memakai bahan xuping mampu menjualnya dengan harga seratus lima puluh ribu rupiah.” ujar Sudipta.
Sudipta mengungkapkan juga bahwa jika dia memakai bahan xuping untuk produknya, maka dia akan dikeluarkan dari asosiasi perusahaan perak karena hal tersebut dilarang keras dan ada undang-undang yang mengatur. Permasalahan lainnya adalah di bagian hak cipta. Ketika Sudipta membuat sebuah karya dan itu banyak diminati oleh masyarakat, banyak sekali yang meniru karyanya. “Pembuatan hak cipta kan cukup lama. Ketika saya ingin membuat hak cipta, tren yang saya buat keburu hilang dan banyak ditiru oleh perusahaan lainnya.” ujarnya.
Sudipta hanya berharap, perekonomian segera bangkit dan perputarannya dapat berjalan normal. Selain itu dia juga berharap agar ada penerus dari kerajinan peraknya sehingga pengerajin perak di Beratan tidak semakin menghilang. (*)
Pewarta : Luh Sinta Yani
Editor : I Putu Nova A. Putra