Pura Agung Mpu Kuturan Dibangun Dengan Ciri Khas Buleleng

Prosesi pecaruan manca sanak dan Ngeruak di lokasi pembangunan Pura Agung Mpu Kuturan |FOTO : Rika Mahardika|

Singaraja, koranbuleleng.com| Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Negeri Mpu Kuturan Singarajasegera mewujudkan sebuah pura dengan gaya ukiran khas Buleleng. Perguruan tinggi yang sedang menumbuhkan kelembagaannya akan menamai pura tersebut, Pura Agung Mpu Kuturan sama seperti nama perguruan tingginya sebagai sebuah penghormatan terhadap sosok Mpu Kuturan yang telah mewariskan peradaban Bali yang masih terpelihara hingga kini. 

- Advertisement -

Prosesi pembangunadidahuli dengan tradisi Pecaruan Manca Sanak dan Ngeruak yang Jumat, 27 Agustus 2021 pukul 11.00 wita.  Upacara dipimpin langsung oleh Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Wiweka Natha dari Geriya Taman Tari Pinge, Desa Baktiseraga, Kecamatan Buleleng.

Dari sisi keyakinan Hindu di Bali, tradisi pecaruan bertujuan untuk nyomya Bhuta Kala dan menetralisir energi negatif di lahan pembangunan. Proses upacara pun dilakukan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Usai pecaruan, acara dilanjutkan dengan prosesi ngeruak sebagai pertanda dimulainya proses pembangunan. Semua pelaksanaan diikuti oleh jumlah peserta yang terbatas dan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.

Pelaksanaan pembangunan Pura Agung Mpu Kuturan didanai dari dana DIPA STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja tahun 2021 sebesar Rp1.452.468.800. Proses pembangunan akan dilaksanakan selama 120 hari kalender oleh rekanan PT Megah Tama Perkasa, terhitung 26 Agustus 2021 hingga 23 Desember 2021 mendatang.

Ketua STAHN Mpu Kuturan Singaraja, Dr. I Gede Suwindia, S.Ag., M.A mengatakan, proses pembangunan parahyangan di areal Kampus yang berlokasi di Jalan Pulau Menjangan, Kelurahan Banyuning, Singaraja ini diawali dengan penandatanganan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) pada Kamis 26 Agustus 2021 lalu. Penandatanganan SPMK juga disaksikan langsung dari pihak Kejari Buleleng.

- Advertisement -

Dikatakan Suwindia, Pura Agung Mpu Kuturan ini dibangun dengan arsitektur khas Buleleng. Seluruh material akan berasal dari Buleleng. Tidak hanya dari segi bahan dan struktur bangunan, bahkan gaya ukiran akan mengadopsi ukiran khas Buleleng.

“Nanti gaya bangunan akan meniru seperti Pura Beji di Sangsit sebagai ciri khas Buleleng. Kami punya komitmen untuk melestarikan budaya lokal yang sudah mengakar di Buleleng sehingga menjadi ikon bagi STAHN Mpu Kuturan Singaraja,” ujar Suwindia.

Jika tidak ada aral melintang, proses pembangunan Pura Agung Mpu Kuturan ini akan dilanjutkan pada tahun 2022 mendatang. Paket pekerjaannya difokuskan pada pembuatan ukiran bergaya Bali Utara.

“Tahun ini hanya pembangunan fisik saja. Proyek mengukirnya tahun 2022. Sekalian dengan rencana hibah pak Gubernur untuk memberikan bantuan tembok penyengker dengan style Bali Utara,” imbuhnya.

Suwindia pun berharap agar pembangunan berjalan lancar tanpa ada hambatan. Pihaknya juga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah, khususnya Dirjen Bimas Hindu, Kementerian Agama RI yang telah memberikan bantuan pembangunan parahyangan.

“Kami bersyukur atas bantuan pembangunan parahyangan dari Dirjen Bimas Hindu, Kemenag, semoga prosesnya berjalan lancar dan tuntas sesuai jadwal yang ditentukan,” pungkasnya. (*)

Kontributor : Putu Rika Mahardika

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts