Singaraja, koranbuleleng.com| Koordinator Staf Khusus Presiden RI, Anak Agung Gede Ngurah (AAGN) Ari Dwipayana berkunjung ke STAHN Mpu Kuturan Singaraja, pada Kamis 23 September 2021. Dalam kunjungannya tersebut, ia menyempatkan untuk meninjau pembangunan Asrama di areal kampus yang merupakan hibah dari Kementerian PUPR.
Proses pembangunan Lab Praktik Keagamaan yang sedang berlangsung menarik perhatian Ari Dwipayana. Pasalnya, pembangunan ini menggunakan paras Abasan Sangsit yang notabene menjadi karakteristik arsitektur Buleleng.
Setelah itu pembangunan Ruang Perkuliahan yang posisinya di sebelah selatan rektorat juga tak luput dari pengamatannya. Didampingi Ketua STAHN Mpu Kuturan Singaraja, Dr. Gede Suwindia, S.Ag, M.A dan sejumlah pimpinan, menyempatkan untuk naik ke pembangunan yang hampir finish tersebut.
Peninjauan bergeser ke pembangunan Gedung Asrama lantai empat yang posisinya berada di sebelah timur ruang rektorat. Tampak juga pria yang akrab disapa Jung Ari ini secara seksama melihat progress pembangunan hibah dari Kementrian PUPR berkapasitas 43 kamar ini.
Jika tuntas dibangun, nantinya asrama akan mampu menampung sedikitnya 172 orang. Nantinya, di bagian lantai paling bawah, akan dimanfaatkan untuk tempat parkir kendaraan. Selain itu, dilantai bawah juga nantinya akan disiapkan dua kamar khusus untuk penyandang disabilitas, termasuk ketersediaan ruangan pengelola dan ruang rapat.
Kepada awak media, Jung Ari yang juga sebagai Penglingsir Puri Kauhan Ubud, Gianyar ini mengapresiasi atas pembangunan infrastruktur kampus yang berlangsung begitu pesat dan cepat di STAHN Mpu Kuturan Singaraja.
“Kami apresiasi atas kecepatan pembangunan inprastruktur pendidikan. Saya rasa ini hal penting, dalam pendidikan tersedianya infrastruktur pendukung. Apakah itu tempat pembelajaran, asrama. Itu sangat basic dan menunjang proses pembelajaran,” jelasnya.
Sebelumnya, Jung Ari juga sempat melakukan diskusi santai dengan pimpinan STAHN dan jajarannya. Menurutnya, STAHN diharapkan merevitalisasi spirit dari Mpu Kuturan untuk membangun peradaban Bali. Lembaga harus memiliki jiwa dan spirit. Lembaga tanpa jiwa dan spirit itu akan kosong dan akan biasa-biasa saja. “Jiwa, identitas dan karakter itu penting sebagai sebuah lembaga pendidikan,” paparnya.
Selain konsen dalam pembangunan akademik maupun non akademik, STAHN bisa mengembangkan kampus dengan konsep Green (hijau), Arts (seni) dan Smart (cerdas) sebagai strategi branding kedepannya.
Ia mencontohkan, kampus hijau saat ini memang tengah menjadi isu global. Kampus harus menjadi pelopor konsep hijau yang ramah lingkungan berbasis ekologi. Hal ini sesuai kearifan lokal, Sad Kerti Loka Bali.
Sedangkan konsep Seni bisa merepresentasikan Seni Bali Utara yang mengusung kearifan lokal. Sehingga kian dikenal di Seluruh Nusantara. Kemudian dari sisi Smart (cerdas) diharapkan bisa sejalan dengan perkembangan teknologi dalam membangun kampus.
“Dengan Green Art Smart tentu akan memberikan diferensiasi atau pembeda dengan kampus lain. STAHN bisa menjadi champion, tidak hanya di dalam kampus tetapi juga dalam menghadapi era revolusi,” imbuhnya.
Tata kelola dan Manajemen kampus juga menurutnya harus berubah. karena mengalaami transformasi selruh perguruan tinggi harus relevan dengan revolusi 4.0. Sehingga harus modern. dan bermanfaat bagi masyarakat dari sisi branding, dan memberikan kontribusi kepada masyaakat dan bangsa dan negara.
Pihaknya berpesan agar SDM kampus yang masih muda, Tidak hanya sebatas melakukan akrobatik akdemik. Tapi dituntut turun ke masyarakat, berbuat sesuatu yang berguna. ” Kampus muda kerap dianggap masalah tapi peluang. Saya konsen masalah branding. Kampus tidak hanya di menara gading. Tidak hanya jadi kebanggaan kampus. Harusnya bisa disumbangkan kontribusi di masyarakat,” pungkasnya. |Adv/R/NP|