Pembelajaran tatap muka secara perdana di tengah Pandemi COVID-19.Pihak sekolah mengatur secara ketat protokol kesehatan |FOTO :Yoga Sariada|
Singaraja, koranbuleleng.com| Pagi ini, Senin 4 Oktober 2021, Gemilang bergegas bangun. Dia bangun saat jarum jam mengarahkan angka di pukul 06.05 Wita. Hari ini sangat ditunggu oleh dia.
Gemilang, tahun ini harus memasuki bangku sekolah di kelas 1. Dia semestinya sudah bertatap muka di bulan Juli 2021, namun karena Pandemi COVID-19, pemerintah belum mengizinkan proses belajar mengajar secara tatap muka langsung di sekolah.
Sejak pertengahan September 2021, kasus COVID-19 dianggap melandai di Jawa-Bali. Pemerintah membuka sekolah secara bertahap atau terbatas. Sekolah perdana inilah telah ditunggu Gemilang sejak lama.
Dia ingin mengenal secara langsung. Sejak Juli lalu, dia hanya belajar dalam jaringan (daring) melalui aplikasi Google Meet. Itupun intensitasnya sangat sedikit. Melalui ruang Google Meet tersebut, bagi anak-anak kelas satu sekolah dasar belum bisa maksimal untuk saling mengenal lebih jauh. Proses belajar secara daring juga tidak maksimal, karena yang ada, siswa hanya ribut sendiri di dalam ruang belajar secara daring itu.
Dua hari sebelumnya, perlengkapan sekolah sudah dibeli, mulai dari seragam sekolah putih dan merah, sepatu hitam dan kaos kaki putih, tas sekolah beserta peralatan menulis. Dengan semangat, Gemilang yang lahir di tahun 2015 sudah menyiapkan semuanya, termasuk masker dan hand sanitizer di tas.
Gemilang mendapatkan jadwal tatap muka pukul 09.00 hingga 10:00 wita. Pihak manajemen sekolah di SDN 1 Banyuasri memang mengatur jadwal kehadiran murid-muridagartidak terjadi kerumunan.
Sesampai di sekolah, guru-guru sudah menyambut seluruh anak sekolah dengan menerapkan protokol kesehatan. Orang tua siswa hanya diperkenankan mengantar sampai pintu gerbang sekolah.
Semua anak sekolah lalu diperiksa suhu tubuh dan diarahkan menuju bilik penyemprotan dengan disinfektan. Didalam bilik, sudah disediakan alat air purifier yang secara otomatis mengeluarkan uap disinfektan untuk mentralisir udara. Mereka masuk secara satu persatu agar steril dan bersih, setelah keluar dari bilik langsung diminta untuk melakukan cuci tangan.
Pihak sekolah telah menyiapkan sarana dan prasarana protokol kesehatan sejak awal.
Sekda Buleleng, Gede Suyasa sempat memantau pelaksanaan pembelajaran tatap muka ke beberapa sekolah di Buleleng.
Suyasa mengakui jika antusias siswa dalam PTM terbatas sangat tinggi. Meski demikian, pemerintah tak mau lalai agar tak terjadi penyebaran COVID-19 di lingkup satuan pendidikan.
Dia mengingatkan untuk penerapan protokol Kesehatan (prokes) secara ketat dan harus didukung Didukung dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sudah dibuat masing-masing sekolah.
Penerapan prokes ini sangat diperlukan karena jika nanti ada kasus, kemungkinan sekolah ditutup lagi. Kalau ingin PTM terus berjalan, jangan sampai ada kasus di sekolah.
“Nanti ada menggunakan sistem daring dan luring. Ada yang memakai sistem bergiliran. Semua kembali ke manajemen sekolah,” ucap Suyasa
Suyasa memberikan beberapa catatan kepada sekolah dari hasil pemantauan kali ini. Salah satunya adalah penggunaan pendingin ruangan di ruang kelas. Satgas meminta agar tidak lagi menggunakan pendingin ruangan.
“Jendela agar semua dibuka. Karena para peserta didik akan tinggal di dalam ruangan lebih dari dua jam” imbuh Suyasa
Sementara itu, Kadis Disdikpora Buleleng, Made Astika menyebutkan, ada beberapa sekolah yang belum melaksanakan PTM Terbatas. Khususnya di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), y ang saat ini sedang melaksanakan Asesmen Nasional (AN).
PTM Terbatas ditunda di sekolah tersebut karena seluruh stakeholder sekolah disurvei. Sebagian dari peserta didik yang ditetapkan Kemendikbudristek juga menjalani AN.
“AN dilaksanakan hari ini sampai tanggal 7 Oktober 2021. Nanti setelah AN baru akan PTM di tingkat SMP.” ungkap Astika.
Sementara salah satu siswa kelas XII SMSA Negeri 1 Singaraja, Gusti Ayu Puja Wahyuni mengaku lebih bergembira untuk menjalani pembelajaran tatap muka dibandingkan dengan pembelajaran daring.
Meski interkasi dibatasi, namun dengan bertemu secara langsung membuatnya lebih semangat dan senang.
Menurut Ayu, lewat pembalajaran tatap muka akan dapat lebih maksimal dalam menyerap materi pembelajaran yang diberikan, karena bisa bertemu langsung dengan para guru serta bisa berdiskusi dengan teman-teman meski dibatasi.
“Jujur lebih senang belajar tatap muka. Kalau daring sering tidak fokus, karena belajar sendiri di rumah. Kalau belajar daring juga ada kendala kadang jaringan internet gangguan,” katanya. |ET|