Singaraja, koranbuleleng.com | Rembug Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Bali utara terlihat menarik, Kamis 2 Desember 2021. Agenda ekonomi yang digelar di The Kirana Resort, Desa Tembok, Kecamatan Tejakula ini juga menampilkan beberapa cara pengolahan penganan tradisional khas Buleleng. Seperti pembuatan minyak dari buah kelapa, pembuatan gula merah dari tuak lontar, serta proses penyulingan tuak lontar menjadi arak tradisional.
Selain itu, juga diperagakan hasil kain tenun tradisional Bali yang sudah berumur tua. Kain-kain tersebut orisinal ditenun oleh penenun Bali dari masa lalu namun masih terawat dan kuat sampai saat ini.
Wilayah Buleleng timur, seperti Desa Tembok, Desa Pacung, Desa Bondalem, Desa Sembiran adalah sentra produksi kain tenun di masa lalu. Walaupun saat ini, jumlah produksi kain tradisional khas Buleleng itu semakin sedikit, namun beberapa diantaranya masih ada.
Rembug UMKM Bali Utara ini menghadirkan Kepala Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Bambang Brodjonegoro. Dia mengatakan, di masa pandemi COVID-19 penggiat Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) harus bisa mendekatkan diri dengan teknologi digital. Dari hasil sejumlah survei, Penggiat UMKM yang sudah melakukan kegiatan usaha secara digital bisa bertahan di masa pandemi COVID-19.
Bambang menyebut, UMKM merupakan tulang punggung dari perekonomian Indonesia baik dari kontribusi terhadap PDB dan penciptaan lapangan kerja. Oleh karena itu UMKM harus terus berkembang. “Kita juga ingin agar UMKM yang dibina ini akhirnya bisa naik kelas, artinya kinerjanya membaik sehingga naik kelas dari yang mikro menjadi kecil, kecil menjadi menengah, menengah menjadi besar,” ujar Bambang. Kamis 2 Desember 2021.
Bambang mengingatkan pelaku usaha harus adaptif terhadapperkembangan teknologi supaya tetap bisa bertahan. Kadin menginginkan lebih banyak UMKM di Indonesia terekspos secara digital. “Jadi tidak harus khawatir kalau ada kejadian seperti pandemi yang membatasi pergerakan atau mobilitas orang. Pemerintah kebetulan bangga buatan Indonesia yang intinya adalah digitalisasi,” kata dia.
KADIN pun memiliki target untuk meningkatkan digitalisasi bagi pelaku UMKM. Diharapkan KADIN daerah dapat mengidentifikasi produk-produk unggulan di daerah masing-masing. Untuk saat ini sudah ada 15 juta umkm yang terdigitalisasi dan ditargetkan menjadi 30 juta.
Untuk pengurus KADIN di daerah harus bisa bisa mengidentifikasi apa yang menjadi produk unggulan di daerahnya. Sehingga bisa mendata umkm apa saja yang sudah terlibat dalam bidang-bidang unggulan. “Kemudian dari situ kita lihat apa yang masih menjadi kekurangan, kenapa sudah produknya unggulan sudah ada umkmnya tapi belum berkembang sebagaimana mestinya. Ini yang akan kami lakukan di KADIN,” ungkapnya.
Bambang berharap keinginan dari pengurusan KADIN lima tahun ke depan ini adalah dapat memberdayakan masyarakat UMKM secara terintegrasi dan terkoordinasi. kemudian dukungan dari kadin ini akan difokuskan pada dukungan yang sifatnya B to B.
“Jadi perusahaan dibidang digital dan startup memberikan dukungan bekerja sama dengan UMKM sehingga UMKM akan terbantu dari sisi hulu sampai kepada ilir ketika melakukan upaya untuk marketing, distribusi maupun penjualan,”pungkasnya. |YS|