Pasar Buleleng Sentra Ekonomi Sejak Zaman Kolonial

Singaraja, koranbuleleng.com |  Singaraja jadi salah satu kota tua di Bali. Kota ini memiliki banyak warisan situs budaya, tempat bersejarah dan lain-lain. Salah satunya Pasar Buleleng. Pasar tradisional ini sudah ada sejak Kerajaan Buleleng. Pasar Buleleng berlokasi di Catus Pata, Jalan Mayor Metra nomer 176, Kampung Singaraja, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Bali menjadi pusat ekonomi di masa kerajaan.   

Pasar yang memiliki bangunan dua lantai tersebut sampai saat ini masih berdiri kokoh serta masih banyak pedagang yang mengadu nasib disana untuk berjualan. Di lantai satu pasar tersebut banyak pedagang yang membuka beberapa jenis usaha salah satunya Buk Jro Wiriani yang sudah berjualan dari tahun 2008. Kemudian di lantai dua diisi oleh beberapa pedagang yang kebanyakan menjual lauk pauk, seperti sayuran, ayam potong dan lain-lain.

Pasar Buleleng
- Advertisement -

Pedagang yang berjualan di areal pasar dari berbagai latar suku dan keyakinan agama berbeda namun mereka tetap rukun berdampingan.  Kondisi itu telah terjaga selamabertahun-tahun sejak awal pasar ini berdiri. 

“Masyarakat serta pedagang yang memiliki keyakinan yang berbeda tetap berdampingan karena dari dulu seperti itu, yang terpentingkan saling menghormati dan tidak menyinggung satu sama lain” ujar salah satu staff di Kelurahan Kampung Singaraja, Komang Sumardika.

Pasar Buleleng tidak bisa lepas dari kehidupan kerajaan dimasa lalu. Menurut Penglingsir dari Puri Kanginan, Anak Agung Ngurah Parwata Pandji bahwa pasar Buleleng sudah ada sejak zaman kolonial Belanda yaitu pada tahun 1873 yang dibangun oleh Gusti Ngurah Ketut Jelantik. Awalnya hanya berupa wantilan dan dijadikan sebagai sangkepan atau pertemuan besar bagi warga desa adat yang ada di Buleleng. “Namun karena sangkepan tidak dilaksanakan setiap hari akhirnya masyarakat menjadikan wantilan tersebut untuk tempat berjualan.” ungkap Agung Parwata  

A.A Agung Ngurah Parwata juga menyebutkan di masa lalu wantilan tersebut juga sempat dijadikan sebagai tempat hiburan sabung ayam oleh masyarakat namun karena menimbulkan keributan, akhirnya dipindahkan ke selatan. Kemudian karena tempat tersebut kosong maka mulailah dibangun semacam tempat untuk berjualan.

- Advertisement -

Di sekitar areal pasar juga terdapat tempat yang memiliki kaitan erat dengan sejarah perkembangan Pasar Buleleng yaitu pancoran, atau sering disebut sebagai Kayoan Desa. Pancoran tersebut dijadikan sebagai pemandian umum untuk para pedagang. Keberadaan Pancoran ini juga dibangun pada masa Gusti Ngurah Ketut Jelantik sebagai Raja Buleleng. Beberapa kali pernah mengalami perbaikan,temrasukketika terjadi pergantian kepemimpinan Kerajaan Buleleng dari keturunan Kerajaan Karangasem.  

Selanjutnya sekitar tahun 1987 Pancoran tersebut akhirnya direnovasi agar fasilitasnya lebih memadai.

Saat ini tempat tersebut telah dijadikan sebagai destinasi wisata, karena merupakan salah satu warisan tempat bersejarah yang terdapat di Singaraja. Hal ini diungkap oleh Nyoman Sutrisna Kelian Desa Adat Buleleng.

Ia menuturkan bahwa kayoan tersebut dikelola dan dirawat oleh Desa Adat Buleleng. Rekonstruksi kayoan desa disesuaikan dengan desain awal di tahun 1917. Rencananya tempat tersebut akan dijadikan sebagai monumen yang akan dijadikan sebagai tempat wisata dan dikelola Kelompok Sadar Wisata Lila Cita Ulangun, Desa Adat Buleleng.

“Rekontruksi telah terlaksana dari tahun 2020 sampai 2021.” ujar Sutrisna. (*)

Pewarta : Made Wijaya Kusuma

Editor    : I Putu Nova A.Putra

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts