Singaraja, koranbuleleng.com | Hujan terus mengguyur deras di daerah Desa Dencarik, Kecamatan Banjar, Senin 21 Februari 2018. Dingin langsung menyeruak mengapit tubuh. Namun secangkir kopi dan seporsi kue laklak yang baru matang buatan Ketut Darmada bisa menjadi benteng tubuh menghalangi dingin itu. Lelaki berumur 44 tahun itu, tampak cekatan sekali mematangkan adonan kue laklak diatas tungku tanah liat dengan kobaran api dari kayu bakar. Kue Laklak tersebut tergolong istimewa, karena berbahan dari daun kelor.
Sesekali ia pun melayani pelanggan yang membeli jajanan yang dijualnya. Ia berjualan dipinggir jalan Desa Dencarik, Kecamatan Buleleng, di sebuah ankringan sederhana yang bernama Angkringan Moringa. Walaupun tempatnya sederhana, tetapi banyak warga desa maupun orang dari luar desa datang hanya sekedar untuk membeli kue laklak buatannya. Pasalnya laklak buatannya itu sangatlah unik karena terbuat dari bahan dasar daun kelor.
Unik sekali bukan? Jelaslah unik karena biasanya daun kelor hanya digunakan oleh masyarakat sebagai sayur untuk teman makan nasi. Namun ditangan Ketut Darmada daun kelor bisa diolah menjadi jajanan yang unik dan menggugah selera. Lanjut ia menceritakan bahwa idenya membuat kue laklak daun kelor tersebut terinspirasi ketika ia mengikuti suatu perkumpulan petani kelor. Pada saat itu ide cemerlang pun muncul untuk mengolah daun kelor menjadi kue laklak karena khasiatnya yang juga bagus untuk kesehatan tubuh.
“Sekitar tahun 2019 saya punya ide untuk mengolah daun kelor menjadi kue laklak. Kebetulan di desa Dencarik lumayan gampang untuk mencari daun kelor dan ketika saya membuatnya ternyata rasanya enak” Jelasnya.
Adapun pengolahan daun kelor sampai menjadi kue laklak harus melalui proses yang lumayan panjang. Daun kelor yang baru dipetik lanjut dibersihkan dari tangkainya, kemudian dicuci sampai bersih, baru disimpan selama 15 hari sampai kering di dalam suhu ruangan. Setelah kering dihaluskan sampai menjadi tepung. Selanjutnya tepung kelor tersebut dicampurkan dengan tepung beras hingga menjadi adonan kue laklak. Selain memakai daun sebagai bahan dasar, dirinnya juga menambahkan bahan pelengkap lain seperti daun suji dan daun pandan.
“Saya juga pakai bahan lain seperti daun suji dan daun pandan. saya pakai daun suji supaya rasanya gurih sedangkan daun pandan itu untuk menambah aromanya. Selain itu supaya empuk saya juga pakai kapur sirih” Imbuhnya.
Kue laklak hasil olahannya tersebut dijajakan dengan harga Rp5000 satu porsi. Seporsi berisi enam butir kue laklak. Ia mengaku sejak adanya pandemi Covid19 di Indonesia, khususnya di Buleleng lumayan mempengaruhi penjualannya. Jika masa normal biasanya dalam sehari dia bisa menghabiskan 5 kilogram adonan kue laklak, sedangkan kini hanya bisa menghabiskan 2 sampai 3 kilogram saja.
“Selain terkendala Covid-19 kita juga terkendala modal jadi belum bisa untuk memperbesar usaha” tutupnya.(*)
Pewarta : Made Wijaya Kusuma