Denpasar, koranbuleleng.com | Tim akademisi Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa (FP-Unwar) meminta peternak ayam kampung untuk memanfaatkan talas sebagai pakan alternatif sebagai usaha untuk menjaga ketersediaan pakan.
Tim akademisi yang terdiri dari Dr. I Gusti Agus Maha Putra Sanjaya, S.Pt.,MM, Ir. Ni Ketut Etty Suwitari, M.Si dan Ir. I Nyoman, Kaca, M.Si merekomendasikan pemanfaatan talas sebagai pakan alternatif karena cukup banyak tersedia di lingkungan peternak dan belum dimanfaatkan secara optimal. Apalagi pada sisi lain para peternak saat ini sedang menghadapi mahalnya pakan pabrik/komersial.
“Talas mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi berupa umbi, pelepah daunnya banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat maupun pembungkus. Daun, sisa umbi, dan kulit umbi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan secara langsung maupun setelah difermentasi” kata Gusti Agus Putra Sanjaya yang merupakan Ketua Tim Program Kemitraan Masyarakat FP-Unwar saat di konfirmasi di Denpasar pada Senin (8/5).
Menurut Agus Sanjaya pemanfaatan talas sebagai pakan alternatif telah disosialisasikan dan diuji coba pada Kelompok Ternak Manuk Amertha, Dusun Segah, Desa Asahduren, Pekutatan-Jembaran. Para peternak ayam juga telah dibekali pengetahuan mengenai tata cara pengolahan talas menjadi pakan alternatif.
Agus Sanjaya berharap melalui pemanfaatan daun talas ini peternak bisa menekan harga pakan yang cukup mahal, selain itu daun talas juga dapat meningkatkan produktifitas telur karena mempunyai nutrisi yang cukup tinggi. Mengingat Biaya pakan selama ini merupakan biaya produksi terbesar dengan persentase sebesar 60-70 persen dari total biaya produksi.
Ia mengungkapkan ayam kampung belum dianggap sebagai komoditas usaha peternakan utama yang menopang penghasilan dan kesejahteraan keluarga masyarakat/kelompok ternak. Masyarakat pedesan memelihara ayam kampung sebagai sumber pangan keluarga untuk memenuhi kebutuhan telur dan daging. Peningkatan populasi ayam kampung tidak terlepas dari tingginya permintaan masyarakat terhadap komoditas unggas lokal ini.
Peningkatan permintaan masyarakat telah menciptakan peluang usaha dalam budidaya ayam kampung. Ayam kampung memiliki peluang yang besar ditinjau dari agroekosistem dan lingkungan hidup, seiring dengan meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kuantitas dan kualitas bahan pangan yang bergizi dan aman dikonsumsi. Pemanfaatan ayam kampung di Bali selain sebagai ternak penghasil daging dan telur juga digunakan sebagai sarana upakara keagamaan sebagai ayam caru. Beberapa warna yang bisa dikatagorikan kedalam ayam caru di Bali yaitu ayam yang memiliki bulu dengan warna putih, kuning, hitam, merah, dan brumbun. (*)
Pewarta :Edy Nurdiantoro
Editor : I Putu Nova Anita Putra