4,4 Persen Bayi di Buleleng Alami Tengkes

Singaraja, koranbuleleng.com ꟾ Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng mencatat sampai tahin 2023 dari 31.788 kelahiran bayi  sebanyak 1.389 atau sekitar 4,4 persen mengalami Stunting atau tengkes.

Sebaran tengkes terbanyak ada di wilayah Kecamatan Banjar. Jumlah balita di Kecamatan Banjar ada sebanyak 3634, dan 372 bayi atau sebanyak 10,2 persen di antaranya mengalami tengkes.

- Advertisement -

Kemudian posisi kedua ada di Kecamatan Tejakula dengan 236 kasus. Sedangkan kasus tengkes paling rendah ada di Kecamatan Gerokgak dengan 61 kasus dari total 3922 jumlah balita di wilayah tersebut.

Ketua Tim Pelaksana Penyusunan Kajian Stunting Buleleng, Made Sugi Hartono mengatakan, di tahun 2021 Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) merilis data tentang prevalensi stunting di angka 24,4 persen atau 5,33 juta jiwa.

Pemerintah menargetkan penurunan prevalensi stunting sebanyak 3 sampai 3,5 persen tiap tahunnya sehingga pada tahun 2024 dapat memenuhi di angka 14 persen.

Untuk itu, sejumlah upaya mulai dari pendampingan terhadap keluarga beresiko tengkes hingga memaksimalkan kelas ibu hamil dan kelas balita.

- Advertisement -

Dia menyebutkan ada sejumlah hal yang menjadi penyebab bayi mengalami stunting. Diantaranya pola asuh yang tidak tepat, asupan makanan tidak bergizi atau kurang dari kebutuhan harian, hingga tempat tinggal yang kurang baik.

“Penghasilan di bawah UMR, tidak mendapat MPASI baik, rumah berdampingan dengan kandang hewan, tidak mendapatkan ASI eksklusif, tidak memiliki BPJS, dan tidak memiliki sarana MCK yang baik. Ini  lah faktor penyebab stunting,” ungkap Sugi Hartono.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Buleleng, Gede Suyasa mengatakan, penurunan tengkes di Buleleng terus dilakukan Pemerintah Kabupaten Buleleng sampai pencapaian nol kasus. Salah satunya, melalui kegiatan laporan akhir Penyusunan Kajian Strategi Kebijakan Penanggulangan Stunting Melalui Pendekatan Holistik dan Terintegrasi di Kabupaten Buleleng.

Begitu indeks yang valid dan kuat maka data stunting di Kabupaten Buleleng akan efisien, tidak salah sasaran, dan tidak salah penanganan.

“Karena stunting tidak akan berhenti jika tahun depan Pemerintah tidak responsif secara masif akan muncul lagi jika ingin bertahan di angka kecil dengan melakukan cara yang lebih intens” ujarnya

Dalam upaya penurunan stunting, pemerintah juga ajak peran perempuan di Buleleng untuk terlibat dalam penurunan stunting terutama di dalam keluarga.

Dalam artian juga di dalam keluarga itu tidak ada perbedaan kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan dalam pola pengasuhan anak, maka secara tidak langsung akan terjadi percekcokan dan menimbulkan kekerasan dalam rumah tangga nantinya.

Perempuan  memiliki peran penting dalam berkeluarga, baik itu saat masih remaja bahkan saat ia  melahirkan sampai mengasuh anak. Jadi, kesehatannya itu harus tetap diperhatikan

“Jenjang ini yang harus dikuatkan yang nantinya disebut dengan Golden Age (usia emas). Ini yang harus diperhatikan mulai dari janin sampai anak lahir dan  berumur 2 tahun,” pungkasnya. (*)

Pewarta : Edy Nurdiantoro
Editor.     : I Putu Nova Anita Putra

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts