Singaraja, koranbuleleng.com| Persembahyangan tutup tahun menyambut Tahun Baru Imlek 2575, dilaksanakan di Tempat Ibadah Tri Dharma (TTID) atau Klenteng Ling Gwan Kiong, Singaraja, Jumat, 9 Februari 2024 tengah malam.
Sejumlah umat TITD sudah mendatangi klenteng dan persembahyangan. Seperti perayaan tahun-tahun sebelumnya, nuansanya amat kental dengan tradisi adat budaya Bali. Gamelan Bali mengiringi sepanjang hari di depan klenteng.
Umat yang melakukan persembahyangan juga banyak yang menghaturkan canangsari, seperti halnya umat hindu melaksanakan persembahyangan di Pura. Selain itu, persembahyangan juga diiringi dengan angklung atau gamelan khas Bali.
Setelah persembahyangan dilakukan, pada malam hari disebut akan ada pertunjukan Barongsai serta pesta kembang api. Sementara pengurus TTID akan melakukan persembahyangan pada pukul 00.00 Wita, untuk menyambut Tahun Baru Imlek 2575 Shio Naga Kayu.
Humas Pengurus TTID Ling Gwan Kiong Gunadi Yetial mengatakan, Barongsai diyakini sebagai simbol kebaikan dan menjauhkan aura negatif.
Persembahyangan pada tengah malam pergantian tahun juga dilakukan tradisi Ciam Si. Tradisi ini untuk memohon petunjuk terkait keadaan di tahun yang akan datang serta memohon kelancaran rejeki, kesehatan.
“Tahun Naga ini bisa dibayangkan tahun dari kepimpinan yang baik bisa melahirkan kebaikan di segala bidang termasuk ekonomi. Kalau kepemimpinan kurang efeknya ke segala bidang. Pada umumnya Naga melambangkan keberuntungan,” ujarnya.
Menurut horoskop Tionghoa ada 12 unsur shio. Masing-masing shio tersebut memiliki sifat yang berbeda-beda. Untuk tahun Baru Imlek 2024, merupakan shio Naga Kayu. Dari shio tersebut, memiliki ketidakselarasan atau ketidakberuntungan dengan shio lain yang disebut dengan Ciong.
Adapun shio yang dipercayai mengalami ciong tahun ini. Shio ciong besar yakni, Shio Naga dan Anjing. Sementara, untuk ciong kecil yakni, Shio Kerbau dan Kambing.
Untuk menjauhkan ciong tersebut, umat bisa melaksanakan tradisi Ci Suak, untuk menjauhkan kesialan bagi warga yang memilki sio tersebut. Tradisi itu, akan digelar di kelenteng Seng Hong Bio, pada saat pelaksanaan Cap Go Meh, Sabtu, 24 Februari 2024 mendatang.
Gunadi menyebut, dalam pelaksanaan tradisi Ci Suak tersebut, terlebih dulu akan dilakukan persembahyangan oleh rohaniawan. Kemudian dilakukan ritual dengan memotong sedikit rambut sebagai simbol membuang sial. Disebut, saat pelaksanaan tradisi itu bisa diikuti hingga ratusan orang.
“Ciong itu bukan berarti jelek. Jalannya hanya diperkirakan tahun ini berliku. Jadi melalui tradisi Ci Suak ini mereka yang ciong memohon agar diberi keselamatan dan perlindungan oleh Tuhan. Biasanya Ci Suak juga dilaksanakan dengan melepas hewan, tapi yang lepas hewan itu semakin sedikit. Biasanya mereka cukup sembahyang saja,” kata dia. (*)
Editor : I Putu Nova Anita Putra