Singaraja, koranbuleleng.com | Pemkab Buleleng membuka lahan pertanian di tengah perkotaan Singaraja. Lahan seluas dua hektar di kelurahan Banyuasri, Singaraja akan ditanami sejumlah komoditi pertanian.
Tahap awal, lahan tersebut ditanami pohon cabai, dan kedepan disebut akan ditanam berbagai komoditi pertanian lain. Pemanfaatan lahan seluas dua hektar untuk pertanian ini diyakini sebagai solusi untuk menangani inflasi yang kadang tidak terkendali.
Nantinya, lahan pertanian baru yang disebut sebagai City Farming ini akan dikelola oleh Dinas Lingkungan Didup Kabupaten Buleleng dengan melibatkan pasukan hijau atau petugas kebersihan. Pasukan kebersihan ini akan merangkap sebagai petani merawat dan memelihara seluruh tanaman yang ada. Dari situ, pasukan hijau ini akan mendapatkan tambahan upah karena seluruh hasil panen sudah dipastikan akan dibeli oleh Perusahaan Daerah Swatantra.
Pembukaan City Farming ini dibuka langsung oleh Sekda Bali, Dewa Made Indra, Jumat 1 Maret 2024. Bibit cabai diberikan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia, Provinsi Bali di Denpasar.
Lahan ini lama kosong tanpa dimanfaatkan. Di era kepemimpinan Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana lahan ini sempat direncanakan untuk pembangunan sarana olahraga. Namun kala itu, akses menuju lahan belum ada karena lahan ini berada di tengah-tengah lahan milik warga. Pendekatan kepada pemilik lahan sempat dilakukan oleh Pemkab Buleleng untuk membuka akses jalan, namun sampai Putu Agus Suradnyana mengakhiri masa jabatan akses belum bisa dibuka kala itu.
Saat ini, Akses jalan menuju lahan sudah terbuka. TNI ikut membantu membangun jalan dan jembatan diatas lahan milik warga.
PJ Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana menjelaskan lahan milik Pemkab Buleleng ini sudah tidak dimanfaatkan dari tahun 2005. Saat ini, dimanfaatkan untuk menanam cabai dan nantinya komoditas lain penyumbang inflasi. Dengan luas dua hektar, selain cabai juga bisa ditanami bawang sesuai dengan struktur tanahnya.
“Nanti yang memelihara dan mengelola ini adalah pasukan hijau atau petugas kebersihan. Hasilnya dari mereka dan dijual ke Perumda Pasar Argha Nayottama. Penghasilannya untuk mereka selain dari upah sebagai petugas kebersihan,” jelasnya.
Lihadnyana juga mengatakan nantinya akan dibangun jembatan kecil namun fungsinya bukan untuk median transportasi umum. “Seperti jembatan biasa, cuma tidak untuk truk. Mobil bisa masuk. Tapi dalam konteks mobil itu masuk untuk olahraga atau menikmati city farming ini,” kata Lihadnyana.
Sementara itu, Dewa Made Indra menyebutkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali juga memiliki banyak lahan di Buleleng. Oleh karena itu, Pemkab Buleleng bisa memetakan sekaligus memanfaatkan lahan tersebut untuk menanam tanaman yang cocok dengan cara kolaborasi bersama instansi lain. Seperti saat ini, Pemkab Buleleng menyediakan lahan dibantu oleh TNI dan bibitnya bisa dari Bank Indonesia (BI).
“Jadi ini kolaborasi yang sangat bagus. Makanya saya minta untuk memetakan dan mencari lahan Pemprov Bali di Buleleng untuk ditanami tanaman yang cocok,” sebut Dewa Indra.
Dengan memanfaatkan lahan yang kosong, aspek produksi bisa diintervensi. Produksi pertanian bisa ditingkatkan dan nilai penawaran masih tetap sehingga upaya pengendalian harga pasar dan juga inflasi terjaga dengan baik.
“Saya sangat mengapresiasi kegiatan hari ini. Ini sebagai salah satu upaya ataupun program Pemkab Buleleng untuk mengendalikan angka inflasi,” imbuh Dewa Made Indra. (*)