Singaraja, koranbuleleng.com| Peristiwa pencurian benda sakral berupa Pratima terus terjadi. Warga diminta untk waspada dan menjaga keamanan pura di wilayah masing-masing.
Terbaru, sebuah pratima milik Pura Merajan milik warga di Kelurahan Banjar Jawa, Kecamatan/Kabupaten Buleleng raib dari lokasi penyimpanannya. Diduga pencuri memburu emas yang ada dalam wujud pratima tersebut.
Informasi yang dihimpun, aksi pencurian tersebut diketahui pertama kali oleh seorang pemangku pura setempat yang tengah melangsungkan prosesi sembahyang pada Selasa, 26 Maret 2024. Saat itu pemangku yang tengah mempersiapkan persembahyangan tidak melihat dua pasang pratima yang sebelumnya ditepatkan pada salah satu pelinggih. Dua pasang Pratima dan moncong balai terbuat dari emas,dipekrirakan bernilai hingga Rp20 juta.
Ketua dadia Gede Semadi Wija langsung melaporkan kejadian tersebut ke Polres Buleleng.
Kasi Humas Polres Buleleng, AKP Gede Darma Diatmika membenarkan, adanya aksi pencurian pratima dan moncong balai bagian berbahan emas milik warga di Kelurahan Banjar Jawa, Kecamatan/Kabupaten Buleleng tersebut. Pihaknya telah melakukan olah tempat kejadian perkara terkait laporan tersebut.
“Kemarin sudah dilakukan olah TKP dari Inafis Polres Buleleng, untuk perkembangan kita akan sampaikan selanjutnya. Saat masih penyelidikan,” ujarnya dikonfirmasi, Rabu, 27 Maret 2024 siang.
Sementara, Kelian Desa Adat Buleleng Nyoman Sutrisna meminta kepada prajuru di 14 banjar adat untuk meningkatkan kewaspadaan di wilayah masing-masing. Pecalang harus meningkatkan penjagaan dengan melakukan ronda. “Pokoknya kita waspada. Saya sudah umumkan ke 14 banjar adat, untuk meningkatkan kewaspadaan dini terhadap pratima-pratima atau barang yang ada di pura, kepada kelian banjar adat dan pecalang melalui WhatsApp grup,” ujar Sutrisna.
Ia menduga, pelaku dari pencurian pratima, mengincar pis bolong kuno yang merupakan bahan dari pratima.
“Pratima itu terbuat dari pis bolong, uang jaman dulu. Pis bolong kuno sangat dicari, pratima terbuat dari pis bolong yang sangat unik sakral,” kata dia. (*)