Singaraja, koranbuleleng.com| Yayasan Bhaktiyasa punya sejarah panjang sebagai lembaga pendidikan swasta pertama di Bali. Lembaga ini telah berdiri sejak 1948. Namun, seiring perjalanan waktu, Yayasan ini sempat terhenti melaksanakan penerimaan siswa.
Tapi, pada tahun ajaran 2024/2025 akan menerima siswa baru kembali. Terbaru, sekolah yang menamatkan tokoh-tokoh besar di Pulau Dewata ini akan beroperasi dengan ijin operasional dari Kementerian Agama dengan format sekolah umum bercirikan agama Hindu atau dikenal dengan sebutan widyalaya.
Ketua Yayasan Bhaktiyasa, Putu Mertayasa, mengatakan, Yayasan Bhaktiyasa dengan sejarah panjangnya yang penuh perjuangan tidak ingin ketinggalan membangun Buleleng sebagai salah satu pusat pendidikan di Pulau Dewata. Adapun alasan lembaga berdiri kembali dengan berupaya mendirikan lembaga pendidikan berbasis widyalaya adalah karena spirit ingin menghadirkan sekolah plus.
“Spirit pendidikan umum bercirikan agama hindu adalah menekankan bahwa peserta didik bukan hanya dituntut memiliki kecerdasan secara intelektual semata, tetapi juga unggul dalam karakter berlandaskan ajaran agama Hindu,” papar Mertayasa, Sabtu 13 April 2024.
Mertayasa lebih jauh mengungkapkan, pihaknya menyambut baik regulasi widyalaya yang berpayung pada Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 2 Tahun 2024 sebagai upaya menghadirkan lembaga pendidikan umum yang berkualitas, dengan berakar pada pendidikan agama.
“Bulan Maret kemarin PMA widyalaya telah diluncurkan oleh Menteri Agama. Sehingga kami dari yayasan memiliki ketertarikan yang kuat untuk mendirikannya (widyalaya),” ujar dia.
Sebagai awal, Mertayasa menjelaskan bahwa Yayasan akan membuka dua jenjang pendidikan yakni Madyama Widyalaya (setingkat SMP) dan Utama Widyalaya (setingkat SMA). “Alasan kami membuka dua jenjang tersebut adalah karena (yayasan) sudah berpengalaman membuka dua jenjang tersebut. Tetapi, dari potensi yang ada, kami ingin mendirikan dari jenjang Pratama Widyalaya (PAUD), Adi Widyalaya (AW) dan tingkat selanjutnya,” jelas dia.
Mengenai kesiapan, Yayasan Bhaktiyasa telah memiliki berbagai sarana dan prasarana yang sangat representatif beserta delapan standar pendidikan pendukung. Hanya saja, saat ini yayasan sedang menunggu izin operasional dari Ditjen Bimas Hindu yang sedang dikebut prosesnya ke ke Jakarta.
“Kami punya target bahwa sebelum menerima siswa baru, izin operasional dari Ditjen Bimas Hindu sudah keluar sehingga kepercayaan (trus) masyarakat semakin terjaga,” kata dia.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Yayasan Bhaktiyasa, Dr. dr. Ketut Putra Sedana, SP.OG, melihat bahwa pendidikan adalah pondasi dasar bagi generasi bangsa untuk menghadapi berbagai tantangan zaman yang terus berkembang.
Menurut dia, situasi kekinian menunjukkan adanya degradasi moral yang ada di tengah-tengah penerus bangsa sehingga dibutuhkan lembaga pendidikan plus dengan keunggulan pada pendidikan karakter.
“Bhaktiyasa dengan sejarah panjangnya telah berpengalaman menghadirkan lembaga pendidikan yang berkualitas. Kami ingin membangkitkan itu dan tahun ini kami mulai dengan widyalaya,” papar dia.
Putra Sedana yang akrab disapa dokter caput ini juga memaparkan bahwa spirit nilai dari Bhaktiyasa itu yang menjadi spirit menghadirkan lembaga pendidikan plus. Lembaga pendidikan yang nantinya menjadi tunas bangsa dengan karakter cerdas, berkarakter, berwawasan global, namun bertindak dalam tata cara lokal. Pihaknya yakin pendidikan berbasis agama Hindu mampu menjadi spirit dalam mewujudkan visi dan misi lembaga dengan spirit nilai-nilai dari bhaktiyasa itu sendiri.
Lebih jauh, Widyalaya Bhaktiyasa nantinya mampu menjadi lembaga mercusuar pendidikan umum bercirikan agama tingkat Dasar dan Menengah guna melengkapi keberadaan lembaga pendidikan tinggi Hindu yang sudah eksis di Kabupaten Buleleng yakni Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN Mpu Kuturan).
“Keberadaan Widyalaya Bhaktiyasa nantinya tentu akan menguatkan citra dan branding Kota Singaraja sebagai pusat pendidikan. Saya pribadi yakin dengan spirit semangat bersama. Kita akan mampu menjadi Singaraja dan Buleleng menjadi pusat pengembangan pendidikan Hindu di Bali dan Indonesia,” papar dia. (*)