Lolos dari Penderitaan TPPO Myanmar, Sunaria: Bangun Tidur Masih Seperti di Sana

Singaraja,koranbuleleng.com | Nengah Sunaria (35) belum bisa melupakan rentetan kekerasan yang ia alami saat menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Myanmar. Meski telah kembali ke rumah dan berkumpul bersama keluarga, setiap kali bangun tidur, ia masih merasa berada di Myanmar. Trauma mendalam terus membayangi kehidupannya.

Wajah bahagia tampak di keluarga Sunaria saat menyambut kepulangannya setelah sekian lama hilang kontak. Sunaria dan rekannya, Kadek Agus Ariawan (37), warga Kelurahan Liligundi, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, akhirnya berhasil kembali ke Bali pada 21 Maret 2025 setelah melalui pelarian yang dramatis dari tempat mereka disekap.

Dari Mimpi Manis ke Mimpi Buruk

- Advertisement -

Sunaria dan Agus awalnya berangkat dari Bali pada 5 Agustus 2024, bertemu lima orang lainnya di Jakarta sebelum akhirnya terbang ke Thailand. Ia tak menyangka bahwa perjalanan yang diharapkan membawa perbaikan ekonomi justru menjadi mimpi buruk yang tak terlupakan.

Berawal dari tawaran Komang B alias Katak—seorang penyalur tenaga kerja yang kini diburu polisi—Sunaria dijanjikan pekerjaan sebagai admin judi online (judol) di luar negeri. Namun, ia menolak tawaran itu. Komang B kemudian menawarkan pekerjaan lain, kali ini di sebuah restoran di Thailand, yang lebih sesuai dengan keterampilannya. Demi mendapatkan pekerjaan tersebut, Sunaria diminta menyetor Rp5 juta untuk biaya keberangkatan.

“Dia minta untuk saya cepat-cepat bayar. Minjem uang 5 juta untuk bayar. Katak ini memang banyak masalah di desa ini. Dia pernah jadi PMI,” ujarnya di kediamannya di Desa Jinengdalem, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, Selasa, 25 Maret 2025.

Bagi Sunaria, ini bukan kali pertama ia ditipu agen tenaga kerja. Pada 2021, ia pernah tertipu Rp58 juta oleh agen yang menjanjikan pekerjaan di Australia. Beberapa kali ia juga mencoba peruntungan untuk bekerja di kapal pesiar, tetapi selalu gagal.

- Advertisement -

“Trauma ke luar negeri, awalnya mau berangkat ingin ubah ekonomi keluarga. Sudah ada beberapa agen yang sudah saya jalani, kena tipu juga. Mau berangkat ke kapal kursus interview ikut, tapi tidak ada panggilan,” katanya.

Di Myanmar, Sunaria dipaksa menjadi scammer yang menipu korban dari berbagai negara seperti Iran, Turki, dan Rusia. Jika gagal mencapai target, hukuman brutal menanti.

“Kerja ngantuk disiram lalu disetrum. Olahraga tidak masuk logika, ngangkat galon dua jam naik turun sambil jalan. Lari tanpa istirahat. Kalau istirahat di strum dan dipukul. Kalau tidur jarang, cuma bisa dua jam satu jam,” ungkapnya dengan suara bergetar.

Kini, setiap suara keras atau bunyi listrik membuatnya kembali teringat akan penyiksaan yang ia alami. Sunaria mengimbau masyarakat yang ingin bekerja ke luar negeri agar memilih agen resmi dan tidak mudah tergiur tawaran gaji besar.

“Imbauan masyarakat cari agent kerjaan yang resmi. Jangan karena iming-iming gaji besar, tidak tahu kerjaan di sana seperti apa. Saya saat ini mau kerja di Bali saja. Pengalaman di bar 12 tahun,” ujarnya.

Polisi Masih Memburu Dalang TPPO

Kapolres Buleleng AKBP Ida Bagus Widwan Sutadi turun langsung ke rumah Sunaria untuk memastikan kondisinya. Menurutnya, laporan kasus TPPO ini sudah masuk sejak Agustus 2024, dan pihaknya telah memeriksa 10 saksi, termasuk keluarga korban, pihak imigrasi, hingga maskapai penerbangan yang digunakan korban.

“Kami berusaha tangani melalui serangkaian tindakan penyelidikan. Kami periksa baik saksi-saksi imigrasi, maskapai, artinya tracing keberangkatannya sampai mana. Kami sudah koordinasikan penanganan ke Bareskrim Tipidum bagian TPPO, termasuk ke Kemenlu untuk menyampaikan data perkembangan tindak lanjut. Ya memang kami menyadari lapis kemampuan kami tidak mampu karena itu sudah antar negara, terlapor juga masih di luar negeri,” terangnya.

Untuk pengembangan kasus ini, kedua korban akan kembali dimintai keterangan. Sementara itu, Komang B alias Katak, yang diduga sebagai dalang utama, masih berada di luar negeri dan belum bisa diperiksa.

Kapolres pun mengingatkan masyarakat agar lebih berhati-hati dalam menerima tawaran kerja ke luar negeri. “Masyarakat agar tidak jadi korban pekerjaan ilegal, sudah sepatutnya nanti berkoordinasi kalau ada perusahaan atau rekrutmen tidak jelas. Jangan tergiur dengan gaji besar, lebih baik komunikasi dulu dengan pemerintah yang membidangi agar tidak menjadi ilegal,” kata Widwan. (*)

Pewarta : Kadek Yoga Sariada

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts