Nusa Dua, koranbuleleng.com | Atlet panjat tebing asal Buleleng, Ni Kadek Adi Asih menambatkan prestasi dunia diajang International Federation Sport Climbing (IFSC) World Cup, dengan meraih medali perunggu, Sabtu 3 Mei 2025.
Dia sukses bertengger di juara ketiga mengalahkan atlet asal Korea Selatan, Jeong Jimin. Asih mencatatkan waktu 7.27 detik.

Asih menjadi salah satu atlet termuda asal Indonesia yang mengejutkan dunia. Usianya masih 18 tahun. Gadis yang punya angka kelahiran 22 November 2006 inu, awalnya tidak dipertimbangkan naik podium di nomor Women’s Speed.
Ketua Umum Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), Yenny Wahid mengakui perjuangan Adi Asih yang sangat keras. “Kejutan besar adalah Kadek, atlet muda asal Bali. Padahal Kadek atlet yang tidak dijagokan,” terang Yenny Wahid.
Yenny mengapresiasi kerja keras dari atlet FPTI Indonesia. Timnas memang menargetkan dua medali, dan baru berhasil meraih dua perunggu dari atlet Kiromal Katibin (Putra) dan Kadek Adi Asih (Putri).
“Panjat tebing sebagai olahraga elit dunia bukan semata -mata skill saja. Ini juga butuh mental agar lebih sabar dan tidak buru- buru. Tetapi mereka tetap memberikan yang terbaik,” jelas Yeni Wahid.

Sementara itu, Desak Rita harus mengakui keunggulan lawannya di perempat final.
Dia mengaku itu murni kesalahan dalam pemanjatan karena kurang bagus menginjak poin. “Di pemanjatan kedua, saya kepikiran kesalahan pemanjatan yang pertama itu, akhirnya menjadi tidak maksimal,” terang Desak.
Desak mengaku terus melakukan evaluasi dan latihan menghadapi kejuaraan berikutnya. Kedepan, masih ada empat series tingkat dunia. Dalam satu tahun, selalu ada enam series kejuaraan dunia yang harus diikuti oleh tim pelatnas.
“Pokoknya saya harus siap untuk seri selanjutnya, diturunkan atau tidak saya harus tetap latihan untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia,” tambah dia.
Desak tetap memohon doa dan dukungan dari masyarakat Indonesia dan Bali untuk menghadapi seri kejuaraan dunia selanjutnya.
Gadis asal Desa Sambangan ini juga bersyukur, Adi Asih mampu meraih prestasi dunia. Itu menandai, regenerasi tidak terhenti hanya pada dirinya. “Kita saling doakan, semoga bisa terus memberikan yang terbaik saja.” kata dia.
Sementara itu, Adi Asih merasa bersyukur sudah meraih medali perunggu. Walaupun awalnya, dia hanya menargetkan hanya untuk menambah pengalaman bertanding dulu. “Target awal saya hanya ingin tampil maksimal saja,” terang dia.
Sejauh ini, kata Asih, dukungan dan doa keluarga, kerabat dan teman-temannya di FPTI serta sekolah menjadi kekuatan tersendiri sehingga bisa mencapai puncak di IFSC World Cup.
Ketua FPTI Bali Putu Yudi Atmika berharap kedepan agar lebih banyak lagi atlet muda Bali yang bisa menembus kejuaraan dunia. Tak hanya itu, pihaknya juga mempunyai keinginan agar di usia 16 tahun, atlet-atlet muda khusunya panjat tebing asal Bali, sudah bisa merasakan kejuaraan dunia.
“Kita ingin anak-anak Bali bisa juara dunia di usia 15–16 tahun seperti atlet Jepang. Ke depan, kalau kita kembali jadi tuan rumah, kita ingin bisa kirim 4–5 atlet.” harap Yudi.
Sementara itu, Ketua KONI Kabupaten Buleleng, Ketut Wiratmaja memberikan apresiasi atas sejarah yang dicetak oleh Kadek Adi Asih. Wiratmaja menilai, hasil pembinaan yang dilakukan oleh FPTI Provinsi Bali sukses mencetak atlet-atlet berkelas dunia.
“Ini bukti bahwa slogan kami ‘Small is Gold’ bukan sekadar kata-kata dua atlet dikirim, satu berhasil bawa pulang medali perunggu.” terang Wiratmaja.
Kebanggaan tersendiri juga dirasakan oleh Ibu dari Adi Asih, Luh Putu Sutarjani. Sang Ibu mengungkapkan haru dan rasa syukur yang mendalam atas capaian anak keduanya ini. Ia pun tidak menduga, Adi Asih bisa meraih perunggu diajang kelas dunia.
Hadir langsung menyaksikan keberhasilan anaknya Sutarjani sempat lemas karena perasaan haru dan gembiranya.
Bahkan ia sempat cek tekanan darahnya oleh tim medis. “Saya tidak bisa berkata-kata banyak. Yang jelas sebagai orangtua kami bangga, gembira sampai gemetar menyaksikan perolehan medali Kadek,” ucap Sutarjani.
Desak Rita dan Adi Asih Terbentuk secara Alamiah dan Sistem yang Bagus
Pelatih Timnas FPTI, Hendra Basir masih terus memantau potensi dari Adi Asih dan Desak Rita.
Dia menjelaskan baik Desak Rita dan Adi Asih sudah tumbuh sebagai atlet secara alamiah akibat dukungan dari keluarga dan lingkungan.
Setelah dukungan keluarga dan lingkungan, barulah selanjutnya dukungan sistem melalui klub atau pengurus cabang olahraga ini. Kebetulan mereka berasal dari Pengkab yang sama dari Buleleng, tetapi didorong dari karakteristik, keluarga dan lingkungan serta sistem di organisasi yang cukup baik. “Secara organisasi artinya ada sinergi yang berjalan disana antara Pengkab FPTI dan KONI Buleleng,” terang Hendra.
Hendra mengatakan kehadiran Adi Asih tidak semata-mata dimunculkan begitu saja, namun dia sebenarnya sudah melewati proses yang panjang dan kerja keras di daerah.
“Ya mungkin tadi teman-teman lihat kesannya Asih beruntung karena lawannya kepeleset. Tetapi keberuntungan juga tidak akan datang kepada orang yang tidak punya kemampuan,” tegas Hendra.
Kedepan, dia masih terus memantau peluang dan kekuatan Adi Asih, karena pada dasarnya semua atlet punya peluang yang sama.
Pihaknya akan terus menjaga kualitas fisik, terutama mental dari Desak Rita dan Adi Asih. (*).
Pewarta : I Putu Nova Anita Putra