Singaraja, koranbuleleng.com | Di balik gemerlap Pulau Dewata, tersimpan kisah perjuangan perempuan muda bernama Ni Luh Gede Intan Adnyaswari (23), asal Lampung Selatan. Ia datang ke Bali untuk mengejar pendidikan dan membangun masa depan. Kini, ia telah menyelesaikan kuliahnya di salah satu perguruan tinggi negeri di Bali Utara.
Perjalanan Intan dimulai dengan keputusan besar: merantau sejauh ribuan kilometer dari kampung halaman di Sumatera melewati Selat Sunda hingga tiba di Bali. Sebagai anak perempuan pertama dari dua bersaudara dalam keluarga sederhana, langkah itu bukan hal mudah. Tapi tekadnya untuk kuliah dan membanggakan orang tua jauh lebih besar dari rasa takutnya.

“Ketakutan itu sangat besar, apalagi untuk seorang perempuan pergi ke tempat asing sendirian, jadi anak kos yang harus bisa mengurus semuanya sendiri. Rasa takut paling besar adalah kehilangan orang yang kita sayang saat berada di perantauan,” ungkapnya.
Selama awal masa kuliah, Intan tinggal bersama bibinya. Ia membantu berjualan es daluman dan menjadi kru dekorasi pernikahan. Saat libur semester, ia tak pulang ke Lampung. Ia merasa tak tega meminta ongkos pulang. Sebagai gantinya, ia bekerja dan menabung.
“Aku dulu pemalu. Tapi pandemi COVID-19 memaksa aku belajar menyapa orang baru, bantu tante jualan, ikut dekor WO. Aku juga pernah jual baju thrift, jualan jajanan, sampai buka jasa joki tugas kuliah buat tambahan uang jajan,” ceritanya.
Setelah dua tahun, Intan mulai ngekos sendiri. Ia bertahan dengan menjual basreng pedas dan tetap mengambil kerja serabutan. Rindu dan sakit harus ia tanggung sendiri. Tapi di tengah kesulitan, ia menemukan keluarga baru: orang-orang baik yang membantunya bertahan.

Ia percaya, keputusan perempuan untuk merantau bukan karena ingin. Namun kadang, itu adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan masa depan.
“Tidak ada perempuan yang benar-benar ingin merantau jauh dari orang tua. Tapi kadang, itu bentuk menyelamatkan diri. Karena yang bisa menyelamatkan perempuan hanyalah pendidikan dan karir,” ucap Intan.
Bagi Intan, pendidikan adalah kekuatan. Bukan sekadar formalitas atau tiket menuju pekerjaan, tapi bentuk perlawanan diam perempuan terhadap dunia yang sering tak ramah.
“Perempuan hanya akan dihargai dan tidak diremehkan jika punya bekal pendidikan dan karir yang bagus. Pendidikan dan karir adalah tameng untuk melindungi diri di tengah dunia yang tidak ramah,” katanya.
Kini, meski sudah lulus, perjuangan Intan belum berakhir. Pekerjaan pertama yang ia jalani tidak sesuai jurusan kuliahnya. Tapi ia memilih untuk tidak mengeluh. Ia bersyukur, tetap bekerja, dan tak memaksakan ekspektasi.
“Hidup sebagai anak perempuan pertama dengan ekspektasi tinggi sangat melelahkan. Tapi bukan salah kita kalau belum dapat pekerjaan sesuai. Jangan kutuk tempat kerja, cukup temukan tempat ternyaman versi kita. Mimpi masa kecilmu belum hilang, hanya tertutup lelah dan ragu,” ujarnya pelan.
Intan percaya, menyerah bukan pilihan. Pendidikan dan pekerjaan bukan soal gelar atau gaji semata. Itu adalah cara agar perempuan tetap punya kuasa atas hidupnya.
“Jangan pernah berhenti kerja atau mengejar pendidikan, meski lelah. Dunia ini tidak ramah pada perempuan tanpa kekuatan finansial. Menjadi perempuan, kita harus bisa berdiri di kaki sendiri. Itu bukan pilihan, tapi keharusan.”
Untuk siapa pun yang sedang berjuang, Intan menyampaikan pesan haru.
“Semoga bahumu selalu dikuatkan, mental dan badan disehatkan. Semoga lelahmu hari ini jadi perantara kebahagiaanmu kelak.”
Kisah Intan bukan hanya tentang meraih gelar sarjana. Ia sedang membangun dirinya sendiri—dari luka, lelah, dan jatuh bangun. Dan suatu hari nanti, ia ingin pulang ke rumah bukan hanya membawa ijazah, tapi juga kepala yang tegak dan hati yang penuh. (*)
Kontributor : Ni Made Putri Rahayu
Catatan : Berita ini ditayangkan untuk melengkapi tugas mata kuliah di IAHN Negeri Mpu Kuturan, Singaraja. Tulisan ini telah melalui seleksi dan tahapan editing agar sesuai dengan kaidah jurnalistik. Kami terbuka menerima tulisan hasil reportase dari mahasiswa dan harus mengikuti ketentuan/kebijakan redaksi kami.