Singaraja, koranbuleleng.com | Direktur Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi, Ditjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti, Ir. Retno Sumekar, M.Sc mengatakan setiap tahun terdapat 500 hingga 1.500 proposal penelitian yang diajukan oleh peneliti dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia kepada pemerintah pusat. Namun, setelah diverifikasi, hanya sekitar 100 proposal yang memenuhi kriteria.
Retno mengungkapkan hal itu saat menjadi narasumber dalam sebuah seminar di Kampus Universitas Pendidikan Ganesha, Sabtu 27 Juli 2019 lalu.
Menurut Retno, sebagian besar penelitian yang dilakukan belum melihat kebutuhan masyarakat dan pasar. Diakui, hal itu masih menjadi persoalan sampai saat ini. “Masih sangat sulit bagi kami karena research para peneliti itu belum melihat kebutuhan pasar atau masyarakat sehingga kami sangat sulit mendorong untuk jadi hilirisasi atau industri,” ungkapnya.
Sangat diharapkan, pemahaman para peneliti bisa semakin meningkat dan mampu menghasilkan penelitian yang semakin berkualitas.
“Kami juga meninginkan LPPM bisa memberikan masukan kepada peneliti tentang apa yang dibutuhkan masyarakat. Reaserch apa yang dilakukan. Sekarang ini kita melihat hanya mendorong hasil penelitian untuk bisa jadi industri. Itu sangat berat,” sebutnya.
Pada kesempatan itu, dirinya juga melihat potensi penelitian yang dapat dihilirisasi, khususnya di Bali potensinya cukup besar. Seperti halnya bidang kuliner yang ditemukan sangat beragam. Kekayaan daerah itu bisa dikemas menjadi sesuatu yang bernilai dengan tambahan sentuhan teknologi. “Penelitian yang bisa dihilirisasi bisa dengan melihat potensi daerah,” imbuhnya.
Sementara itu, Wakil Rektor I Undiksha, Dr. Gede Rasben Dantes, S.T.,M.TI., mengharapkan para peneliti Undiksha semakin banyak yang mengusulkan proposal untuk mendapat dana Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT) dan Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT). “Akademisi Undiksha sudah banyak yang menghasilkan penelitian. Sekarang tinggal bagaimana bisa meningkatkan ke level yang lebih tinggi,” ungkapnya.
Ditegaskan, proposal yang diajukan itu tak terbatas pada penelitian sains dan teknologi. Tetapi juga sosial budaya yang potensi sangat besar di Bali. Menggarap itu, bisa dengan sinergi antardisiplin ilmu. “Yang bidangnya ilmu sosial bisa sinergi dengan sains. Bisa saling melengkapi,” imbuhnya. |R/NP|