Warga desa Tembok, Kecamatan tejakula mengelola lahan pertanian |FOTO : Putu Nova A.Putra|
Singaraja, koranbuleleng.com | Pandemi Covid-19 memang merontokkan banyak sendi kehidupan. Banyak perusahaan mengambil keputusan untuk merumahkan sampai melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada karyawannya.
Mereka yang dirumahkan hingga di PHK, terpaksa harus pulang kampung. Namun bukan berarti tidak bekerja. Sejumlah warga Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Buleleng yang terkena dampak Pandemi Covid-19 justru mandiri karena beralih pekerjaan menjadi petani.
Ceritanya begini, mereka yang pulang ke kampung halaman karena imbas Covid-19, diajak oleh Kepala Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Dewa Komang Yudi Astara bekerja menjadi petani dengan mengelola lahan milik desa, melalui program padat karya bidang pertanian. Warga yang kena PHK diberikan pelatihan pertanian, setelah itu diberi tanggungjawab untuk mengelola lahan milik desa.
Dewa Komang Yudi Astara menginisiasi gerakan kembali bertani ini dirancang sebelum Pandemi Covid- 19 merebak. Kepala Desa Tembok mengajak warga desanya mengelola lahan tandus menjadi lebih produktif. Anggaran dari APBdes Tembok digunakan secara prduktif untuk kesejahteraan masyarakatnya sendiri. Ketika pandemi Covid-19 terjadi, semakin banyak warga yang ikut bergabung dalam gerakan ini.
Gerakan kembali bertani ini merupakan salah satu gerakan untuk memenuhi kebutuhan dan ketahanan pangan dari pedesaan. Minimal, kebutuhan pangan di desa Tembok bisa disuplai dari desa mereka sendiri. Itulah awalnya hingga kini gerakan kembali bertani dari desa di ujung timur Kabupaten Buleleng ini menjadi percontohan bagi sejumlah desa lain.
“Kami sudah sempat panen sayur-mayur. Akhirnya, ya kebutuhan pangan warga di sini bisa terpenuhi ditengah Pandemi Covid 19,” terang Yudi, sang kepala desa.
Menurut Yudi, ada sekitar 176 warga desa Tembok yang dirumahkan dan terkena PHK oleh perusahaan lalu kembali ke kampung. Sebagian besar yang terkena dampak sempat bekerja dibidang pariwisata.
Diantara mereka , sebelumnya ada yang menjadi sopir taxi, pramuwisata, karyawan money changer maupun staf perhotelan dan agen travel.
“Kami berikan pelatihan dan mereka akhirnya bisa mandiri karena ikut gabung dalam gerakan pertanian kami. Saya kira ini langkah yang cukup strategis mensejahterakan masyarakat di tengah Pandemi Covid-19,” ujarnya.
Mereka bercocok tanam berbagai jenis tanaman, mulai dari cabai, tomat, terong, kangkung, pisang lokal dan tanaman lain. Warga desa Tembok merasa gerakan ini sangat membantu perekonomian mereka ditengah Pandemi Covid-19.
“Minimal kebutuhan pangan kami sehar-hari bisa terpenuhi ditengah Pandemi ini,” kata salah satu warga Komang Sukadiana.
Warga lainnya, Nyoman Jenek juga ikut dalam gerakan kembali bertani ini. Dia setiap hari datang ke lahan pertanian untuk mengelola lahan. Mulai dari pembersihan lahan dari sampah, mencangkul, menyiram tanaman dan lainnya. Diantara warga, saat menggarap ladang juga tetap mengedepankan protokol kesehatan.
“Sehari tidak terasa bekerja. Suasana adem kan, sambil ngopi dan kegiatan lain bisa dilakukan. Seperti inilah kami sekarang ditengah Pandemi Covid-19, bekerja memperkuat ketahanan pangan,” ujar Jeneng.
Inovasi dan Kreasi
Tidak hanya bertani, Kepala Desa Tembok juga melakukan inovasi lainnya seperti mengolah barang bekas menjadi barang-barang bernilai dan bisa dimanfaatkan. Secara tidak langsung, Kepala desa membuat ruang kreatif di sudut desa Tembok.
Seperti mengolah sampah plastik menjadi meja dan kursi. Plastik-plastik itu dijadikan ecobrik. Meja dan kursi ecobrik itu digunakan di kantor desa juga tempat-tempat lain seperti balai dusun, maupun di lahan yang dikelola desa.
Dewa Komang Yudi Astara mengaku semua inovasi ini dilakukan atas dasar kesulitan yang dialami warga di masa pandemi Covid-19. Warga dan pemerintah desa mempunyai satu misi yang sama untuk memberdayakan potensi desa dikelola oleh sumber daya manusia dari desa setempat.
Sehingga hasil akhirnya jelas dan bisa langsung dirasakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Tembok. Yudi berharap ada sinergi yang baik antara pemerintah pusat, provinsi Bali dan di kabupaten menghadapi pandemi Covid -19 dengan memberdayakan masyarakat lokal mengelola potensinya. |NP|