Direktur RSUD Buleleng, dr. Putu Arya Nugraha |FOTO : Rika Mahardika|
Singaraja, koranbuleleng.com| Pandemi COVID 19 sudah berlangsung selama delapan bulan lamanya. Kini, tidak ada lagi fase untuk panik dan takut, tetapi sudah harus masuk dalam fase waspada dan mengerti terhadap situasi pandemi.
Direktur Rumah Sakit Umum (RSUD) Kabupaten Buleleng Putu Arya Nugraha menjelaskan, seharusnya, tidak ada lagi stigma negatif di masyarakat terhadap para penyintas COVID (orang yang pernah positif COVID 19 dan sembuh, red). Namun faktanya, sampai dengan kini Ia masih sering kali mendapatkan aduan dari mereka para penyintas yang mendapatkan perlakukan diskriminasi di lingkungannya.
Seharusnya menurut dr Arya, masyarakat tidak lagi khawatir pada para penyintas. Karena secara medis, mereka sudah dinyatakan sembuh sesuai dengan hasil pemeriksaan swab melalui PCR.
“Kalau sudah sembuh tidak mungkin menular, jadi seharusnya mereka bisa beraktivitas sosial secara biasa, cuma tetap dengan protokol kesehatan. Tidak boleh ada diskriminasi karena melemahkan upaya untuk mengatasi wabah secara umum sebetulnya,” jelasnya.
Awal terjadinya pandemi, kepanikan dan ketakutan masyarakat masih bisa dimaklumi dan dianggap wajar. Namun setelah berjalan tiga bulan, masyarakat seharusnya sudah masuk dalam belajar. Belajar untuk mengetahui, dan belajar untuk mendapatkan informasi dari sumber yang benar.
Terlebih saat ini sudah berlangsung selama delapan bulan. Masyarakat sudah waktunya tumbuh secara bersinergi dan saling memahami. Yang terpenting adalah menumbuhkan sikap waspada dan mengerti. Waspada untuk selalu menerapkan protokol kesehatan, dan mengerti terhadap mereka yang terjangkit ataupun yang sudah sembuh dengan tidak melakukan diskriminasi.
“Budaya masyarakat dan lingkungan akan mempengaruhi psikologi, artinya tidak hanya kesembuhan tetapi secara garis besar wabah ini lebih baik penanganannya. Harusnya ke arah pertumbuhan yang positif lah. Mengerti, tidak lagi takut,” ujar Arya Nugraha. |RM|