Singaraja, koranbuleleng.com | Pada masa pandemi COVID-19, perekonomian menjadi sektor yang menjadi perhatian pemerintah, selain aspek kesehatan. Selama pandemi, UMKM yang menjadi penggerak ekonomi domestik dan penyerap tenaga kerja sedang mengalami penurunan produktivitas. Itu menjadikan penurunan pendapatan secara signifikan. Untuk membangkitkan kembali perekonomian dibutuhkan solusi mitigasi dan pemulihan ekonomi melalui penguatan UMKM.
Kepala Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi, dan UKM , Drs. Dewa Made Sudiarta, M. Si. memaparkan bahwa pada masa pandemi ini, cara untuk membangkitkan kembali perekonomian di Buleleng salah satunya melalui pengembangan UMKM.
Dalam upaya tersebut, pemerintah Kabupaten Buleleng membangun gedung pusat pelayanan UMKM sebagai tempat untuk mengakomodasi UMKM yang ada di Buleleng. Selain itu, banyak pendampingan-pendampingan yang dilakukan untuk menaikan level UMKM di Buleleng seperti pemberian bantuan untuk UMKM, pengembangan potensi-potensi daerah, proses pemasaran dengan sistem digitalisasi, dan masyarakat diajak untuk lebih banyak mengkonsumsi produk lokal.
“Ini tentunya sebagai upaya untuk menstimulasi UMKM di Buleleng, kita telah siap menuju perubahan yang lebih baik lagi.” ujar Sudiarta saat Talkshow “UMKM Tangguh, Ekonomi Tumbuh”, Kamis 12 Agustus 2021.
Kesiapan UMKM terhadap program yang dicanangkan oleh pemerintah disambut positif oleh Sekretaris HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) Buleleng, dr. I Gusti Agung Ratih Krisnandari Putri.
Pemilik dari Krisna Agung Property itu mengungkapkan pengusaha-pengusaha yang tergabung di HIPMI Buleleng siap untuk membangkitkan UMKM di Buleleng. Apalagi anggota yang tergabung dalam HIPMI adalah anak muda yang tentunya sangat melek terhadap perkembangan teknologi terutama dalam memasarkan produk.
Menurutnya, pandemi yang menghantam selama hampir dua tahun ini, menyebabkan dunia usaha terganggu. “Namun prinsip kami sebagai seorang wirausahawan adalah tetap tangguh dalam menghadapi situasi apapun, dan berpikir kreatif untuk menciptakan peluang untuk usaha kami.”ungkapnya.
Sementara, akademisi, I Putu Gede Parma, S.ST. Par., M.Par menyampaikan bahwa ambruknya perekonomian di Bali karena bidang pariwisata yang menjadi multiplayer impact dan andalan di Bali tiba-tiba hancur akibat pandemi. Masyarakat Bali banyak yang banting setir menuju ke sektor-sektor lainnya untuk beradaptasi. Pada masa saat ini, perlu mendorong kembali konsumsi masyarakat agar roda perekonomian dapat berjalan.
UMKM adalah bagian kecil dari usaha, namun memberikan dampak yang cukup besar. Sekarang, hal yang dibutuhkan adalah UMKM ini mampu menguasai peluang dan strategi pemasaran agar dapat mempertahankan usaha tersebut. “UMKM sudah diberikan berbagai fasilitas oleh pemerintah. Nah sekarang UMKM harus berpikir, apakah UMKM akan selamanya menjadi UMKM? Tentunya harus ada upaya untuk menjadi perusahaan besar.” Ujar Parma.
Kondisi pariwisata yang sangat menurun, masyarakat sebenarnya bisa beralih pada sektor pertanian. Namun menurut salah satu anggota Petani Muda Keren Bali, Nengah Sumerta minat generasi muda terhadap pertanian justru sangat minim karena sektor pertanian bukan sektor instan dan identik dengan kotor.
Sebelum pendemi, regenerasi, organisasi, dan teknologi dalam pertanian dianggap sangat sepele, namun sekarang sektor pertanian harus melakukan hal tersebut. Saat ini Forum Petani Muda Keren membuat klaterisasi pertanian untuk mengoptimalkan lahan dan hasil pertanian di Buleleng. “Era sekarang bukan lagi era kompetisi, namun saatnya kita untuk berkolaborasi untuk menguatkan kembali perekonomian kita.”ujarnya. |SY|