Kameramen melakukan perekaman sebuah patung pertapa di pusat Desa Sidatapa |FOTO : Wayan Ariawan|
Singaraja, koranbuleleng.com | Desa Sidatapa sebagai salah satu desa Bali Aga di Buleleng telah tersohor. Desa ini kini sudah berkembang baik, dan jauh dari imej kekerasan. Yang muncul justru eksotisme atau keistimewaan desa dengan ragam potensi alam dan manusianya.
Desa Sidatapa punya alam yang subur, jenis pertanian beraneka ragam mulai dari cengkeh, kopi dan buah-buahan. Topografi disini juga memancing kemolekan alam lain yang bisa menjadi modal untuk pengembangan dunia pariwisata, seperti air terjun yang padu padan dengan jalur trekking atau jalur perjalanan wisata alam. Banyak akademisi yang sudah melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat karena potensi desa yang beraneka ragam itu.
Universitas Udayana (Unud) beberapa waktu lalu merekam nafas kehidupan desa ini lewat program Pengabdian Masyarakat. Mereka membuat sebuah video promosi tentang Desa Sidatapa yang dirangkum dalam sebuah cerita “Storynomic”.
Project pembuatan video promosi ini dikoordinir langsung oleh salah satu akademisi Unud, Dr. Ida ayu Laksmitha Sari, S.Hum, M.Hum. Dalam video merekam berbagai sisi kehidupan warga Sidatapa dan potensi alamnya.
Diantaranya kegiatan English Corner. Sudah banyak yang paham, English Corner ini sebuah gerakan desa untuk membangun intelektualitas anak-anak desa sejak dini denga cara mengajarkan Bahasa Inggris. Sejumlah relawan tergabung dalam English Corner untuk mengajar. Para pesertanya cukup membayar dengan sampah plastik yang harus disetorkan melalui Bank Sampah. Selain English Corner, kegiatan dari Pokdarwis My Darling Bersama warga penganyam bambu juga menjadi bagian dari materi video promosi.
Tokoh masyarakat Sidatapa yang juga pelopor dari Komunitas Buleleng Harmoni, Wayan Ariawan menjelaskan program pengabdian masyarakat oleh Universitas Udayana melalui produksi video promosi sangat membantu dalam mengembangkan desa Sidatapa sebagai desa wisata berbasis lingkungan dan budaya.
Dia berkata, ada beberapa hal penting lainnya yang dimasukkan sebagai materi promosi desa tersebut diantaranya cerita rakyat yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul keberadaan desa Sidatapa. Konon, di masa lalu Desa Sidatapa yang masih hutan belantara adalah tempat yang baik untuk melakukan meditasi atau bertapa. Sejumlah pertapa dari kehidupan masa lalu sering melakukan tapa semedi di wilayah desa ini. Dari sanalah dipekrirakan muncul nama Desa Sidatapa.
Asal usul desa Sidatapa erat kaitannya dengan beberapa obyek yang kini dikembangkan sebagai obyek wisata di desa tersebut seperti keberadaan hutan batu nunggul, kayoan kaje, kayoan cedar, rumah tradisional, air terjun tamblang, air terjun mampah, kayoan mas, serta ragam tanaman pertanian dan perkebunan yang ada di sekitar obyek sebagai salah satu bagian dari agro wisata di desa ini.
“Kami sebelumnya berdiskusi Panjang untuk promosi desa ini. Tentu program pengabdian masyarakat dari Unud ini sangat membantu kami mengembangkan desa dengan lebih terarah,” ujar Ariawan.
Sementara Ketua Pokdarwis My Darling Desa Sidatapa, Putu Sinar Jaya mengungkapkan storynomic Ini akan membantu memperkenalkan khasanah budaya Desa Sidatapa kepada daerah lain.
“Mudah mudahan suasana kembali normal, COVID-19 segera berlalu sehingga kita bisa memacu kunjungan ke desa sidatapa.” ujar Sinar.
Seperti diketahui, Desa Sidatapa merupakan salah satu desa yang tergabung dalam garis desa-desa tua atau wilayah Bali Aga di kecamatan Banjar. Ada lima desa yang digabungkan dalam Kawasan Bali Aga, yakni Sidatapa, Cempaga, Tigawasa, Pedawa dan Banyusri (SCTPB). (*)
Kontributor : Wayan Ariawan
Editor : I Putu Nova A.Putra