Singaraja | Sukreni Gadis Bali, dipentaskan dalam karya drama gong di Pesta Kesenian Bali (PKB) Kabupaten Buleleng ke-38 di Pelabuhan Buleleng, Minggu (29/5) malam kemarin. Drama yang diangkat dari adaptasi novel A.A Panjdi Tisna sangat mencerminkan ciri khas drama Gong Buleleng yang kaya akan aksi dan kreasi teatrikal serta mempertontonkan karakter asli masyarakat dalam kehidapan sehari-hari.
Dari sisi tatanan bahasa, drama yang dipentaskan ini juga sangat kental dengan gaya bahasa yang biasa digunakan oleh masyarakat pada umumnya di Buleleng. Putu Satriya Kusuma, seniman teater yang ikut andil dalam penulisan naskah drama gong Sukreni Gadis Bali.
Dia mengatakan, sebenarnya tidak ada pakem yang baku terkait dengan alur cerita drama gong sebagai kesenian tradisional Bali. Apa yang ada di Buleleng sebagai bagian kesenian dari Bali utara tidak perlu mengikuti arus dari daerah lain. “Saya sudah pernah melaukan riset drama gong ini. Jadi tidak ada pakem yang secara khusus sebenarnya,” kata Satriya Kusuma yang juga produktif dalam pembuatan film domumenter.
Satriya Kusuma mengakui unsur seni teater masuk dalam pentas Sukreni Gadis Bali. Itu dilakukan agar visualnya bisa terlihat lebih menarik. Baginya, ini adalah kreasi yang memang sebelumnya takut “dilanggar” oleh drama gong lainnya.
“Saya kira tidak ada batasan untuk berkreasi di drama gong. Wayang Ceng Blong saja bisa melakukan terobosan dan kreasi keluar dari pakem asli wayang Bali lalu wayang menjadi popular. Lalu kenapa drama gong tidak. Dalam drama gong juga harus bisa dilakukan,” ujar Satriya.
Menurutnya juga, Drama gong Buleleng itu punya khas sendiri dibandingkan daerah lain. Kampung Seni Banyuning sudah melakukanitu dan memberi warna tersendiri dalam dunia kesenian drama gong di Bali.
Dari sisi cerita, Sukreni gadis Bali sebagai drama gong Buleleng dikatakan lebih riil mengangkat nuansa atau realita kehidapan masyarakatnya daripada mengangkat suasana-suasana kerajaan di masa lalu.
“Inilah yang saya suka dari drama gong di Buleleng. Kita itu lebih riil, bercerita tentang kehidupan masyarakatnya. Cerita-cerita drama gong sangat kental dengan karakter masyarakat Buleleng yang memang egaliter,” terangnya dibalik panggung kemarin malam.
Begitupun soal aksi, kata Satriya drama gong Buleleng itu lebih menonjolkan aksi sesungguhnya. Selama ini, banyak drama gong yang hanya mementaskan dengan aksi-aksi yang simbolik semata. “Coba lihat, ketika mantri polisi tadi bersepeda lalu jatuh. Itu bagian dari aksi yang sebenarnya, bahkan si Putu , anak dari Mantri Polisi yang ikut terjatuh dan mengalami luka di kakinya. Ya walaupun tidak parah, tapi berdarah dan itu salah satu bentuk asli dari aksi Drama Gong Buleleng. Jadi itu juga bukan sekedar penghayatan semata namun juga itu cermin karakter masyarakat Buleleng yang memang sungguh-sungguh ketika bekerja, “ katanya lagi.
Keikutsertaan Satriya secara langsung dalam drama gong Sukreni Gadis Bali ini untuk yang kedua kalinya. Ini dilakukan karena merasa dirinya dari Banyuning harus ikut andil untuk mensukseskan pagelaran yang dipersembahkan oleh Kampung Seni Banyuning. “Untuk drama gong, ini keterlibatan saya yang kedua kalinya. Sebelumnya lebih banyak menggarap versi teaternya,” ucapnya.
Hal yang sama juga dikatakan pemain drama gong senior, Nengah Nenguh bahwasanya dimanapaun drama Gong dari Banyuning pentas, pasti tidak akan mengecewakan penonton. “Kami selalu yakin, apa yang kami bawakan bisa baik karena menikmati, menghayati peran. Nggak asal-asalan lah,” ujar Nenguh disela mempersiapkan para pemainnya, kemarin malam.
Putu Suasana, salah satu pembina tabuh yang mengiringi Sukreni Gadis Bali juga merasa sangat terpuaskan menonton persembahan Kampung Seni Banyuning. Suasana yang akrab dipanggil Jenggo juga merasa, unsur teater memperkuat kreatifitas pementasan drama gong Sukreni Gadis Bali ini.
“Saya kira, ini benar-benar bagus. Unsur teater, penggalian karakternya sangat baik.” ujar Jenggo.
Cerita dari drama Sukreni Gadis Bali ini diakhiri dengan pembunuhan Mantri Polis Gusti Made Tusam oleh anaknya bernama Gustam hasil pemerkosaanya terhadap Sukreni di warung Men Negari.
Pementasan Sukreni Gadis Bali di Panggung PKB Buleleng berlangsung selama tiga jam. Beberapa adegan sebenarnya telah dipotong-potong namun tidak sampai mengurangi inti cerita yang dipentaskan. Mereka juga sudah mempersiapkan pementasan ini sejak tiga bulan sebelumnya. Nanti, Sukreni Gadis Bali akan pentas di arena PKB Bai mendatang. |TIM|