Singaraja, koranbuleleng.com| Awan tebal terlihat menggelayut di arah selatan Desa Sambangan, namun suasana sedikit lebih sejuk. Pepohonan dikiri dan kanan Jalan Pinangsia, Desa Sambangan menambah suasana desa ini terlihat lebih alami. Di jalan tadi, terdapat sebuah bengkel produksi dan tampak seorang pria sedang sibuk membuat kerajinan.
Pria itu, Kadek Maret Tanayasa, dia seorang perajin yang sadar untuk selalu menjaga lingkungan tetap asri. Dia membuat beberapa jenis kerajinan dengan menggunakan bahan plastik. Hasil kerajinan tangannya justru dihargai hingga jutaan rupiah oleh pembeli. Biasanya kerajinan berbahan plastik akan dibuat menjadi meja dan kursi.
Di bengkel tersebut, pria yang punya angka lahir 14 Maret 1989, juga membuat kerajinan dengan bahan viber dan Jerami.
Maret menuturkan hanya membuat kerajinan meja dari sampah plastik itu ketika ada yang memesan. Dia pun mengaku belum berani membuat meja dan kursi itu dengan jumlah yang banyak.
“Ya saya sistemnya sesuai permintaan, belum berani buat yang banyak karena belum banyak juga yang beli. Kalau stok selama ini masih kendala modal,” ujar Maret saat ditemui di bengkel produksinya, Jumat, 25 Februari 2022.
Maret menyebut biasanya satu set meja dan kursi dari bahan plastik hasil dijual dengan harga Rp 1,5 juta dengan diameter 80 Centimeter. Dalam pembuatan meja tersebut biasanya ia mengabiskan 5 Kilogram sampah plastik yang di belinya dari beberapa desa. Dengan waktu pengerjaan sekitar 2 minggu.
Kata Maret, usaha kerajinan dari bahan plastik itu mulai digelutinya pada tahun 2019. Berawal dari kejenuhannya sebagai pegawai kantoran dan ingin merintis usaha sendiri. Kerajinan dari plastik itu pun terus dipelajarinya melalui Youtube. Walau beberapa kali gagal ia pun tak menyerah. Tak hanya itu, modal awal yang dihabiskan dalam pembuatan kerajinan itu pun mencapai puluhan juta rupiah.
“Belajar bikin, awalnya coba-coba dan sempat gagal. Terus diperbaiki selama bertahun-tahun. Saya hanya penasaran,masak sih sampah tidak bisa diolah?,” kata dia.
Saat awal merintis usahanya, ia hanya membuat kerajinan berupa asbak dan gantungan kunci. Untuk menjualpun tidak mematok harga, kala itu. Itupun dijual di kalangan warga sekitar dan teman-teman dekatnya. Namun, kini ia sudah berani memasarkan hasil kerajinannya itu lewat akun media sosial miliknya.
Selain meja yang dibuat dengan bahan sampah plastik, Maret juga membuat kerajinan lain dengan menggunakan bahan viber dan Jerami. Untuk kerajinan berbahan Viber dengan membuat kerajinan pot berbagai bentuk. Sedangkan jerami digunakan sebagai bahan pembuatan pelakat. Kerajinan Pot berkisar harga Rp2.5 juta sampai Rp10 juta
“Bahan plastik sampah tidak bisa perbulan dapat berapa. Seminggu full langsung saya ambil. Kalau pot penjualannya sudah sampai keluar provinsi Bali. Biasanya saya bentuk biksu dan garuda,” ucapnya.
Namun Maret juga terimbas pandemi karena perekonomian sedang tidak stabil. menambahkan dimasa pandemi Covid19 ini kerajinan pot dari bahan viber dan pelakat itu jarang dipesan. Berbeda dengan sebelum pandemi Covid19, yang ramai pemesanan.
“Masa pandemi ini, pesanan hampir tidak ada sama sekali. Sebelum pandemi tropi per minggu ada yang pesan 2 sampai 3 paket. Tapi saat pandemi ini, pemesanan meja yang yang cukup tinggi. Biasanya di pesan untuk di cafe-cafe,” tutupnya. (*)
Pewarta : Kadek Yoga Sariada|