Singaraja, koranbuleleng.com | Kiprah sekolah TK Imanuel yang beralamat di Jalan Dewi Sri, Baktiseraga, Singaraja di bawah kepemimpinan Maya Maria Sihotang, S.Pd., sebagai sekolah penggerak, menggebrak dengan serangkaian workhop literasi dan numerasi untuk anak usia dini.
Kegiatan ini menghadirkan instruktur literasi nasional yang juga dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Ganesha, Dr. I Wayan Artika, S.Pd,M.Hum. Dia juga seorang pegiat gerakan literasi akar rumput pada Komunitas Desa Belajar Bali. Kegiatan ini berlangsung dalam dua sesi (28/8 dan 3/9 2022), berlokasi di TK Imanuel Singaraja.
Kepala sekolah TK Imanuel Maya Maria Sihotang, S.Pd. menyoroti bahwa literasi dan numerasi anak perlu dibangun sejak dini. Literasi dan numerasi sangat penting sebagai bagian kecakapan hidup yang harus dimulai sejak dini.
Dengan pelatihan ini guru-guru kelompok bermain (play group), PAUD, dan TK mendapatkan wawasan literasi dan numerasi. Di samping itu juga guru-guru yang akan langsung bersentuhan dengan anak-anak juga diberi berbagai model praktik baik literasi kreatif yang sangat sejalan dengan dunia anak-anak. Selama ini program literasi belum ada yang menyentuh dunia anak.
“Karena kami sangat membutuhkan praktik literasi praktis dan relevan dengan dunia anak, makanya kami mengundang Dr. I Wayan Artika dalam kegiatan ini.” urai Maya yang biasa disapa Miss Maya. Dia menegaskan pentingnya sekolah yang dikelolanya mengembangkan program literasi yang relevan untuk dunia anak-anak.
Kegiatan ini disambut baik oleh seluruh guru dan akan didisiminasi kepada orang tua dan guru-guru sekolah lain. “Kami bersama guru dan komite bekerja keras untuk menyelanggrakan berbagai program sekolah penggerak dan salah satunya kami menyelenggrakan serangkaian workhop literasi. “ papar Mis Maya.
Sementara itu, Wayan Artika menyatakan, saat ini banyak ada pelatihan dan bimbingan teknis gerakan literasi tetapi semua itu terlalu tinggi dan teoretis dan tidak menyentuh kepentingan yang spesifik. “Kita salah memahami literasi yang selalu dikaitkan dengan fasilitas baca dan buku. Ada yang dilupakan, yakni membentuk minat dan kebiasaan baca pada anak dan ini harus dilakukan berkelanjutan. Nah, literasi dimulai dari sini.” tegas Artika.
Artika selama ini telah malang melintang dalam dunia gerakan literasi akar rumput yang dikembangkannya di Komunitas Desa Belajar Bali, di Desa Batungsel, Kecamatan Pupuan kabupaten Tabanan. Dari desa di lereng gunung Batukaru itu, gerakan ini “mewabah” secara positif ke berbagai desa.
“Untuk kepentingan literasi anak, saya merancang khusus kegiatan ini sehingga setelah workhop para guru menyusun program praktik baik literasi di kelasnya masing-masing.” Kata Artika. (*/rls)