Singaraja, koranbuleleng.com | Banteng Muda Indonesia (BMI) Kabupaten Buleleng bersama petani melakukan panen sorgum atau jagung gembal di Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng.
Sorgum yang dipanen di lahan seluas 1,5 hektar itu merupakan jenis/varitas Bioguma 2 yang peruntukannya untuk produk industri. Panen ini adalah yang kedua kali dari percontohan yang dilakukan oleh BMI.
Ketua DPC BMI Buleleng, Dr. dr. Ketut Putra Sedana, Sp.OG., mengatakan bahwa panen kedua sorgum ini akan menghasilkan sekitar 3-5 ton per hektarnya, berdasarkan dari analisa Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng.
Pria yang akrab disapa Dokter Caput itu mengaku bahwa pilot project sorgum ini merupakan percontohan bagi para petani sehingga mereka dapat mengetaui sorgum terlebih dahulu. Dan dengan adanya percontohan ini, akan menjadi motivasi dan acuan bagi petani untuk menanam sorgum.
“Apalagi saat panen, puluhan mahasiswa dari Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra yang ikut melakukan panen sorgum. Hal ini untuk mengajak mahasiswa tidak hanya belajar di atas meja namun turun ke lapangan,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, Made Sumiarta mengatakan, saat ini, harga pasaran sorgum berkisar di angka 3 ribu sampai 4 ribu rupiah. Menurutnya, apabila opteker mampu membeli sorgum dari petani dengan harga minimal 4 ribu rupiah, maka petani sudah mendapatkan nilai yang membuat mereka antusias untuk menanam sorgum.
Untuk saat ini, Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng kembali memasifkan pengembangan sorgum di Buleleng setelah tersendat lantaran pandemi Covid19. Dengan adanya budidaya yang dilakukan BMI Buleleng, pihaknya merasa terbantu mengembangkan sorgum yang juga merupakan program dari Kementerian Pertanian.
” Mengembangkan sorgum sebagai local genius di Buleleng. Apalagi sorgum yang dapat tumbuh di lahan-lahan marjinal atau kekurangan air,” ungkapnya. |ET|