Singaraja, koranbuleleng.com| Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng, menemukan sebanyak 20 Sekolah Dasar (SD) memiliki jumlah siswa dibawah 60 orang. Bahkan dari pendataan yang dilakukan oleh Disdikpora Buleleng, ada beberapa diantaranya menerima peserta didik baru kurang dari 10 orang siswa.
Sekretaris Disdikpora Buleleng Ida Bagus Gde Surya Bharata mengatakan, minimnya siswa di sejumlah sekolah tersebut diketahui setelah pihaknya melakukan rekap, saat pembelajaran tahun didik baru dimulai. Pihaknya akan menurunkan tim untuk mencari tau penyebab minimnya jumlah peserta didik baru yang diterima.
“Sedang kami jajaki juga koordinasi dengan Perbekel dan Lurah berapa jumlah anak usia sekolah dan jumlah tamatan TK di daerah itu. Hasil penjajakan akan kami evaluasi kembali,” ujar Surya Bharata, Selasa 5 September 2023.
Selain minimnya peserta didik baru, beberapa sekolah tersebut. Jumlah peserta didik yang diterima di SD seluruh Kabupaten Buleleng, juga masih jauh dari total daya tampung. Dimana dari data Disdikpora per 24 Agustus lalu, jumlah siswa usia sekolah yang terdaftar di SD sebanyak 10.739 orang. Jumlah tersebut masih jauh dari daya tampung SD negeri dan swasta di Buleleng sebanyak 13.770 orang siswa.
Minimnya penerimaan peserta didik baru tersebut juga ada di wilayah kota. Seperti SDN 1 Kendran yang hanya menerima siswa baru 7 orang. Padahal zonasi sekolahnya ada di kawasan padat penduduk yakni di Kelurahan Kampung Singaraja. Hal serupa juga terjadi di SDN 3 Banjar Tegal yang berlokasi tepat di belakang Kantor Bupati Buleleng. Pada tahun ajaran baru kemarin hanya mendapatkan 9 orang siswa.
Surya Bharata menyebut, jika trend dari sekolah tersebut pada penerimaan peserta didik baru dalam tiga tahun terakhir hanya menerima siswa di bawah 10. Dinas akan mempertimbangkan sekolah tersebut untuk di tutup. “Nanti akan dikoordinasikan dulu dengan Lurah atau perbekel setempat. SDM dan sarprasnya kaan dialihkan ke sekolah terdekat yang masih memiliki daya tampung. Ini untuk optimalisasi guru dan sarana,” katanya.
Selain di wilayah kota, minimnya penerimaan siswa baru juga terjadi di pedesaan. Hal itu terjadi di SDN 1 Gesing, SDN 5 Gesing, SDN 4 Kayuputih yang juga mendapatkan siswa di bawah 10 orang.
Surya Bharata menambahkan, pertimbangan penutupan sekolah minim siswa tidak bisa diterapkan di kawasan pedesaan, karena perbedaan kasus. Kondisi siswa minim di daerah pedesaan karena dinamika demografi yang tidak stabil dan jarak antara sekolah satu dengan yang lain jauh. Sehingga meskipun minim siswa, sekolah tersebut tetap dipertahankan.
“Yang di desa tetap dipertahankan, seberapa ada tetap jalan untuk memastikan seluruh masyarakat mendapatkan pelayanan pendidikan,” ucapnya. (*)
Pewarta: Kadek Yoga Sariada