Singaraja, koranbuleleng.com| Sebanyak 25 seniman, dari sanggar maupun sekaa gong di Kabupaten Buleleng, mengikuti Workshop Rabab Bali, di Wantilan Sasana Budaya, Kelurahan Paket Agung, Kecamatan Buleleng, Kamis, 9 November 2023.
Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Pande Made Sukerta mengatakan, kesenian Rebab ini memiliki sejarah panjang dalam kesenian di Bali. Dimana, pada tahun 1920 silam kesenian ini digunakan sebagai pengiring kesenian Arja. Namun, seiring berjalannya waktu Rebab kian minim peminat. Bahkan dari penuturannya, pada tahun 1976 di Buleleng hanya dua orang Pengerebab. Melihat itu, disana keinginannya mulai muncul untuk kembali memperkenalkan kesenian Rebab ke generasi muda.
“Itu yang buat saya sangat konsisten sekali untuk mengembangkan Rebab. Dikembangkan di Buleleng tidak hanya sekali sudah beberapa kali, sekarang sudah lebih banyak ada pengrebab,” ujarnya ditemui di sela-sela memberikan pelatihan.
Menurut Sukerta, memainkan Rebab bukan hal yang sulit. Dimana dalam kesenian ini, teknik yang lebih diutamakan. Nantinya, setelah pelatihan ini berhasil dia pun berencana membuat gong Rebab. Hal ini akan menjadi tantangan baginya mengingat, karakter gending dalam gamelan di Buleleng cenderung berirama keras. Hal ini, berbeda dengan karakter suara Rebab yang lembut.
Setiap peserta yang ikut dalam Workshop Rebab Bali itu, diberikan satu Rebab untuk digunakan bahan belajar. Mereka pun diharapkan, bisa menjadi contoh bagi seniman lainnya untuk mengembalikan eksistensi kesenian Rebab. “Saya yakin tidak ada yang sulit asal tekun, memang Rebab itu memainkannya agak sedikit lain, memerlukan ketenangan hati dan perasaan,” kata dia.
Ditempat yang sama, Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng I Nyoman Wisandika mengatakan, kegiatan Workshop dan pelatihan ini bekerjasama dengan ISI Surakarta. Kegiatan ini digelar untuk membangkitkan kembali, kesenian Rebab di kalangan anak muda. Mengingat saat ini, di Buleleng hanya sedikit orang yang bisa memainkan Rebab. Hal ini, juga dikarenakan kesenian Rebab ini jarang diminati anak muda dan biasa hanya dimainkan oleh orang tua.
Sebanyak 25 orang peserta yang ikut tersebut akan dilatih selama tiga hari. Mereka akan diberikan pembelajaran bagaimana tehnik-tehnik memainkan Rebab. “Saya harapkan juga tidak hanya terhenti disini, peserta bisa menularkan ke teman-teman lain sehingga banyak pemain Rebab Bali di Buleleng. Rebab ini memang agak jarang peminatnya, kalau Bali selatan banyak dibandingkan Buleleng. Peminat Rebab biasanya pemain tua dan lingsir jadi kalau org muda jarang,” kata dia. (*)
Editor : I Putu Nova Anita Putra