Singaraja, koranbuleleng.com| Ditengah pro kontra ide soal sistem Full Day School, banyak anak-anak di Buleleng yang mengalami putus sekolah telah terlanjur memilih bekerja keluar Buleleng. Mereka bekerja untuk membantu kebutuhan ekonomi keluarga. Namun Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Buleleng memberikan jaminan dan fokus untuk menangani 168 anak yang putus sekolah, untuk kembali bisa mengenyam bangku pendidikan baik pada tingkat SD maupun SMP.
Data tersebut diperoleh Disdik Buleleng melalui posko drop out yang dibentuk di Sembilan kecamatan melalui masing masing Unit Pelaksana Pendidikan (UPP). Dari data awal yang diperoleh, didapati sebanyak 305 orang yang mengalami putus sekolah dengan berbagai alasan, mulai dari faktor ekonomi, jarak tempuh yang jauh, hingga memilih untuk bekerja.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng Gede Suyasa menjelaskan, dari 305 anak yang terdata putus sekolah, selanjutnya dilakukan verifikasi dan penelusuran untuk mengetahui factor anak anak tersebut memutuskan untuk berhenti sekolah. Hasilnya, hanya 168 siswa yang siap untuk kembali ke bangku sekolah, dan Dinas Pendidikan kabupaten Buleleng akan menjamin mereka bisa kembali bersekolah.
“Dari jumlah yang tercatat kita cari tahu apa penyebabnya mereka putus sekolah. Nah hasilnya 168 anak yang memang memerlukan penanganan dan bersedia kembali bersekolah. Mereka berhenti sekolah karena factor ekonomi keluarga yang kurang mampu dan cacat fisik,” Jelasnya.
Kadisdik Gede Suyasa menambahkan, dari 168 anak yang ingin kembali bersekolah, sisanya kebanyakan sudah ke luar daerah dan memutuskan untuk bekerja. Mereka juga sudah memutuskan untuk tidak kembali bersekolah, setelah para Kepala Sekolah telah melakukan pendekatan.
Menurut Suyasa, terhadap para siswa yang terkendala persoalan jarak tempuh sekolah yang jauh, Dinas Pendidikan Buleleng sudah menetapkan bantuan sarana akomodasi bagi siswa putus sekolah yang terkendala masalah ekonomi dan jarak tempuh yang jauh berupa bus sekolah dan juga ojek.
“Salah satunya pengadaan bus sekolah yang ditempatkan di Desa Tinga-tinga Kecamatan Gerokgak, sebagai wilayah dengan angka anak putus sekolah sangat banyak. Bagi yang tinggal terpencar solusinya adalah ojek, apalagi yang rumahnya di pelosok yang tidak memungkinkan untuk jalur bus,” Imbuhnya.
Posko drop out yang dibentuk Dinas Pendidkan Kabupaten Buleleng di masing masing kecamatan merupakan sebuah upaya untuk menekan angka siswa putus sekolah di kabupaten Buleleng. Posko Drop Out ini hingga kini masih bekerja untuk melakukan penelusuran terhadap anak anak yang putus sekolah. Sehingga Buleleng dapat memenuhi persyaratan wajib belajar sembilan tahun. Hal tersebut nantinya dapat meningkatkan kwalitas generasi muda Buleleng yang saat ini masih terkendala luas wilayah dan geografi berbukit. |RM|