MBKM: Kesetaraan Hardskill dan Sofskill

Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sejak tahun 2020 merupakan inovasi besar dalam sistem pendidikan tinggi di Indonesia. Program ini mengubah paradigma pendidikan dari yang sebelumnya berfokus pada aktivitas kelas menuju pembelajaran yang lebih praktis dan berbasis pengalaman langsung.

MBKM menawarkan berbagai bentuk kegiatan, seperti Magang, Asistensi Mengajar, dan Pertukaran Mahasiswa Merdeka. Program-program ini dirancang untuk memberikan pengalaman langsung dan memperluas wawasan mahasiswa di luar ranah akademis. Selain itu, ada juga inisiatif seperti Praktisi Mengajar, yang melibatkan profesional berpengalaman dari industri, serta Kampus Mengajar yang berkontribusi pada pemerataan kualitas pendidikan di seluruh Indonesia.

- Advertisement -

Lebih dari sekadar meningkatkan keterampilan akademik, MBKM sebagai ruang untuk mengembangkan soft skills seperti komunikasi, kerjasama, dan sikap kritis karena di dalamnya mengkomodasi kolaborasi dan menghjadapkan mahasiswa pada konteks praktis. Keterampilan ini untuk mempersiapkan mahasiswa sebagai generasi unggul yang siap menghadapi tantangan global dan beradaptasi dengan perkembangan era revolusi industri 4.0 dan society 5.0. Dengan pendekatan kolaboratif dan berbasis pengalaman, MBKM berpotensi memperkuat kompetensi mahasiswa secara holistik, menjadikannya lebih siap untuk memasuki dunia kerja dan berkontribusi secara efektif di masyarakat.

Empat tahun berjalan, tidak dimungkiri program MBKM masih dihadapkan sejumlah tantangan, baik pada perguruan tinggi maupun secara khusus pada mahasiswa. Tantangan di perguruan tinggi lebih pada aspek kebijakan. Kurikulum yang menjadi pondasi penting untuk menyukseskan program MBKM masih ada yang belum terintegrasi dengan pengalaman belajar di luar kampus dan belum selaras dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri yang memiliki peran penting dalam penguatan kompetensi praktis mahasiswa. Hal ini menjadi penghambat pelaksanaan MBKM dan berpotensi mempersempit ruang-ruang kolaboratif. Tantangan lainnya adalah ekuivalensi Satuan Kredit Semester (SKS) atas program yang diikuti dengan matakuliah yang relevan yang belum terpola atau dipastikan sejak awal sehingga dapat memicu kurangnya animo mahasiswa untuk mengikuti program MBKM.

Tantangan pada mahasiswa yang paling nampak adalah kurangnya pemahaman tentang program MBKM sehingga memicu keraguan untuk berpartisipasi dalam program ini. Demikian juga dengan pemahaman terhadap konteks “Merdeka”. Mahasiswa masih ada yang menilai program MBKM sangat fleksibel sehingga dalam pemilihan bentuk-bentuk kegiatan tidak mempertimbangkan kesesuaian antara aspek teoritis dengan praktis.

Dibalik berbagai tantangan itu, program MBKM masih layak untuk dipertahankan karena memiliki manfaat yang sangat relevan untuk memperkuat kompetensi lulusan dan mewujudkan generasi unggul untuk Indonesia maju.

- Advertisement -

Dalam rangka optimalisasi implementasinya, perguruan tinggi harus bergerak maju dan siap untuk melakukan pembenahan. Pengembangan kurikulum sangat perlu dilakukan yang didukung dengan kolaborasi kuat bersama industri. Relevansi kompetensi yang diajarkan kepada mahasiswa harus mampu menjawab kebutuhan pasar kerja. Disamping itu, perlu adanya kampanye yang semakin masif kepada mahasiswa dan dosen, termasuk tenaga kependidikan tentang konsep, tujuan, dan mekanisme MBKM. Mengadakan seminar, workshop, dan sesi konsultasi untuk memastikan semua pihak memahami dan mendukung program ini. Dalam konteks perkuliahan, keikutsertaan mahasiswa dalam program MBKM perlu didukung dengan sistem pengakuan kredit yang lebih fleksibel dan adil dengan merancang kurikulum yang memungkinkan integrasi kegiatan MBKM ke dalam program studi. Universitas juga perlu memiliki kebijakan yang jelas mengenai konversi SKS dari kegiatan MBKM dan kebijakan ini harus disiapkan sejak awal.

Kehadiran pemerintah melalui Kemdibudristek juga senantiasa sangat diperlukan. Evaluasi pelaksanaan program MBKM dari hulu hingga hilir perlu dilakukan secara intensif guna menangkap kualitas mutu program. Dengan demikian, kesuksesan program MBKM dapat diwujudkan dengan kolaborasi yang baik antara pemangku kepentingan dan didasari dengan komitmen yang kuat. (*)

Penulis : Mahir Edi Kamil (Pers Mahasiswa Visi Undiksha)

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts