Singaraja, koranbuleleng.com| Banyak wanita yang memimpikan bisa bekerja dikantoran, di ruangan berpendingin, serta fashionable. Sepertiitulah wanita karir. Namun impian itu tidak berlaku untuk Gusti Ayu Dewi Adnyani. Ia lebih memilih untuk membantu usaha bengkel suaminya Made Ngurah Sumerta dengan menjadi seorang montir. Setiap hari, tangannya selalu berdekatan dengan oli, baut maupun perangkat perbengkelan. Diapun memastikan, telapak dan jari tangannya kasar tidaklah seperti wanita pekerja kantoran.
Keadaan ekonomi yang serba terbatas membuat Gusti Adnyani harus ikut turun langsung mencari nafkah untuk biaya hidup keluarganya dengan cara menjadi montir. Gusti Ayu Dewi Adnyani sebenarnya tidak pernah memiliki basik seorang montir. Dulu Dia hanya bekerja sebagai seorang penjahit. Kecintaan dan keahliannya dalam urusan mesin sepeda motor dimulai sejak tahun 2007.
Kala itu, bengkel milik suaminya yang berlokasi di Banjar Petak Kelurahan Astina itu sedang ramai mendapatkan “pasuh” yang ingin memperbaiki sepeda motor. Dia pun memberanikan diri untuk membantu suaminya dalam melayani pelanggan bengkelnya tersebut. Keahlian mengutak atik mesin sepeda motor itu ia pelajari secara otodidak, hanya dengan memperhatikan cara kerja suaminya. Seiring dengan berjalannya waktu, Gusti Adnyani pun semakin mahir dalam urusan memperbaiki sepeda motor.
“Awalnya saya memang tidak mengetahui apapun tentang mesin sepeda motor. Tapi saya sering melihat bagaimana suami saya bekerja. Karena terbiasa, ya jadinya saya bisa. Yang penting kan ada niat untuk belajar, yakin pasti bisa,” ujar Ibu satu anak ini.
Ibu dari Putu Ngurah Andika Dhanuh ini mengaku tidak pernah merasa malu dengan pekerjaan yang dilakoni saat ini. Walaupun terkadang, banyak orang khususnya kalangan ibu-ibu yang risih dengan kondisinya yang berbau asap knalpot ataupun tangan yang berlumuran oli. Apalagi bengkel dikelolanya bersama suaminya itu, berada tepat di sebelah traffic light. Banyak pasang mata yang menyaksikan dirinya ketika tengah “beraksi” memperbaiki sepeda motor pelanggannya.
“Saya tidak pernah malu dengan pekerjaan yang saya jalani, kenapa harus malu. Pekerjaan saya ini kan baik baik. Kalau saya maling baru harus malu,” terangnya sambil tertawa.
Selama bertahun tahun menjalani profesi sebagai montir secara otodidak, kini Gusti Adnyani pun semakin mahir dalam urusan perbengkelan. Di bengkel yang dikelolanya bersama suami itu, ia tak hanya bertugas untuk memberikan jasa perbaikan sepeda motor, namun juga bertugas menyiapkan peralatan yang diperlukan atau yang dibutuhkan pelanggan, serta mengatur keuangan.
Sebagai seorang perempuan, Gusti Adnyani memiliki naluri lebih untuk memberikan pelayanan dan prilaku lembut. Dia pun selalu berupaya untuk memberikan pelayanan jasa di bengkelnya dengan maksimal dan lembut untuk pelanggan.
“Pelayanan selalu kami tingkatkan, sehingga pelanggan kami itu tidak pindah ke tempat lain, untuk jasa perbaikan sepeda motor,” Ucapnya.
Sibuk dengan pekerjaannya itu, tidak membuat Gusti Ayu Dewi Adnyani melalaikan tugasnya sebagai Ibu Rumah Tangga. Aktivitasnya pun bisa dikatakan bertambah. Selain membantu suaminya mengelola bengkel, ia juga menjalankan aktivitasnya sebagai seorang Istri dan ibu. Sebelum membuka bengkel, dipagi hari Dia disibukkan dengan kegiatan rutin memasak, serta harus mengantarkan anaknya yang kini duduk dibangku kelas 1 sekolah dasar.
Suaminya Made Ngurah Sumerta, tidak pernah melarang istrinya untuk ikut menjadi montir. Bahkan ia juga merasa terbantu ketika pelanggan yang datang cukup ramai. Pria yang akrab disapa Deksu ini selalu mendukung apapun yang dilakukan istrinya jika itu kegiatan yang positive.
“saya memang tidak pernah meminta, dan saya juga tidak pernah melarangnya untuk ikut mengelola bengkel ini. Selama dia merasa senang menjadi montir, ya pastinya saya mendukung. Kan membantu juga kalau pasuh sedang ramai. Jadi bisa dikerjakan lebih cepat,” Ujar Sumerta.
Bengkel yang dikelola bersama suaminya itu kini sudah semakin berkembang jika dibandingkan dengan beberapa tahun silam. Dalam sehari, bengkelnya itu memberikan penanganan 10 hingga 15 sepeda motor bahkan lebih. Itu pun juga tergantung dengan situasi. Terkadang juga bengkelnya cukup sepi hanya menangani tidak lebih dari 5 sepeda motor.
Gusti Ayu Dewi Adnyani tidak pernah mengeluh dengan apa yang dijalaninya saat ini. Tujuannya kini, ia hanya ingin melihat Putu Ngurah Andika Dhanuh anak semata wayangnya ini bisa mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan kedua orang tuanya. Sehingga kedepan, anaknya bisa tumbuh menjadi anak yang sukses dan menjadi kebanggan keluarga. |RM|