Singaraja, koranbuleleng.com | Desa Lemukih dan Desa Galungan, Kecamatan Sawan dikukuhkan sebagai desa tangguh bencana. Kedua desa ini dikukuhkan karena di dua desa ini dianggap paling ranwan bencana oleh Badan Penanggulangan Bencana (BPBD). Sebagai desa tangguh bencana, di dua desa ini dibentuk kelompok-kelompok relawan dan pemberian sarana prasarana penanggulangan bencana.
Dasar BPBD menetapkan dua desa ini sebagai desa palingrawan bencana setelah ada kejadian bencana yang cukup intens dan berskala besar di tahun-tahun sebelumnya. Di Desa Lemukih pernah dihantam banjir bandang pada tahun 2010 dan memebrikan dampak bencana bagi desa yang posisi letaknya berada dibawahnya. Sejumlah fasilitas umum seperti jembatan rusak parah, hingga hanyutkan puluhan ternak peliharaan.
Sementara di Desa Galungan, juga pernah dihantam banjir bandang dan sampai berdampak ke Desa Bebetin. Di desa ini bahkan terdapat korban jiwa yang terseret bandang.
“Ini karena lokasi ke dua desa itu berada di lereng perbukitan, jadi memiliki tingkat kerawanan cukup tinggi,” terang Kepala Pelaksana Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buleleng I Made Subur, Minggu 27 Nopember 2016.
Menurut Subur, dari analisa kebencanaan sepertiitu, Dua desa ini sangat pantas masuk sebagai desa tangguh bencana.Relawan yang dibentuk di masing-masing desa sebanyak 30 orang. Selain itu juga dibentuk Forum Desa Siaga Bencana (Distana) dengan jumlah anggota masing-masing 15 orang. Mereka harus menjalani simulasi penanggulangan bencana dan pembuatan jalur evakuasi.
“Nanti masing-masing desa juga harus membuat titik rawan bencana yang dituangkan dalam peta rawan bencana, sehingga peta itu menjadi pandua jalur evakuasi ketika ada bencana alam,” ujarnya.
Terkait saran dan prasarana, BNPB RI dan BPBD Pemprov Bali sedang mendata kebutuhan sarana dan prasana yang diperlukan agar kedua desa itu siap menjadi desa tangguh bencana.
Jenis sarana dan prasarana yang akan disiapkan seperti senter, gergaji mesin, sepatu boot, jas hujan dan lainnya yang diperlukan bagi relawan termasuk sepeda motor traill. “Kita juga nanti arahkan agar pihak desa usulkan sepeda motor trail karena melihat medannya berada di lereng bukit. Sehingga upaya penanggulanan bisa dengan cepat dilakukan. Disamping itu kita juga akan usulkan EWS (early warning system) yang mampu membaca getaran tanah, sebagai peringatan dini bencana longsor,” terang Subur.
Selain kedua desa ini, sangat diharapkan desa lain juga ditetapkan sebagai desa tangguh bencana. Pasalnya, topograpi Buleleng adalah perbukitan. |NP|