Singaraja, koranbuleleng.com | Kesulitan air bersih masih dialami warga Desa Menyali dan Desa Sawan, Kecamatan Sawan. Hal itu terjadi pasca terputusnya pipa distribusi air bersih di perbukitan Desa Sekumpul akibat diterjang longsor yang terjadi pada Minggu, 29 Januari 2017.
Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, beberapa warga memanfaatkan mata air yang terletak di Desa Sawan. Masyarakat Desa Sawan memanfaatkan beberapa sumber mata air yang ada di wilayah mereka. Salah satunya, mata air kemuning yang terletak di Dusun Kanginan. Lokasinya berjarak sekitar satu kilomater dari Desa Sawan.
Gara-gara terputusnya jaringan pipa distribusi suplai air bersih di Desa Sekumpul membuat mata air di kemuning pun kini diserbu ribuan warga yang berasal dari Desa Menyali, bahkan ada pula yang berasal dari Desa Jagaraga dan Bebetin. Mereka terpaksa harus antri menunggu giliran karena mata air di kemuning hanya memiliki dua pancuran.
Giliran itu pun sepertinya telah diatur sedemikian rupa. Terlihat hanya warga Desa Sawan yang memadati antrian di lokasi mata air di kemuning, tak nampak satu pun warga Desa Menyali yang sedang mencari air pada sore hari itu.
Ni Gulem Sulami Dewi, seorang ibu rumah tangga saat ditemui mengatakan, sejak pipa distribusi air bersih di Desa Sekumpul terputus, keluarganya mengandalkan sumber mata air di kemuning. Menurutnya, mata air di kemuning bersih dan layak untuk dikonsumsi.
“Lokasinya dekat rumah. Airnya pun bersih. Tadi pagi suami saya ambil dua galon, dan sorenya bisa tiga atau empat galon. Sekalian persiapan air untuk masak pada esok pagi,” ucapnya.
Warga lainnya, Made Yusa pengusaha sekaligus peternak ayam potong di Dusun Kawanan, Desa Sawan juga menyatakan hal serupa. Putusnya pipa air bersih sejak dua hari lalu membuatnya kalang kabut. Lantaran, setiap hari ia harus menyediakan sedikitnya 1000 liter air agar usaha ayam potong bisa berjalan normal.
“Terpaksa bolak-balik angkut air. Paling minim menghabiskan 1000 liter per hari untuk konsumsi air 700 ekor ayam potong,” ujarnya.
Dijelaskannya, Desa Sawan memiliki beberapa sumber mata air. Selain mata air kemuning, juga ada mata air Pura Batu Bolong. Namun karena terkendala medan, banyak warga yang akhirnya memilih mencari air bersih di sumber mata air kemuning.
“Sangat berat di Pura Batu Bolong, kita harus naik turun tangga dan bolak balik dengan menenteng beban jirigen isian 60 liter. Kalau di kemuning kan lebih gampang, karena berada tepat di tepi jalan desa,” terangnya.
Yusa pun sangat berharap, Pemerintah Kabupaten Buleleng sesegera mungkin mencarikan jalan keluar agar krisis air bersih ini bisa teratasi.
Di lain tempat, Ketua Unit Pengelola Sarana (UPS) Sari Tirta Bhuana Desa Menyali, Ketut Kerada mengungkapkan berdasarkan hasil pendataannya, warga yang mengalami krisis air bersih mencapai 1.483 KK. Kondisi ini telah terjadi sejak tiga hari lalu. “Sampai sekarang air belum mengalir. Warga kesulitan air bersih,” ujarnya.
Menyikapi itu, kata dia sebagian besar terpaksa memenuhi kebutuhan mandi cuci Kakus (MCK) dengan memanfaatkan air kali yang warnanya keruh dan tidak bersih. Sementara untuk konsumsi dan memasak, terpaksa mencari di sumber-sumber yang lokasinya cukup jauh. “Karena tak ada air, terpaksa pakai air kali yang kotor,” sebutnya.
Supaya itu tak terus berlanjut, penanganan pipa yang putus sudah dilakukan. Hanya saja karena medan yang sulit dan terkendala peralatan, itu belum bisa diperbaiki. “Untuk yang putus lumayan panjang. Kami sudah sempat tinjau lokasi. Itu perlu perlu peralatan lengkap,” ujar pria paruh baya ini.
Kondisi yang demikian dibenarkan Perbekel Menyali, Gede Jaya Artha. Mengingat masyarakat yang terdampak sangat banyak, instansi terkait diharapkan bisa membantu melakukan perbaikan. “Kami berharap ada bantuan perbaikan,” harapnya.
Sementara itu, Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, I Ketut Sensus mengatakan sesuai hasil pemantauannya, perbaikan pipa tersebut harus menggunakan tenaga teknis. Hal ini pun sudah dikoordinasikan dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR).
“Sore ini tim teknis akan turun. Perbaikan itu perlu las. Desa yang terdampak dari itu ada Sawan, Menyali dan Bebetin. Untuk perbaikan, setelah kami koordonasi, dananya disanggupi untuk swadaya. Tapi kami tetap usulkan permohonan bantuan ke provinsi,” terangnya.
Khusus menyikapi kesulitan air di Desa Menyali, ia mengaku hari ini akan mulai suplai menggunakan mobil tanki. Hal serupa juga akan dilakulan BPBD provinsi.
“Nanti dari kabupaten satu tanki, dari provinsi dua tanki,” ucapnya.
Sementara ketersediaan air beraih di Desa Sawan dan Bebetin sudah bisa teratasi dengan memanfaatkan air di pemandian umum. Itu dialirkan ke jaringan menggunakan mesin. “Untuk dua desa itu tidak begitu urgen untuk disuplai. Sudah bisa memanfaatkan air di pemandian umum,” tandasnya. |NH|