Penanganan Banjir Pancasari Perlu Solusi Perbaikan Lingkungan

Singaraja, koranbuleleng.com |Seringkali, jalur nasional Singaraja – Denpasar, di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada diterjang banjir sehingga kawasan ini sering kali lumpuh. Terakhir, 7 Pebruari 2017, banjirkembali menerjang danmelumpuhkan arus lalu lintas serta kerusakan lahan pertania. Air bah yang merendam kawasan jalur nasional ini datangnya dari arah hulu, perbukitan.

Banjir yang datang dari daerah hulu ini bukan hanya saja membawa lumpur namun juga krikil sehingga merusak daerah yang direndam.

- Advertisement -

Bukan hanya jalan raya yang terendam dan merusak kulit aspal, namun juga aset warga berupa perkebunan dan bangunan juga ikut rusak.

Permasalahan utama yang memicu terjadinya banjir di kawasan ini adalah karena diduga kuat dipicu adanya kerusakan lingkungan, ditambah lagi dengan kawasan yang sering jadi langganan rendaman banjir adal cekungan. Solusinya, bukan hanya teknis pembuatan infrastruktur jaringan pembuangan air, namun juga harus ada solusi dari sisi lingkungan.

Kerusakan lingkungan yang di daerah hulu disebabkan oleh alih fungsi lahan sejak lama. Akan tampak dari luar, daerah punggung perbukitan di Pancasari berdiri bangunan-bangunan megah. Kebanyakan pemilik bangunan itu adalah pemodal besar yang berinvestasi di wilayah ini karena pemandangan alam dibawahnya yang menakjubkan, danau Buyan dan sekitarnya.

Disisi lain, warga juga memanfaatkan lahannya diperbukitan dengan menanam jenis perkebunan tanaman semusim seperti bunga pecah seribu, sayur-mayur dan perkebunan stroberi.

- Advertisement -

Perkebunan jenis ini menghasilkan nilai ekonomi yang cukup inten setiap saat sehingga ada pendapatan yang bisa didapatkan oleh warga setempat. Dulunya, kawasan perbukitan di daerah Pancasari adalah daerah subur dengan perkebunan kopinya. Namun, karena perkebunan kopi kurang menghasilkan secara ekonomi, akhirnya masyarakat beralih menanam tanaman semusim itu.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (KLH) Buleleng Nyoman Genep mengakui kerusakan lingkungan di daerah hulu akibat alif fungsi lahan yang sangat masif.  Kualitas tutupan lahan vegetasi tanaman di kawasan hulu sudah tidak bagus sehingga seringkali memicu longsor dan banjir.

Ini memerlukan solusi jangka panjang untuk membenahinya. Diperlukan solusi untuk mengembalikan kawasan ini seperti di masa silam, penuh dengan tanaman yang mampu membuat tutupan lahan lebih bagus.

“Dari sekian kali bencana banjir atau tanah longsor karena lahan di hulu itu sudah beralih fungsi dan tutupan vegetasi tanaman yang menyerap air sudah semakin berkurang,” katanya.

Menurut Genep, Saat ini pemerintah daerah sedang melakukan kajian upaya pengembalian vegetasi tanaman di kawasan danau Buyan dan sekitarnya. Peningkatan cakupan vegetasi tanaman diyakini mampu mengendalikan volume air ketika terjadi hujan dengan intensitas tinggi.

“Kalau dari sisi lingkungan upaya yang harus dilakukan menambah cakupan vegetasi tanaman. Kami bersama P3E sedang menyusun kajian untuk menambah cakupan vegetasi tanaman. Ini bisa berjalan maksimal asal ada dukungan dari komponen masyarakat secara menyeluruh,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Nyoman Swatantra juga mengatakan, dulunya kawasan ini merupakan kawasan subur bagi pertanian kopi, baik di daerah perbukitan Desa Pancasari sampai ke wilayah Barat Desa Wanagiri, Gobleg, Munduk dan seterusnya.

Tanaman kopi memiliki sifat tanaman hydrologi yang mampu mengikat air sehingga lahan bisa dipertahankan, Dan yang kedua, tanaman kopi bisa mencegah erosi.

“Karena belakangan ini, warga setempat lebih mencari pilihan komoditas yang bisa menghasilkan secara ekonomi sehingga terjadi alih fungsi lahan. Ini dimanfaatkan oleh petani untuk mendapatkan pendapatan. Tetapi semestinya faktor teknis budidaya juga harus diperhatikan seperti membuat terasering untuk menyesuaikan dengan kontur tanah,” terang Swatantra.

Tehnik budidaya seperti pembuatan terasering juga penting untuk mempertahankan kondisi tanah agar tetap stabil. Sejauh ini, terasering juga sangat sedikit ditemukan di wilayah-wilayah pertanian dan perkebunan yang dikelola warga desa pancasari.

Tehnik budidaya lain yang juga harus diperhatikan yakni tetap memperhitungkan tanaman perlindungan. Tanaman pelindungini mampu menyerap air sehingga mencegah erosi.

“Kalau sudah teras sering kemudian ditambah dengan tanaman pelindung, resapan air semakin banyak, sehingga erosi dapat dikendalikan.” Terang Swatantra.

Namun bila melihat kondisi saat ini, kata Swatantra, Pemerintah tidak bisa mewajibkan agar petani menanam tanaman perkebunan tertentu, karena da aturan perundangan-undangan yang mengatur kebeasan bagi masyarakat petani untuk menanam jenis budi daya apapun guna nilai pendapatan ekonomi masyarakat.|NP|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts