Singaraja, koranbuleleng.com| Para penabuh di Kabupaten Buleleng saling unjuk kebolehan dalam lomba reong yang berlangsung di Puri Seni Sasana Budaya Singaraja Rabu, 28 Maret 2018. Lomba reong ini merupakan satu agenda baru dalam kalender HUT Kota Singaraja ke-414.
Lomba tersebut diikuti oleh 10 peserta dari sejumlah sanggar seni dan sekaa, hingga kelompok. Hanya saja, dalam pelaksanaannya, hanya 9 peserta saja yang hadir. Satu peserta tidak hadir dan dinyatakan diskualifikasi.
Para penabuh dituntut membawakan dua buah gending. Yakni gending wajib Pengipuk Trunajaya, serta gending pilihan yang terdiri dari pengecet Kebyar Duduk, Jaya Samara, dan pengecet Oleg Tamulilingan. Sisi kesulitan dan keunikannya adalah, dalam lomba reong ini tidak ada instrument pelengkap seperti petuk, gangsa, kendang, ataupun instrument lainnya.
Tingkat kesulitan itupun diakui oleh salah satu peserta yakni Sekaa Karawitan Eka Wakya Banjar Paketan. Pun demikian, dengan persiapan yang dilakukan, mereka pun optimis bisa meraih juara. Alhasil, berdasarkan penilaian dewan juri, Sekaa Karawitan Eka Wayka Banjar paketan pun berhasil meraih Juara II.
“Kalau bicara kesulitan ini jelas sangat sulit, karena memang untuk pertama kalinya reong itu tampil secara tunggal tanpa ada pengiring instrument lainnya. Tapi dalam latihan kami tekankan sama teman-teman lain, agar disini memainkan insting, sehingga walaupun tanpa diiringi petuk sebagai mat sebuah gending, suara reong yang kami hasilkan bisa tetap selaras dan harmoni sesuai gending, Ujar Koordinator Sekaa Eka Wakya Gede Arya Septiawan.
Sementara itu, Ketua Panitia Lomba Reong I Made Pasca Wirsutha menjelaskan, kegiatan lomba ini untuk mengasah kreativitas generasi muda dalam mengembangkan bakat ngereong, serta menjadikan salah satu upaya melestarikan seni karawitan Buleleng.
Salah satu yang menjadi penekanan untuk peserta dalam lomba ini adalah, bagaimana para penabuh bisa menampilkan gebug (teknik pukulan, red) reong dengan gaya Bulelengan, yang disebut dengan gebug noot. Namun demikian, masih banyak peserta yang tampil dengan gebug reong dengan gaya bali selatan atau gebug ngepat.
“Gebugnya itu adalah menggunakan gebug gaya Bulelengan dengan gebug noot. Makanya lomba ini kami gelar untuk mengasah kreativitas generasi muda dalam mengembangkan bakat ngereong. Termasuk juga untuk pelestarian kesenian reong di Buleleng,” Jelasnya.
Lomba reong ini dibuka langsung Ketua Panitia Pelaksana HUT Kota yang juga Asisten Adminitrasi Umum Setda Kabupaten Buleleng I Ketut Asta Semadi didampingi Kepala Dinas Kebudyaan Buleleng Putu Tastra Wijaya.
Asta Semadi pun berjanji bahwa Lomba Reong ini akan menjadi agenda tetap dalam perayaan HUT Kota Singaraja setiap tahunnya. Menurutnya, lomba reong ini merupakan lomba yang sangat unik. Apalagi, lomba ini sejalan dengan salah satu program Pemerintah Kabupaten Buleleng untuk melestarikan seni dan budaya Buleleng yang adi luhung.
“Saya sampaikan kepada Ketua Panitia, bahwa lomba reong yang pertama kali dilaksanakan ini, ini menjadi agenda rutin dalam perayaan HUT Kota. Karena lomba ini unik, dan mendorong generasi muda melestarikan nilai-nilai budaya yang adi luhung khususnya di Buleleng yang kita cintai,” Tegasnya.
Disisi lain, penilaian lomba reong ini dilakukan oleh tiga orang juri yang semuanya berasal dari luar Buleleng masing-masing Wayan Darya, Wayan Gede Arsana, dan Ketut Budiana. Dari hasil penilaian yang dilakukan, Padepokan Seni Dwi Mekar berhasil meraih juara satu, untuk juara dua diraih Sekaa Karawitan Eka Wakya Banjar Paketan, dan juara tiga diraih Sanggar Suara Mustika Kelurahan Banyuning. |RM|