Singaraja, koranbuleleng.com | Empat jenasah dari satu keluarga yang menjadi korban longsor senderan tebing dikuburkan di setra atau pemakaman umum milik Desa Adat Mengening, Rabu 31 Januari 2019. Warga desa, mengangkat dan mengantarkan keempat jenasah tersebut menuju setra yang berjarak 5 kilometer dari rumah duka di Dusun Sangker.
Jenazah korban Ketut Budi Kaca (33), istrinya Luh Sentiani (27) dan anak pertamanya Luh Putu Rikasih (9) dikuburkan pada satu leret liang kubur. Sementara, jenazah anak keduanya Made Sutana (5) dikuburkan di Setra Alit (kecil).
Pemisahan lokasi liang kubur untuk anak kecil itu dipercaya karena anak kedua korban meninggal dunia sebelum memasuki umur dewasa, atau keyakinan masyarakat Bali sebelum masa gigi tanggal. Upacara penguburan di-puput Pemangku Pura Prajapati Jro Ketut Sukarda.
Jro Ketut Sukrada menjelaskan prosesi penguburan dilaksanakan mengikuti tradisi yang sudah diwarisi dari leluhurnya. Sehari setelah prosesi penguburan, keluarga kembali membawakan sesajen ke kuburan dan setelah itu tanah liang kubur sebagai simbul atma korban ini diambil kemudian ditempatkan di Tegal Suci.
Keseokan harinya keluarga kembali menghaturkan sesajen ke Tegal Suci. Setelah prosesi itu, tanah bekas liang kubur itu dibawa pulang ke rumah yang meninggal. Menginjak hari ke 12, keluarga menggelar upacara Melas Atma.
“Ini sudah dresta yang kami warisi,” jelasnya.
Penguburan keempat jenasah ini menguras keharuan warga. Diantara warga ada yang menangis, mengenang kebaikan keluarga ini. Keluarga Ketut Budikace dikenal suka bergaul dan tidak pernah membuat masalah. Kehidupan mereka juga sederhana.
Salah satu keluarga korban Wayan Sanggara, lelaki ini yang berprofesi sebagai pencari lebah madu ini mengenal korban Ketut Budikace sebagai sosok kepala keluarga penyabar dalam melakoni bahtera rumah tangganya.
Dia menceritakan semasa hidupnya korban sering ikut mencari lebah madu di hutan di sekitar Desa Mengening. Bahkan, setiap akan berburu lebah madu, korban selalu menunjukkan kerja kerasnya mendapatkan lebah untuk dijual dan uangnya untuk menambah penghasilan keluarganya.
“Saat mencari lebah madu ini saya melihat kalau korban ini begitu bekerja keras mendapatkan madu untuk dijual. Tapi di hutan masih banyak madu belum dicari,Ketut sudah meninggal,” katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, bencana tanah longsor merenggut empat korban jiwa dari satu keluarga di Desa Mengening, Selasa 22 Januari 2019 sekitar pukul 05.00 wita. Korban pasangan suami istri (Pasutri) Ketut Budi Kaca (33) dan istrinya Luh Sentiani (27), serta dua anaknya Luh Putu Rikasih (9) dan Made Sutana (5) ditemukan tertimbun tanah longsor di rumahnya.|DI|