Singaraja, koranbuleleng.com | Badan jalan ini, disisi kanan dan kiri tumbuh rumput yang menghijau subur. Kendaraan roda empat, bisa memasuki wilayah ini. Hamparan perbukitan dibagian selatan, menghadang luas. Lalu berbagai jenis tanaman perkebunan dengan sistem green house berjejer rapi.
Disinilah lahan seluas seluas 6 hektar ini ditanamai ragam jenis tanaman hortikultura, seperti bunga, sayuran, stroberi maupun tanaman lain yang serumpun. Lahan seluas ini dikelola I Gede Sudiatmika, petani muda di Desa Pancasari.
Lahan luas dengan pemandangannya sangat indah ini adalah milik keluarga. Tapi Sudiatmika tidak sendiri mengelola ini, selain bersama keluarga, namun dia mempunyai kelompok usaha tani yang dinamakan Kelompok Usaha Tani Mekar Sari.
Tidak hanya membudidayakan dan mengembangkan usaha pertanian, Sudiatmika juga mengkombinasikan lahan perkebunanya sebagai tujuan wisata. Di lahan ini, Sudiatmika bersama kelompok taninya juga mengembangkan camping ground serta wisata penjelajahan alam dengan panjang jalur sekitar 3 kilometer.
Pria yang punya angka kelahiran 27 Agustus 1986 sebenarnya tidak pernah membayangkan takdirnya kini menjadi seorang petani. Saat mengambil kuliah di Yogyakarta, Sudiatmika justru lebih memilih jurusan tehnik mesin.
“Namun ilmu tehnik mesin yang dipelajari saat kuliah, tetaplah berguna dalam dunia pertanian untuk sebuah perencanaan pertanian moder,” ucapnya.
Sistem pertanian dengan media green house ini harus menggunakan perencanaan tehnik yang matang. Seperti tentang distribusi irigasi dengan pola tetes air. Ada perhitungan rumit yang harus tepat.
“disinilah ilmu tehnik mesin yang say apelajari sangat berguna dalam merancang dan merencanakan sistem pertanian modern ini,” ungkapnya.
Selama berproses sebagai seorang petani, Sudiatmika tidak segan-segan pergi ke berbagai lokasi pelatihan pertanian untuk menggali ilmu pertanian. Potensi alam yang dimiliki desanya tidak disia-siakan, apalagi mempunyai warisan tanah keluarga yang begitu luas menjadi anugerah sendiri baginya. Maka itu, dia menggandeng warga lain untuk ikut kelompok usaha taninya mengembangkan desanya melalui jalur pertanian.
Pola kelompok tani yang dibangun oleh Sudiatmika mambu mengairahkan ekonomi warga setempat. Kelompok tani ini ternyata cukup sukses menggairahkan eknomi warga setempat.
Anggota kelompok tani diberikan lahan, bibit dan pupuk untuk mengolah lahan-lahan erkebunan bagi anggota kelompok Mekar Sari.
“Nantinya setelah dipotong biaya produksi, hasilnya kita bagi dua secara adil,” ujar Sudiatmika.
Menurut Sudiatmika, kelemahan pola pertanian kita adalah tidak pernah menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan dari hulu ke hilir. Sudiatmika mengaku terinspirasi dengan pola pertanian di Jepang yang sangat modern.
“Di Jepang yang disiapkan bukan hanya soal pupuk, tanaman tetapi juga ada laboratorium yang benar-benar difungsikan untuk meneliti berbagai masalah pertanian. Mereka juga menyiapkan sarana transportasi yang kuat untuk distribusi setelah panen. “ terangnya.
Konsep agriwisata di Desa Pancasari yang dikembangkan Sudiatmika bersama kelompok tani Mekar Sari ini juga melebarkan sayap ke bidang ekonomi koperasi. Sejak empat bulan lalu, Sudiatmika bersama sejumlah warga mendirikan koperasi pertanian.
“Pada prinsipnya kan Koperasi itu berdiri dari anggotanya dan untuk anggota. Kita bersama-sama membangun koperasi untuk memajukan pertanian dan mensejahterakan warga petani serta bisa berdaya, tetapi bukan dalam bentuk simpan pinjam uang yang begitu gampang pinjam tetapi setelah itu sulit mengembalikan uang yang dipinjam,” kata Sudiatmika.
Namun di sini, Koperasi memberikan segala kebutuhan pertanian, dan hasil pertanian itu bisa dijual melalui koperasi. Masing-masing petani yang mempunyai hasil pertanian yang dijual melalui koperasi sudah ada perhitungan yang telah disepakati dalam rapat anggota.
“Jadi adil, tidak ada ketidakpuasan. Karena harga ditentukan sendiri oleh petani,” katanya. |NP|