Singaraja | Saat ini, stok golongan darah O di unit transfusi darah Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Buleleng sedang krisis. Sejumlah keluarga pasien yang dirawat di rumah sakit di Buleleng dan membutuhkan darah O kesulitan mencari golongan darah itu. Krisis terjadi sejak beberapa hari terakhir. Diduga, kebutuhan darah O sangat tinggi seiring dengan meningkatnya jumlah pasien Demam Berdarah disamping kebutuhan untuk pasien lain seperti cuci darah, operasi bedah dan lainnya.
Salah satu keluarga pasien yang mengalami kesulitan mencari golongan darah O, Gede Guna mengakui kondisi ini. Dia sudah mencari golongan darah O sejak empat hari sebelumnya sebanyak enam kantong darah. Namun, sampai saat ini baru terpenuhi dua kantong.
Guna membutuhkan darah O untuk orang tuanya yang sedang di rawat di sebuah rumah sakit di Singaraja akibat penyakit komplikasi. Orangtuanya butuh darah karena akan menjalani operasi bedah. Guna sampai keliling mencari pendonor dan dibawa ke unit transfusi darah PMI di RSUD Buleleng.
“Saya butuh enam kantong darah, Cuma baru terpenuhi 2 kantong sampai hari ini. Saya sudah cari sejak empat hari sebelumnya tapi sulit sekali mencari golongan darah O ini,” kata Guna.
Sejumlah petugas di unit transfusi darah PMI Buleleng juga mengakui kondisi krisis golongan darah O. Setiap hari, ada dua sampai tiga orang keluarga pasien yang mencari golongan darah O. Dan kebutuhannya banyak, tiga kantong darah hingga enam kantong.
Kepala Unit Transfusi darah PMI Buleleng, dr. Rizani mengakui pula kondisi krisis golongan darah O ini, padahal sekitar satu bulan sebelumnya PMI Buleleng pernah memiliki stok kantong darah hingga 450 kantong darah, didalamnya termasuk golongan darah O hasil dari donor darah massal di SPN Singaraja.
Namun karena dikhawatirkan kadaluarsa, akhirnya seluruh stok darah itu didistribusikan ke seluruh unit PMI dan Rumah sakit di Bali. “Ini sudah protokol Internasional, jika stok darah berlebih dan mencegah kadaluarsa memang harus didistribusikan ke tempat lain,” papar Rizani saat ditemui di Unit Transfusi darah PMI di RSUD Buleleng, Kamis (18/2).
Masa kadaluarsa darah setelah didonorkan dari pendonor mencapai 3 minggu. Artinya, selama masa tersebut, darah harus secepatnya didistribusikan kepada yang membutuhkan.
Secara umum, kata Rizani PMI Buleleng mendistribusikan rata-rata 30 kantong darah untuk melayani 9 rumah sakit di Buleleng. Selain golongan darah O, kebutuhan darah golongan lainnya sangat bisa dipenuhi.
Pemenuhan 30 kantong darah itu diluar kebutuhan emergency. “Stok emergency ini baru bisa dikeluarkan ketika ada kebuuhan emergency juga,” terang Rizani.
Upaya PMI cukup gesit untuk memenuhi kebutuhan stok darah di Buleleng. Bukan hanya mengimbau masyarakat untuk donor darah di unit transfusi, namun PMI juga melakukan donor darah secara mobile ke sejumlah daerah di Buleleng. “Bahkan kalau libur, kita sebenarnya tetap mobile, mencari donor darah di seluruh tempat. Kita jadwalkan itu setiap hari seperti sekarang kita lakukan di stokis Avail Jalan Ahmad Yani Singaraja,” ujar Rizani.
PMI Butuh Mesin Pemisah Produksi Komponen Darah
PMI Buleleng sebenarnya saat ini butuh mesin pemisah komponen produksi darah, harganya memang cukup fantastis hingga kurang lebih satu setengah miliar. Menurut Rizani, PMI buleleng sudah berupaya melobi Pemerintah Kabupaten Buleleng untuk pengadaan mesin pemisah komponen darah. Lobi juga dilakukan ke Kementerian Kesehatan RI. “Tapi ya sampai kini belum terwujud. Kita butuh sekali alat pemisah darah ini, salah satunya untuk memisah trombosit dari darah untuk kebutuhan darah pasien DB.Bukan hanya untuk pasien DB juga, ketika butuh komponen darah seperti leukosit, kita bisa adakan disini dengan mesin itu. Tapi katanya mesin ini belum menjadi prioritas, ya sudah , kita akan upayakan jalan lainnya nanti,” kata Rizani.
Rizani menerangkan saat jika ada pasien yang membutuhkan trombosit harus dicarikan ke RSU Sanglah yang bisa memproduksi trombosit. “Cuma resikonya, selama perjalanan Denpasar ke Singaraja, Trombosit ini harus digoyang terus supaya tidak rusak. Kalau rusak kan sia-sia yang membutuhkan. Alangkah baiknya memang kita produksi di sini,” terang RIzani.
Setiap hari sebenarnya ada saja yang membutuhkan trombosit, dan kebutuhannya bukan hanya satu atau dua kantong tetapi bisa smpai lima kantong dalam sehari.
Alat pemisah komponen darah ini, kata Rizani memang bukan bernilai ekonomis atau menghasilkan keuntungan tetapi untuk kepentingan kemanusiaan sangat penting. “Ini harus ada mestinya, kemampuan kami kan tidak bisa untuk pengadaan itu,” ujarnya.
Mesin pemisah komponen produksi darah sangat berguna. Diterangkan oleh Rizani, darah terdiri dari trombosit, plasma, sel darah putih, sel darah merah. “Masing-masing komponen darah ini bisa dipisahkan untuk yang membutuhkan. Kalau hanya perlu trombosit, bisa kita lakukan pemisahan. Untuk kebutuhan Leukosit yang lain juga bisa kita pisahkan melalui alat itu,” pungkas Rizani.
Dalam situasi seperti ini, Pemkab Buleleng semestinya bisa mengupayakan pengadaan mesin pemisah komponen produksi darah ini untuk kepentingan kemanusaiaan. |NP|