Singaraja | Harga cabe di sejumlah wilayah di Indonesia meroket. Harga cabe di pasar-pasar tradisional di Singaraja, Bali juga ikut meroket. Harga cabe kecil mencapai angka Rp.60 ribu perkilogram, sementara harga cabe merah besar mencapai Rp. 55 ribu rupiah perkilogram. Itupun yang beredar kebanyakan cabe yang sudah rusak dan busuk.
Rata-rata kenaikan harga cabe mencapai Rp.10 ribu dalam jangka waktu empat hari. Kondisi in membuat sepi pembeli.
Mahalnya harga cabe ini karena stok cabe hilang dipasaran. Menurut sejumlah pedagang di wilayah Pasar Tradisional Banyuasri, selama ini suplai Cabe lebih banyak didatangkan dari Pulau Jawa, namun beberapa hari terakhir justru suplai Cabe dari Pulau Jawa sangat langka. Kelangkaan Cabe ini terjadi tiga hari sebelum Hari Raya Nyepi.
Sementara Cabe lokal Bali juga tidak ada karena kebanyakan petani saat in lebih banayak melakukan proses pembibitan tanaman. “Sejak tiga hari sebelum Hari Raya Nyepi Cabe sudah langka sekali, harga langsung naik. Harga Cabe kecil Rp.60 ribu perkilogram, dan harga cabe merah ebsar Rp.55 ribu per satu kilogram.” ujar seorang pedagang Gusti Ayu Oka saat ditemui di toko kelontongnya, Jumat (11/3).
Konsumennya lebih memilih untuk melakukan transaksi dalam jumlah sangat minim. ”Biasanya kalau sudah seperti ini, konsumen paling banyak beli seperempat kilogram. Memang harga mahal membuat sepi pembeli,” tambahnya.
Hal yang sama juga diakui Desak Ketut di Pasar Banyuasri. Bahkan, kiosnya hanya menyisakan lima biji cabe kecil karena cabe sudah sangat langka. “Biasanya saya ngambil dari pengepul itu lima puluh kilogram per hari, tetapi har ini saya hanya dapat dua puluh lima kilogram. Hanya beberapa jam sudah langsung habis,” ujar Desak.
Kondisi meroketnya harga Cabe ini dirasakan langsung oleh sejumlah ibu rumah tangga. Nilawati, seorang konsumen di Pasar Tradisional Banyuasri mengungkapkan keheranannya karena harga Cabe ini justru menjadi tidak stabil padahal potensi pertanian Cabe dis ejumlah wilayah di Indonesia cukup baik, khususnya Jawa dan Bali sangat luas.
“Saya juga heran, kok bisa harga Cabe seringkali mengalami kenaikan harga yang sangat tinggi. Padahal jika saya lihat sebenarnya kalau stok lokal cukup banyak dikantong-kantong pertanian. Apalagi di Pulau Jawa konon juga sedang masa panen,’ ujar Nilawati yang juga seorang dosen.
Nilawati mengaku jika pemerintah mau mengambil kebijakan lebih pro terhadap masyarakat, semestinya hal-hal seperti ini tidak perlu terjadi. “PErputaran barang dan jasa semestinya bisa diawasi lebih baik, sehingga tidak ada kenaikan harga yang sangat signifikan tinggi. Kalau seperti sekarang kan yang rugi juga masyarakat kecil dan ini berdampak pada potensi perubahan harga pada komoditi lainnya,’ ujarnya.
Dia berharap, Pemerintah ditingkat manapun bisa memberikan strategi untuk menghindari harga-harga kebutuhan pokok melonjak tinggi karena menyangkut hajat hidup masyarakat kecil. |NP|