Singaraja | Luh Murni, Warga Banjar Sari, Desa Pengastulan, Kabupaten Buleleng salah satu warga miskin di Buleleng. Dia bersama keluarganya tinggal di sebuah gubuk reot yang menyatu dengan dapur rumah. Dindingnya terbuat dari ulatan bambu yang sudah compang-campingpenuh lubang, beberapa dinding terlihat ada yang ditambal dengan sejumlah spanduk.
Jika untuk tidur, Dia tidur diteras lantai rumahnya bersama suaminya. Di Dalam rumahnya hanya ada satu tempat tidur yang dikhususkan buat anak-anaknya. Gubuk yang dtempatinya dan areal lahan itu juga pinjaman dari orang lain.
Murni mempunyai tiga orang anak, sementara suaminya sebagai nelayan setiap harinya juga tak bisa menghasilkan uang yang berlebih.
Selama ini, Murni juga membantu suaminya dengan bekerja serabutan. Mulai dari mencucui pakaian orang lain, berjualan ikan hasil tangkapan suaminya, maupun jualan ikan bakar yang dipindang oleh warga di banjarnya lalu dijual ke Pasar Seririt.
Keberuntungannya, Dia setiap bulan mendapatkan bantuan dari Program Keluarga Harapan yang diluncurkan oleh Kementerian Sosial sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dia mendapatkan bantuan per tiga bulan sekali kurang lebih Rp.400.000. Setiap kali bantuan itu cair, Dia gunakan untuk membeli kebutuhan dasar seperti sembako dan uang untuk sekolah anak-anaknya. Suaminya pun jarang di rumah karena lebih banyak melaut. Pergi dinihari dan pulangnya bahkan bisa sampai petang hari baru datang dari tengah lautan.
“Rumah ini pinjam sama tanahnya, Kami tidak punya tempat tinggal permanen. Dulu kami tinggal bersama keluarga dari suami juga tapi di sana sudah sangat penuh dan sesak. Beruntung kami bisa meminjam lahan dan rumah ini,” ujar Murni saat ditemui di rumahnya. Dia mengaku, bantuan Program Keluarga Harapan yang didapatnya cukup bermanfaat bagi keluarganya untuk membeli pakaian sekolah, kebutuhan keluarga serta lainnya.
Dia sudah menjadi peserta PKH hampir selama 5 tahun. Kepesertaanya sesuai dengan hasil dari suvey BPS. Bantuan PKH ini adalah bantuan bagi keluarga miskin untuk memenuhi kebutuhan keluarga dibidang Pendidikan, Kesehatan dan lainnya. Jatah bantuannya dicairkan setiap per tri wulan.
Kondisi keluarga Luh Murni hanya salah satu contoh kemiskinan di yang masih ada di Kabupaten Buleleng. Data dari Bappeda Kabupaten Buleleng, sedikitnya ada 21 desa yang masih memiliki tingkat kemiskinan diatas 30 persen.
Desa-desa yang memiliki tingkat kemiskinan diatas 30 perseni ini menyebar secara merata di seluruh kecamatan di Buleleng. 21 desa tersebut yakni, Desa Patas, Desa Tukad Sumaga, Desa Joanyar, Desa Pangkungparuk, Desa Lokapaksa, Desa Tinggarsari, Desa Subuk, Desa Tigawasa, Desa Banyuseri, Desa Pegayaman, Desa Wanagiri, Desa Silangjana, Desa Sarimekar, Desa Sekumpul, Desa Menyali, Desa Tunjung, Desa Depeha, Desa Pakisan, Desa Tambakan, Desa Pacung, Desa Bondalem. Desa tertinggi mempunyai tingkat kemiskinan yakni Desa PEgayaman hingga 70 persen.
Namun Bappeda Buleleng mengklaim tingkat kemiskinan di Buleleng justru sebenarnya cendrung menurun sejak tahun 2010 hingga tahun 2013. Data tahun tersbeut didapatkan dari data BPS Buleleng. Hal ini terungkap dalam Rakerda Program Percepatan Pnanggulangan Kemiskinan menuju peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Buleleng, selasa (15/3).
Sesuai data dari BPS , jumlah Penduduk miskin di kabupaten Buleleng pad atahun 2010 mencapai angka 45.090 rumah tangga miskin (RTM) dan pada tahun 2013 mencapai 40.030 RTM. Sementara Indeks keparahan kemiskinan (P2) pendduk Buleleng tahun 2010 mencapai 0,24 dan tahun 2013 mencapai 0,17.
Kepala Bappeda Buleleng, Gde Darmaja mengungkapkan pada tahun 2016 Pemkab Buleleng merancang program Gerakan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan (Gardu Paskin) yang menyasar pengentasan kemiskinan di 21 desa yang memiliki tingkat kemiskinan diatas 30 persen. Alokasi anggaran yang digunakan untuk pengentasan kemiskinan di 21 desa ini sampai pada angka Rp.11,41 milyar.
Kegiatan prioritasnya dalam program Gardu Paskin diberbagai lini mulai dari bidang Sosial, Kesehatan, Pendidikan, Pengembangan Ekonomi dan Usaha Kecil Menegah serta sampai pada pelayanan kependudukan.
“Program dan kegiatan prioritas yang dilaksanakan antara lain bantuan bedah rumah, pelayanan kesehatan, peningkatan SDM seperti pelatihan-pelatihan, penyediaan beasiswa bagi warga kurang mampu, revitalisasi pasar, penyediaan infrastruktur, pelayanan masyarakat seperti pembuatan KTP dan Akte gratis bagi masyarakat serta pemberdayaan masyarakat.” Ujar Dharmaja.
Sementara itu, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengungkapkan alokasi anggaran Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam kurun waktu empat tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan setiap tahun. Dia mengakui program Gardu Paskin adalah salah satu program yang diunggulkan Pemerintah Buleleng untuk pengentasan kemiskinan di Buleleng.
“Untuk melengkapi program ini, saat ini sedang disusun sebuah draft ranperda untuk penanggulangann kemsikinan. Ini snagat penting supaya pengentasan kemsikinan kita terarah,” ujar Bupati saat rakerda tersebut. |NP|