Singaraja | Selama ini, kebanyakan furniture seperti meja dan kursi terbuat dari kayu. Tetapi tumpukan drum-drum bekas sebenarnya juga bisa dijadikan furniture meja dan kursi dengan fungsi yang sama, malahan menjadi antic dan menawan. Bukan hanya itu, drum-drum bekas juga bisa dibuat untuk aksesoris rumah tangga dalam berbagai bentuk.
Inilah yang dilakukan oleh Ketut Nistra bersama keluarganya di Desa Banjarasem, Kecamatan Seririt, Buleleng, Bali. Bersama anaknya, Dia mengolah drum-drum bekas itu menjadi berbagai barang furniture dan hebatnya ini tembus sampai pasar ekonomi dunia.
Nistra mencari drum-drum bekas dari seluruh Bali. Dia beli dengan harga sepantasnya lalu diolah di bengkelnya di desa Banjarasem. Nistra bersama anak buahnya mengolah, sementara anaknya memasarkan ke sejumlah gallerry di Ubud, Kuta.
Kursi dan meja dalam berbagai bentuk. Ada kursi dengan single atau doble lengkap dengan meja. Yang mendesain Dia sendiri, dan pekerjanya hanya memotong sesuai desain yang dibuat Nistra dan anaknya.
Para pekerjanya adalah anak-anak muda desa setempat. Dia berhasil membuka lapangan pekerjaan bagi anak-anak desa yang sebelumnya menjadi pengangguran.
Bahkan Nistra mengawali pembuatan bengkel pengolahan drum bekas ini dari benda-benda bekas sampah laut. “Awalnya saya mencari sampah-sampah laut dari plat, besi untuk dibuat kursi. Ada beberapa contoh, namun kok sejumlah turis sempat melihat dan mereka jadi kepingin dibuatkan. Akhirnya saya buat dan disukai. Dari situ saya berpikir untuk membuat furniture ini dari drum-drum bekas dan ternyata juga disukai,” ujar Nistra.
Usaha Nistra terus membesar sehingga anaknya juga bisa membuka Gallery di Ubud, Gianyar. Dari Gallery itu, pesanan furniture terus mengalir. Dia sering kali mengirim beragam furniture ke sejumlah Negara di Eropa seperti Inggris, Swedia dan beberapa Negara di Australia, ada juga permintaan dari Jepang dan Kanada.
“Karena di Ubud kan pasarnya lebih terbuka, potensi wisatawan juga tinggi sehingga lebih mudah untuk memasarkan produk,” ujar Nistra.
Seorang pekerjanya, Ketut Sukra mengaku cukup terbantu dengan usaha furniture dari drum bekas ini. Semestinya memang dunia usaha itu harus dikembangkan dari desa ke kota.
“Kami awalnya menganggur, karena Pak NIstra dan anaknya membuka usaha seperti ini ternyata kami juga ikut mendapat dampak baik. Bekerja di desa itu sangat menyenangkan,” ujar Sukra.
Sukra mengaku, semua desain berasal dari bosnya, Dia hanya memotong dan membentuk dengan berbagai peralatan di bengkel. Selain furniture, Sukra juga membentuk berbagai robot dan boneka dari drum bekas ini seperti bentuk Angry Bird yang lagi ngetren serta bentuk atau tokoh kartun lainnya.
Tentang harga juga cukup bersaing dengan furniture berbahan kayu. Satu set kursi dan meja bisa dihargai dengan harga Rp.4 Juta hingga Rp.5 Juta rupiah.|PW|