Putu Suarjaya : Mengelola Sampah, Menjaga Hutan Hingga Beri Les Bahasa Inggris ke Anak Desa

Singaraja | Sebuah langkah besar dilakukan oleh Putu Suarjaya di desanya, di Desa Cempaga Kecamatan Banjar.  Mulai dari mengelola sampah, menjaga hutan, melepas burung hingga kadang memberi les privat bahasa inggris kepada anak-anak desa Cempaga.

Dia rela keluar dari zona aman tempatnya bekerja di sebuah hotel di kawasan Batu Ampar, Desa Pejarakan sebagai Manajer Front Office, lalu mengabdi di desanya menjadi seorang perbekel.

- Advertisement -

Suarjaya salah satu Perbekel di Buleleng yang punya visi bumi hijau. Kecintaan dan kepeduliannya terhadap lingkungan yang asri sudah sejak lama, jauh sebelum dia terpilih sebagai perbekel. Kini, visis bumi hijaunya lebih mudah dijalankan dan lebih mudah melakukan gerakan yang lebih bermanfaat dibidang lingkungan ketika sudah menjabat perbekel.

Dia bisa menggerakkan seluruh warganya untuk mengelola sampah secara baik, menanam pohon secara berkelanjutan, serta menjaga hutan lindung yang ada di Desa Cempaga.

Soal pengelolaan sampah, Putu Saurjaya berkomitmen supaya desanya bebas dari sampah bentuk apapun. Saat ini, dia menaruh puluhan tong sampah yang juga berfungsi sebagai tabung komposter tersebar di beberapa titik desa, mulai pasar desa, sekolah, jalan raya serta titik lainnya. Tabung komposter ini berfungsi untuk mengubah sampah menjadi pupuk cair organik.

Tabung-tabung komposter ini tersebar di tempat-tempat tertentu dengan misi khusus,menyadarkan masyarakat untuk membuang sampah secara baik, dan membuktikan kepada warganya bahwa sampah itu bermanfaat jika dikelola dengan baik.

- Advertisement -

“Saya sebar tong sampah ini, dan meminta supaya masyarakat memilah sampah dengan baik. Pasar, sekolah  dan rumah tangga cukup banyak menghasilkan sampah. Saya minta dengan sadar supaya masyarakat membuang sampah organik ini ke tong-tong sampah ini karena nantinya sampah ini bisa digunakan sebagai pupuk cair organic,” paparnya.

Suarjaya juga rela memberikan mobil pik-upnya untuk kepentingan pengangvkutan sampah-sampah yang dihasilkan dari rumah tangga. Masyarakat juga tidak ditarik retribusi padahal pengelola pengangkut sampah di Desa cempaga diberikan gaji Rp.1 juta perbulan.

“Saya bebaskan masyarakat dari retribusi sampah, pengaelola atau yang mengambil sampah-sampah dari rumah tangga itu saya beri gaji Rp.1 juta perbulan. “ paparnya.

Kata Suarjaya, Sampah itu emas karena itu harus dikelola dengan baik. Sampah bisa difermentasi menjadi pupuk. Hasil dari proses permentasi sampah dengan bioactivator akan menghasilkan pupuk cair organik yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Bioaktivator itu dibuatnya sendiri untuk memfermentasi sampah-sampah organik hingga mampu mengeluatkan pupuk cair.

Dia belajar soal sampah dan menyulapnya menjadi pupuk juga secara otodidak, tidak ada sekolah formal yang digelutinya. “Saya belajar dari internet semua Pak, tidak mengenyam sekolah secara khusus dibidang lingkungan. Hampir dua tahun saya belajar bagaimana mengelola sampah dengan baik, lalu menjadikannya pupuk. Sebenarnya kalau niat untuk belajar pasti akan mampu merubah lingkungan dengan baik,’ ujar Suarjaya saat ditemui di kantornya, Rabu (20/4) lalu.

Suarjaya sangat peduli terhadap lingkungan yang hijau. Selain memanaj sampah dengan baik, Dia juga seringkali menggerakkan warganya terutama anak muda untuk terus melakukan gerkakan penanaman pohon dan perawatannya. Bukan hanya dipinggir jalan sepanjang Desa Cempaga, Dia juga menanam pohon di Hutan lindung yanga da di desanya.

“Bahkan, untuk dihutan saya lebih banyak tanaman pohon buah-buahan supaya bis amenjadi rantai makanan bagi hewan di dalamnya. Disini masih banyak monyet, kijang dan hewan lainnya. Kami punya hutan lindung seluas 50 hektar dan beberapa kali sudah dialkukan reboisasi baik bersdama pemerintah maupun swadaya masyarakat,” ujarnya.

Putu Suarjaya (Kanan) saat pelepasan burung ke hutan lindung Desa cempaga bersama sejumlah wisatawan dan warga desa Cempaga |Foto : Nova Putra|
Putu Suarjaya (Kanan) saat pelepasan burung ke hutan lindung Desa cempaga bersama sejumlah wisatawan dan warga desa Cempaga |Foto : Nova Putra|

Dia juga membuat areal wisata trekking di Hutan lindung Desa Cempaga. Tidak boleh ada yang menembak burung dan merusak hutan. “Saat ini tidak ada lagi yang berani menembak burung atau mencari kayu. Saya gampang saja, kalau ketemu pelaku penembak burung, perusak hutan akan dibawa langsung ke kantor polisi. Saya tidak mau kompromi,” ujarnya.

Itu Dia lakukan Suarjaya supaya ada efek jera terhadap pelaku perusak lingkungan. Memimpin katanya harus berani tegas. Kalau tidak tegas maka akan jadi bulan-bulanan masyarakat.

Pri kelahiran 1978 ini juga menjalin kerjasama dengan sebuah yayasan anak untuk memberikan pendidikan diluar sekolah bagi  anak-anak desa Cempaga khususnya anak-anak kurang mampu. Yayasan tersebut memberikan bimbingan belajar atau les privat kepada anak-anak sekolah dasar, seperti les Bahasa Inggris serta mata pelajaran lainnya.

“Saya juga akang ikut mengajar anak-anak. Tetapi pengajarnya secara khusus memang sudah ada. Kami bekerja sama dengan yayasan untuk membantu keberlanjutan pendidikan anak-anak disini,’ ujarnya.

Sebagai kepala des tentu lebih gampang untuk menjalankan kebijakan yang berpihak kepada rakyat. Suaraja sendiri telah menysiihkan dana desa untuk memberikan beasiswa pendidikan bagi anak-anak tidak mampu di Desa Cempaga. |NP|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts